Ledakan Sinar Gamma Terbesar Mengguncang Atmosfer Atas Bumi
ANTARIKSA -- Para ilmuwan memastikan, ledakan sinar gamma paling dahsyat setelah Big Bang telah menghantam Bumi dan menyebabkan gangguan signifikan di sekitar planet kita. Ledakan sinar gamma yang sangat terang dan bertahan lama itu terdeteksi pada Oktober 20222.
Para ilmuwan menyebut semburan itu sebagai BOAT atau the brightest of all time (yang paling terang sepanjang masa). Namun, secara resmi diberi nama GRB 221009A setelah ditemukan oleh serangkaian satelit pendeteksi energi tinggi di sekitar Bumi.
"Kami telah mengukur semburan sinar gamma sejak tahun 1960an, dan ini adalah ledakan sinar gamma terkuat yang pernah diukur,” kata ilmuwan di Institut Astrofisika, Pietro Ubertini. Ia adalah salah satu penulis penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Communications pada Selasa, 14 November 2023 tersebut.
BOAT diyakini terjadi akibat ledakan sebuah bintang masif yang terletak lebih dari 2 miliar tahun cahaya dari bumi. Ledakan itu menciptakan supernova sebelum jatuh ke dalam lubang hitam.
Baca Juga: Ilmuwan Akhirnya Merinci BOAT (GOAT), Ledakan Sinar Gamma Terbesar Sejak Big Bang
Radiasi ledakan BOAT itu menghantam planet kita dan menimbulkan dampak yang parah pada ionosfer bumi. Lapisan atas atmosfer itu terbentang sekitar 50 - 1.000 kilometer di atas permukaan bumi dan kaya akan partikel bermuatan listrik.
Awalnya, penyelidikan terhadap dampak radiasi BOAT untuk mengungkap apakah kepunahan massal di bumi disebabkan oleh sinar gamma tersebut.
Seberapa Terang Ledakan Sinar Gama BOAT?
Ketika para ilmuwan mendeteksi BOAT pada bulan Oktober 2022, mereka menemukan ledakan tersebut setidaknya 10 kali lebih kuat dari ledakan sinar gamma paling energik yang diketahui. “Foton telah terdeteksi dari ledakan sinar gamma yang memiliki energi lebih besar daripada yang dihasilkan oleh Large Hadron Collider (LHC),” kata Jillian Rastinejad, kandidat doktor Universitas Northwestern. Ia tidak terlibat dalam penelitian baru, namun bagian dari tim yang pertama kali mendeteksi BOAT.
Rastinejad menjelaskan, LHC bisa menghasilkan energi setinggi 13 tera elektron volt (TeV) atau 13 triliun elektron volt. Namun, BOAT menghasilkan foton dengan energi sedikitnya 18 TeV.
Karena itu, tidak mengherankan bahwa selama 800 detik sinar gamma BOAT menghujani Bumi, ionosfer bumi terganggu selama beberapa jam. Penulis studi baru mengatakan, China Seismo-Electromagnetic Satellite (CSES) yang berada di ionosfer, harusnya bisa mendeteksi gangguan tersebut.
Lemahnya deteksi itu membuat para ilmuwan berhipotesis bahwa pada saat semburan sinar gamma bintang jauh mencapai Bumi, kekuatannya tidak lagi cukup untuk mengguncang konduktivitas ionosfer. Namun BOAT berbeda karena pengaruhnya terhadap ionosfer terlihat jelas dalam bentuk variasi medan listrik yang kuat. Efek BOAT juga bisa diukur di atmosfer yang lebih dekat dengan permukaan bumi, melalui sinyal radio yang memantul antara permukaan tersebut dan ionosfer.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bayi Bintang Mirip Matahari, Memuntahkan Sinar Gamma
“Yang perlu diperhatikan, gangguan ini berdampak pada lapisan paling bawah ionosfer bumi, yang terletak hanya puluhan kilometer di atas permukaan planet kita, meninggalkan jejak yang sebanding dengan jilatan api matahari besar,” kata Laura Hayes dari Badan Antariksa Eropa (ESA).
“Pada dasarnya, kami dapat mengatakan bahwa ionosfer bergerak turun ke ketinggian yang lebih rendah, dan kami mendeteksi hal ini melalui bagaimana gelombang radio memantul di sepanjang ionosfer.”
Semburan sinar gamma tidak hanya berdampak pada ionosfer, namun juga mengikis lapisan ozon planet kita. Hal itu membuat kehidupan di Bumi terpapar radiasi ultraviolet berbahaya dari matahari.
Fakta bahwa BOAT mempunyai dampak yang terukur pada ionosfer meskipun fotonnya menempuh perjalanan 2 miliar tahun untuk mencapai Bumi, memperkuat gagasan bahwa bintang masif yang mati di sekitar Bumi akan menjadi bencana besar bagi kehidupan di planet kita.
Baca Juga: Dari Mana Sinar Gamma Berasal?
Dengan efek BOAT yang terlihat di ionosfer, tim akan mencari data kerusakan serupa yang dikumpulkan oleh CSES. Kemudian, akan dikorelasikan dengan semburan sinar gamma lain yang diukur berbagai satelit. Sumber: Live Science