Pentagon Paparkan Rencana Baru Melawan China, Perburuan Luar Angkasa
ANTARIKSA -- Departemen Pertahanan Amerika Serikat harus memutar otak untuk melawan perkembangan militer adidaya baru, Tiongkok China. Pentagon kini memiliki sejumlah rencana baru untuk melawan negara yang dianggap rival potensial setelah Rusia.
Berdasarkan strategi baru untuk melawan pembangunan militer Tiongkok China, Pentagon menganjurkan penggunaan platform otonom berbiaya rendah sehingga dapat diproduksi secara massal. Platform yang diinginkan akan digunakan di laut, darat, udara, dan luar angkasa.
“Ini adalah tentang mendorong perubahan budaya dan juga perubahan teknologi, sehingga kita dapat memperoleh keuntungan militer dengan lebih cepat,” kata Wakil Menteri Pertahanan AS, Kathleen Hicks dalam konferensi tahunan DefenseNews pada 6 September 2023, lalu.
Hicks membahas rencana Departemen Pertahanan untuk menerapkan ribuan sistem otonom di semua domain dalam 18 hingga 24 bulan ke depan. Ancaman dari Tiongkok, kata dia, tidak dapat dikesampingkan. "Departemen Pertahanan akan terus berinvestasi pada platform tradisionalnya, namun akan melawan dengan sistem milik kita sendiri, atau sistem otonom dalam jumlah besar," kata dia.
Pentagon akan mengerahkan armada drone kecil dan sejumlah satelit yang biaya penggantinya tidak mahal.
Bayangkan, kata dia, itu adalah konstelasi sistem otonom dan dapat diatribusikan di orbit. Mereka terlempar ke ruang angkasa dalam jumlah yang sangat banyak sehingga mustahil bagi musuh untuk menghilangkan atau menurunkan semuanya.
"Strateginya adalah memanfaatkan platform yang kecil, cerdas, murah, dan banyak,” kata Hicks.
Konstelasi yang Berkembang Biak
Satelit pintar yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menavigasi, melacak, dan mengambil gambar objek bukanlah teknologi baru. Hicks mencatat, Departemen Pertahanan telah menganut konsep konstelasi satelit berbiaya rendah dalam jumlah besar. Namun langkah selanjutnya adalah memproduksinya dalam jumlah yang lebih besar.
Hicks menegaskan, gagasan yang sama berlaku untuk sistem otonom udara, maritim, dan darat. “Kita telah melihat penerapan sistem yang kecil, cerdas, murah, dan banyak lagi. Dan kita melihatnya di luar angkasa, ratusan mil di atas kepala kita,” kata Hicks.
Selama ini, kata dia, orang menghitung kemampuan luar angkasa AS hanya pada segelintir orang. Di antaranya, satelit seukuran bus sekolah yang pembuatan dan pembeliannya membutuhkan waktu puluhan tahun, dan peluncurannya memakan waktu bertahun-tahun.
Badan Pengembangan Luar Angkasa militer AS sedang membangun konstelasi yang berkembang biak. Departemen Pertahanan juga merupakan pelanggan utama Starlink, sebuah jejaring mega konstelasi internet milik SpaceX di luar angkasa. Hicks mengatakan, sistem komersial baru itu telah membantu Amerika Serikat mempertahankan keunggulan atas Tiongkok dalam perlombaan antariksa.
“Kami juga semakin memanfaatkan konstelasi satelit yang lebih kecil, tangguh, dan berbiaya rendah. Beberapa diluncurkan hampir setiap pekan, dengan lusinan muatan dikerahkan setiap kali,” katanya.
Karena pertumbuhan ruang komersil, kata Hicks, perlombaan luar angkasa kini berubah menjadi perburuan luar angkasa. Ia meyakini, dengan semakin banyaknya investasi Departemen Pertahanan, keunggulan Amerika akan semakin meningkat.
"Menyerang atau mengganggu jaringan satelit yang besar akan menjadi usaha yang sia-sia. Bahkan tidak layak untuk direnungkan, apalagi dicoba,” Hicks secara tidak langsung mengingatkan Tiongkok China. Sumber: Space News