Kongres AS Cecar NASA: Amerika Harus Mengalahkan Cina di Bulan!
ANTARIKSA -- Perkembangan misi luar angkasa Cina telah meneror Amerika Serikat (AS) begitu dalam. Terbaru, penundaan program bulan Artemis NASA membuat sejumlah anggota Kongres AS gelisah.
Pekan lalu, NASA mengumumkan, saat ini mereka menargetkan misi Artemis 2 yang akan mengirim empat astronot mengelilingi bulan dari orbit pada September 2025. Sementara, misi Artemis 3 yang akan mendaratkan para astronot di dunia terdekat Bumi itu akan berjalan September 2026.
Target baru peluncuran Artemis itu mundur masing-masing satu tahun untuk setiap penerbangan. NASA terpaksa merevisi waktu misi karena masih harus melakukan lebih banyak studi terhadap perangkat keras utama Artemis. Salah satunya, instrumen pelindung panas kapsul Orion masih tidak berfungsi dengan baik saat terbang dalam misi Artemis 1 tanpa awak akhir tahun 2022.
Komite Sains, Antariksa, dan Teknologi The US House of Representatives atau DPR-nya AS mengadakan dengar pendapat tentang rencana Artemis yang baru pada Rabu, 17 Januari waktu setempat. Banyak anggota menyuarakan keprihatinan atas kegagalan tersebut.
Baca Juga: China Vs AS di Bulan, Pakistan Resmi Bergabung dengan ILRS China
“Saya mengingatkan rekan-rekan saya bahwa kita bukan satu-satunya negara yang tertarik mengirim manusia ke bulan,” kata Ketua Komite, Frank Lucas dalam sambutan pembukaannya.
Dia menegaskan, Partai Komunis Cina secara aktif mencari mitra internasional untuk misi bulan mereka, sebuah stasiun penelitian bulan atau The International Lunar Research Station (ILRS). Cina, kata dia, telah menyatakan ambisinya memiliki taikonot di permukaan bulan pada tahun 2030.
“Negara yang pertama kali mendarat akan memiliki kemampuan menentukan preseden apakah aktivitas bulan di masa depan akan dilakukan dengan keterbukaan dan transparansi, atau dengan cara yang lebih terbatas,” kata dia.
Anggota Pemeringkat Komite, Zoe Lofgren dari Partai Demokrat California juga menyuarakan sentimen serupa. "Biar saya perjelas: Saya mendukung Artemis," kata dia. Tetapi, lanjut Lofgren, saya ingin keberhasilan, terutama mengalahkan Cina yang berada di belakang AS.
"Dan kita ingin membantu komite ini dalam memastikan bahwa Artemis kuat dan tetap berada pada jalurnya seiring kita berupaya memimpin dunia, bergandengan tangan dengan mitra kami, dalam eksplorasi manusia di bulan dan sekitarnya," kata dia.
Baca Juga: Pentagon Paparkan Rencana Baru Melawan China, Perburuan Luar Angkasa
Beberapa anggota komite lainnya menekankan perlombaan baru ke bulan adalah bagian dari persaingan yang lebih luas dengan Cina. Berada di posisi kedua bisa membahayakan keamanan nasional AS.
“Bukan rahasia lagi bahwa Cina memiliki tujuan untuk melampaui Amerika Serikat pada tahun 2045 sebagai pemimpin global di bidang luar angkasa. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi,” kata anggota komite, Rich McCormick.
Ia menekankan, keunggulan teknologi luar angkasa yang di harus melindungi Amerika Serikat. Bukan hanya pada perekonomian, namun juga teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi bangsa AS.
Sementara, Bill Posey menyebut ruang angkasa sebagai tempat tertinggi militer. Karenanya, siapa pun yang memimpin di garis depan terakhir akan mengendalikan nasib Bumi ini.
Empat orang memberikan klarifikasi selama persidangan. Mereka adalah Catherine Koerner sebagai administrator asosiasi Direktorat Misi Pengembangan Sistem Eksplorasi NASA; George Scott sebagai inspektur jenderal NASA; William Russell sebagai direktur kontrak dan akuisisi keamanan nasional di Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS (GAO); dan Mike Griffin sebagai administrator NASA periode 2005 hingga 2009.
Russell dan Scott membahas tantangan ke depan untuk program Artemis, khusus pada target mendirikan pangkalan manusia di dekat kutub selatan bulan akhir tahun 2020-an. Sejumlah tantangan tersebut mencakup jadwal peluncuran yang ambisius, kurangnya transparansi jadwal yang direncanakan, dan harga program tersebut.
“NASA belum mengembangkan perkiraan komprehensif untuk seluruh biaya Artemis,” kata Scott. Dia mencatat, laporan NASA tahun 2021 mencatat total biaya program dari tahun 2012 hingga 2025 sekitar 93 miliar dolar AS.
“Tanpa badan tersebut sepenuhnya memperhitungkan dan secara akurat melaporkan keseluruhan biaya misi saat ini dan ke depan, akan sulit bagi Kongres membuat keputusan mengenai kebutuhan pendanaan jangka panjang NASA,” tambah Scott.
Baca Juga: Kepala NASA Masih Parno dengan Perkembangan Misi Cina di Bulan, Begini Komentarnya
Koerner mengakui tantangan tersebut, namun menekankan NASA terus berupaya mengatasinya dan masih berada di jalur yang tepat untuk melakukannya. “Kami percaya, dan administrator kami baru saja membicarakan hal ini pekan lalu, bahwa kita akan berada di permukaan bulan sebelum Cina," katanya.
Griffin tidak sependapat dengan optimisme NASA. Ia mengaku sangat kecewa dengan program Artemis yang sedang dibangun saat ini.
“Menurut penilaian saya, program Artemis terlalu rumit, harganya tidak realistis, membahayakan keselamatan kru, menimbulkan risiko penyelesaian misi yang sangat tinggi dan sangat kecil kemungkinannya untuk diselesaikan tepat waktu, bahkan jika berhasil,” kata Griffin.
Ia menegaskan, sejumlah kelemahan tersebut merupakan masalah besar, mengingat pentingnya perlombaan bulan saat ini dalam dunia politik kekuatan global. “Bagi Amerika Serikat dan mitra-mitranya, tidak bisa berada di bulan ketika negara lain berada di sana adalah hal yang tidak dapat diterima,” kata Griffin.
Baca Juga: Perbandingan Stasiun Luar Angkasa China Vs Stasiun Luar Angkasa Internasional Milik AS dkk
"Kita memerlukan program yang konsisten dengan tema itu. Artemis bukanlah program (yang konsisten seperti) itu. Kita perlu memulainya kembali, bukan mempertahankan pada jalurnya." Sumber: Space.com