Pertahanan

China Vs AS di Bulan, Pakistan Resmi Bergabung dengan ILRS China

Render yang menggambarkan infrastruktur ILRS China-Rusia di bulan. Pakistan baru saja bergabung dengan proyek tersebut pada Oktober 2023. Gambar: CNSA/Roscosmos

ANTARIKSA -- Dua kelompok manusia akan segera terbentuk di bulan. Satunya dari komunitas yang dipimpin oleh Amerika Serikat melalui NASA, dan kelompok lainnya dipimpin China dan Rusia. Kedua kelompok yang mewakili berbagai negara di Bumi itu mulai bersaing semakin terbuka.

Dalam persaingan itu, Pakistan secara resmi bergabung dengan proyek Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS) yang dipimpin China. Hal itu diumumkan oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) pada Jumat, 20 Oktober 2023, kemarin.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Zhang Kejian, administrator CNSA, dan Moin ul Haque, duta besar Pakistan untuk China menandatangani kerja sama di ILRS antara CNSA dan Komisi Penelitian Luar Angkasa dan Atmosfer Atas Pakistan (SUPARCO) pada 18 Oktober 2023. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dan perdana menteri sementara Pakistan, Anwaar ul Haq Kakar. 

Perjanjian itu akan membuat CNSA dan SUPARCO melakukan kerja sama yang luas dalam demonstrasi, implementasi, pengoperasian, dan penerapan ILRS. Begitu juga dengan pelatihan dan bidang lainnya yang berkaitan dengan membangun koloni di bulan.

Baca Juga: Mengapa AS, China, Rusia hingga India Berlomba ke Kutub Selatan Bulan? Masa Depan Ada di Sana

Proyek ILRS akan dimulai dengan membangun pangkalan permanen di bulan pada tahun 2030-an. Misi penjajakan terus dilakukan sejak tahun 2020-an. Inisiatif ini dipandang sebagai proyek yang berpotensi menjadi pesaing Program Artemis yang sedang dipimpin AS melalui NASA.

Negara tarakhir yang bergabung dengan China sebelum Pakistan adalah Azerbaijan. Negara itu menandatangani kesepakatan pada 8 Oktober 2023. Hingga saat ini, proyek ILRS sudah beranggotakan 10 negara dan lembaga.

CNSA dan SUPARCO juga menandatangani Nota Kesepahaman mengenai kerja sama di bidang sampah luar angkasa dan pengelolaan lalu lintas luar angkasa.
Pakistan juga akan terlibat dalam misi pengembalian sampel bulan Chang'e-6, yang akan diluncurkan pada pertengahan 2024. Saat ini, mereka sedang mengerjakan cubesat ICUBE-Q untuk misi tersebut bekerja sama dengan Universitas Shanghai Jiaotong.

Pakistan memiliki beberapa satelit di orbit, termasuk Pakistan Remote Sensing Satellite-1 (PRSS-1) yang dibuat dan diluncurkan oleh China pada tahun 2018. PakTES-1A eksperimental buatan SUPARCO juga ikut dalam penerbangan Long March 2C. CNSA dan SUPARCO sebelumnya juga dilaporkan sedang berupaya menandatangani perjanjian kerangka kerja sama penerbangan luar angkasa manusia.

Baca Juga: China dan AS Bersitegang Soal Stasiun Luar Angkasa

Rusia, Venezuela, dan Afrika Selatan adalah negara penandatangan proyek ILRS lainnya yang dikenal di tingkat nasional atau badan antariksa. Organisasi Kerja Sama Luar Angkasa Asia-Pasifik (APSCO), perusahaan Swiss nanoSPACE AG, Asosiasi Observatorium Bulan Internasional (ILOA) yang berbasis di Hawaii, dan Institut Penelitian Astronomi Nasional Thailand (NARIT) juga telah menandatangani kerja sama itu.

Proyek ini berjalan cepat sejak China dan Rusia mempresentasikan peta jalan bersama untuk ILRS di St Petersburg pada Juni 2021. Namun Beijing tampaknya telah mengambil peran sebagai pemimpin proyek tersebut sejak Rusia berperang dengan Ukraina. 

Seorang pejabat China di Kongres Astronautika Internasional (IAC) ke-74 di Baku, Azerbaijan, awal bulan ini mempresentasikan slide misi ILRS yang hanya menunjukkan roket Long March 9 yang terlibat dalam peluncuran infrastruktur. Slide baru itu menghilangkan kendaraan peluncuran super berat Rusia yang ditampilkan dalam peta jalan 2021. 

Baca Juga: Sengketa Lahan di Bulan Semakin Menghawatirkan

China juga sedang mendirikan sebuah organisasi bernama ILRSCO di Kota Hefei, Provinsi Anhui untuk mengoordinasikan inisiatif tersebut. 

China Terus Mengintai AS di Luar Angkasa

Persaingan AS dan China di luar angkasa mulai semakin rumit. Sebagai adidaya baru di bumi maupun luar angkasa, China seperti tidak ingin membuat AS mengunggulinya dalam bidang apapun.

AS dan China telah bersaing mengerjakan rencana robot dan misi manusia ke bulan masing-masing. Semua itu dipandang sebagai upaya terpisah untuk menegaskan kepemimpinan dalam eksplorasi ruang angkasa. 

Persaingan ini juga menggambarkan kemungkinan pengembangan ekosistem dan rencana industri luar angkasa internasional yang berbeda. Di sisi AS, jumlah negara yang menandatangani Perjanjian Artemis juga semakin meningkat. Bulan lalu, Jerman menjadi negara ke-29 yang mendaftar.

Baca Juga: Parno dengan China, Kongres AS Berikan Dana Besar untuk Space Force

NASA berencana meluncurkan misi Artemis 2, mengelilingi bulan bersama astronot pada November 2024. Misi itu akan diikuti oleh Artemis 3, pendaratan astronot di kutub selatan bulan, paling lambat akhir tahun 2025.

Sementara, China telah mengumumkan rencana mengirim sepasang taikonot ke bulan sebelum tahun 2030. Misi pendahulu ILRS, Chang'e-7 dan Chang'e-8 akan diluncurkan pada tahun 2026 dan 2028 untuk memverifikasi teknologi yang diperlukan untuk ILRS. Sumber: Space News

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -