Penelitian Baru: Kehidupan seperti di Bumi Bisa Bertahan di Venus
ANTARIKSA -- Jika Venus menampung makhluk hidup di awan beracunnya, kemungkinan besar mereka tidak akan kekurangan asam amino, salah satu bahan penting penyusun kehidupan di Bumi. Setidaknya, itulah yang dikatakan para ilmuwan sebagai hasil percobaan baru di laboratorium.
Meskipun merupakan kembaran Bumi, Planet Venus mendesis pada suhu yang mencapai ratusan derajat dan diselimuti oleh awan yang terbuat dari asam sulfat korosif. Itu adalah cairan karsinogenik tidak berwarna yang mampu melarutkan logam, mengikis gigi, dan mengiritasi mata, hidung, serta tenggorokan kita.
Karenanya, planet berbatu itu tidak dianggap sebagai habitat bagi organisme hidup. Jelas, ia tidak seramah Mars, bulan es Europa di Jupiter, atau Enceladusb di Saturnus. Namun, para ilmuwan menduga kehidupan apa pun yang mungkin muncul di lingkungan neraka Venus bisa ditemukan melayang di awannya. Meskipun beracun, awan Venus lebih dingin dari permukaan planet sehingga dapat mendukung beberapa bentuk kehidupan ekstrem.
Percobaan laboratorium baru yang dilakukan para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), menemukan 19 asam amino secara mengejutkan bertahan selama setidaknya satu bulan dalam larutan asam sulfat yang mengandung sedikit air. Konsentrasi asam sulfat dalam larutan tersebut serupa dengan yang ditemukan di awan Venus.
Baca Juga: Venus, Planet Terang dengan Atmosfer Mengerikan dan Beracun
Penelitian mereka telah dipublikasikan di jurnal Astrobiology pada 18 Maret 2024. Hasilnya menunjukkan asam sulfat tidak secara universal bermusuhan dengan kimia organik yang kita temukan di Bumi. Hal itu menunjukkan bahwa awan Venus dapat menampung setidaknya beberapa molekul kompleks yang ramah kehidupan.
"Ini tidak berarti kehidupan di sana akan sama dengan di sini. Faktanya, kita tahu hal itu tidak mungkin terjadi," kata Sara Seager, salah satu penulis penelitian baru tersebut. Ahli astrofisika dan ilmuwan planet di MIT itu mengatakan, setidaknya penelitian mereka telah memajukan gagasan bahwa awan Venus dapat mendukung bahan kimia kompleks yang diperlukan untuk kehidupan.
Awal tahun lalu, Seager dan rekan-rekannya melarutkan 20 asam amino biogenik dalam botol berisi asam sulfat yang dicampur dengan air untuk meniru lingkungan yang ditemukan di awan Venus. Asam amino biogenik adalah molekul penting bagi semua bentuk kehidupan di Bumi, yang berperan dalam memecah makanan, menghasilkan energi, membentuk otot, dan banyak lagi.
Selama empat pekan, timnya menganalisis struktur asam amino yang di antaranya adalah glisin, histidin, dan arginin. Mereka menemukan 'tulang punggung' molekuler dari 19 molekul tetap utuh meskipun dalam lingkungan yang sangat asam.
“Orang-orang mempunyai persepsi bahwa asam sulfat pekat adalah pelarut yang sangat agresif yang akan menghancurkan segalanya. Tetapi kami menemukan bahwa hal itu belum tentu benar," kata rekan penulis penelitian, Janusz Petkowski dari Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet (EAPS) MIT.
Baca Juga: Misteri Awan Venus yang Mengandung Asam Sulfat Pekat
Percobaan itu berakhir setelah empat pekan karena tidak ada tanda-tanda aktivitas lebih lanjut dari larutan tersebut. Pemimpin penelitian itu, Maxwell Seager mengklarifikasi, stabilnya tulang punggung molekuler tersebut dalam asam sulfat memang tidak mengartikan ada kehidupan di Venus. “Tetapi jika kita menunjukkan bahwa tulang punggung ini telah dihancurkan, maka tidak akan ada peluang bagi kehidupan seperti yang kita ketahui,” kata peneliti dari Worcester Polytechnic Institute Massachusetts itu.
Sembilan dari 20 asam amino yang diuji tim juga ditemukan dalam meteorit. Hal itu mengundang dugaan bahwa tabarakan meteor telah memasok molekul-molekul tersebut ke Venus.
Mencari molekul seperti itu di awan tebal Venus adalah fokus dari misi yang didanai swasta ke planet itu pada Januari 2025. Disebut Venus Life Finder, misi itu akan mengirimkan pesawat ruang angkasa bernama Photon, yang akan terbang melewati Venus dan menjatuhkan wahana kecil ke atmosfer planet tersebut.
Wahana tanpa parasut itu dirancang untuk mendeteksi senyawa organik saat jatuh melewati atmosfer. Ia akan mengirim data ke Bumi sebelum hancur, yang pada akhirnya membantu menilai potensi kelayakhunian Venus. Sumber: Space.com