News

Astronot UEA Bertekad Puasa hingga Idul Fitri di Luar Angkasa

Sultan Al Neyadi, spesialis misi SpaceX Crew-6, akan menjadi astronot Uni Emirat Arab pertama yang menerbangkan rotasi normal Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dia akan menghabiskan setengah tahun di luar angkasa. Gambar: SpaceX
Sultan Al Neyadi, spesialis misi SpaceX Crew-6, akan menjadi astronot Uni Emirat Arab pertama yang menerbangkan rotasi normal Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dia akan menghabiskan setengah tahun di luar angkasa. Gambar: SpaceX

ANTARIKSA -- Astronot Muslim Crew-6 SpaceX akan tetap berpuasa Ramadhan di selama menjalani misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Sultan Al-Neyadi (41 tahun) mengatakan, sebagai seorang musafir, ia diperbolehkan tetap makan secara normal selama enam bulan di ISS.

"Jika jadwal memungkinkan, saya mungkin mencoba berpuasa beberapa hari," katanya lewat siaran langsung dari Johnson Space Center NASA di Houston.

Perjalanan astronot Uni Emirat Arab (UEA) itu akan dimulai pada 26 Februari 2023. Ia dan tiga astronot lainnya akan diluncurkan ke luar angkasa di atas roket Falcon 9 SpaceX dengan pesawat ruang angkasa Crew Dragon. Baca: Tiga Astronot Arab akan Shalat Berjamaah di Stasiun Luar Angkasa

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Al-Neyadi mengatakan, dia mungkin perlu menjaga jadwal makan yang relatif konsisten selama misi. Sebab, ia tidak ingin membahayakan misi atau mungkin membahayakan awak lain di ISS. "Kita akan lihat bagaimana hasilnya (saat tetap berpuasa)," katanya.

Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu dari lima Rukun Islam. Pada tahun 2023, bulan Ramadhan akan berlangsung antara 22 Maret hingga 23 April, tergantung pada penampakan bulan sabit setempat. Selama bulan lunar itu, Muslim wajib berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam.

Ada pengecualian untuk sebagian kalangan, dan Al-Neyadi memenuhi syarat dalam pengecualian itu. Semua pelancong dibebaskan dari kewajiban berpuasa. "Kami sebenarnya diizinkan untuk makan makanan yang cukup dan untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi (selama bepergian jauh)," katanya.

Al-Neyadi bukan Muslim pertama yang akan berpuasa di luar angkasa. Sebelumnya, Muslim pertama di luar angkasa, Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi, diluncurkan pada hari terakhir bulan suci Ramadhan pada 17 Juni 1985. Ia menjalani misi pesawat ulang-alik STS-51G selama sepekan.

Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud (kanan) selama pelatihan untuk misi pesawat ulang-alik NASA STS-51G yang terbang pada Juni 1985. Di sebelah kiri adalah Patrick Baudry, yang terbang untuk badan antariksa Prancis CNES (Pusat Studi Antariksa Nasional). Gambar: NASA
Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud (kanan) selama pelatihan untuk misi pesawat ulang-alik NASA STS-51G yang terbang pada Juni 1985. Di sebelah kiri adalah Patrick Baudry, yang terbang untuk badan antariksa Prancis CNES (Pusat Studi Antariksa Nasional). Gambar: NASA

Proses pemilihan Al-Saud rumit. Saat itu, NASA memiliki posisi pesawat ulang-alik yang disebut 'muatan spesialis' yang memungkinkan negara atau perusahaan menerbangkan astronot non-karier mengikuti tugas terbatas. Mereka akan mengawasi eksperimen atau teknologi lainnya di antariksa.

Koalisi multinasional saat itu meluncurkan satelit Arabsat-1B di atas pesawat ulang-alik, dan Arab Saudi terpilih sebagai negara yang meluncurkan perwakilan. Koalisi memilih Al-Saud berdasarkan 1.000 jam lebih waktu penerbangan pilot dan kefasihan berbahasa Inggris. Pada saat pemilihan Al-Saud, dia bekerja sebagai pejabat di Kementerian Penerangan Saudi.

Menurut surat kabar UEA, The National yang mengutip otobiografi Al-Saud '7 Days In Space', sebelum peluncuran tiba, Al-Saud makan sahur sebelum matahari terbit. Dia kemudian berdoa di menara peluncuran sesaat sebelum menaiki pesawat ulang-alik.

Setelah sampai dengan aman di luar angkasa, Al-Saud membaca Alquran dan berpuasa. "Sekarang saya merasa sangat lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot dan kehilangan cairan tubuh," kenangnya dalam bukunya. Satu jam sebelum berbuka puasa, ia merasa dehidrasi. Kru lainnya tetap berada di dekatnya sebagai pendukung, sampai dia bisa makan.

Astronot NASA, John Fabian mengenang, saat itu ia hanya berharap Al-Saud baik-baik saja. Namun sehari setelahnya, Arab Saudi menyampaikan berita kepada NASA bahwa bulan sabit terlihat dan Ramadan telah berakhir. Momen itu mengawali hari raya umat Islam setelah berpuasa, yaitu Idul Fitri. Al-Saud mengaku sangat gembira, bahwa dia bisa menjalankan Idul Fitri di luar angkasa.

Sementara Al-Neyadi, akan menjadi astronot dengan misi panjang pertama UEA di ISS. Menurut dia, misi itu adalah hak yang sangat istimewa, sekaligus merupakan tanggung jawab yang besar. Dia adalah orang kedua dari UEA yang terbang ke luar angkasa setelah perjalanan delapan hari ke ISS oleh Hazzaa Ali Almansoori pada 2019.

Al-Neyadi juga baru dikaruniai anak keenam. Merefleksikan moniker Crew-6, dia sempat bercanda dalam wawancara pada 25 Januari dengan Space.com, bahwa mencocokkan jumlah anak dengan nomor misi tidak menjadi persyaratan misi. "Tapi, saya berusaha menjadi anggota kru yang baik," kata dia. Sumber: Space.com

Baca juga:

Tiga Astronot Arab akan Shalat Berjamaah di Stasiun Luar Angkasa

SpaceX akan Membawa Astronot Wanita Pertama Saudi Arabia ke Luar Angkasa

Prototipe Pemukiman Tiup di Bulan Dapat Menampung 32 Astronot

Kapsul Orion Artemis 1 NASA Sedang Bermanuver di Bulan, Begini Cara Menontonnya

Misi Artemis NASA, Astrolab Rilis Desain Kendaraan Astronot di Bulan

Astronot NASA Bisa Berhibernasi Saat Menuju Planet Mars

Berita Terkait

Image

Gerhana Matahari Hibrida Pagi Ini, NASA Sediakan Link Live Streaming

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -