Dari Mana Sinar Gamma Berasal?
ANTARIKSA -- Ledakan terkuat dan paling terang di alam semesta, sinar gamma, adalah peristiwa pembentukan lubang hitam. Sejak dulu, ilmuwan hanya menemukan dua jenis semburan sinar gamma berdasarkan tandanya, yaitu berlangsung 2 hingga 30 detik dan hanya berkedip kurang dari 2 detik.
Namun, semburan ledakan sinar gamma yang berumur lebih lama telah ditemukan terkait dengan supernova yang sangat kuat, yaitu hypernova. Hal itu terjadi ketika bintang dengan massa lima dan 10 kali kali matahari sekarat dan meledak ke dalam lubang hitam. Menurut NASA, Hypernova 100 kali lebih terang dari supernova biasa dan diperkirakan dihasilkan oleh bintang yang berputar sangat cepat atau memiliki medan magnet yang sangat kuat sehingga memberikan energi luar biasa saat pembakarannya.
Tetapi, semburan sinar gamma berumur pendek, yang merupakan 30 persen dari peristiwa semacam itu, tetap menjadi misteri hingga tahun 2005, terutama karena terlalu cepat berlalu sehingga sulit diamati. Pada 2004, NASA meluncurkan Neil Gehrels Swift Observatory yang kemudian merekam data pijaran cahaya semburan sinar gamma berumur pendek. Observatorium itu menemukan tanda ledakan itu disebabkan oleh dua bintang ultra padat yang mati atau bintang neutron, bertabrakan dan membentuk lubang hitam, atau ketika lubang hitam memakan bintang neutron.
Ledakan seperti itu begitu kuat sehingga menghasilkan riak dalam jalinan ruang-waktu yang disebut gelombang gravitasi. Saat ini, para peneliti telah menyalakan Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO), yang dapat mendeteksi gelombang gravitasi dari tabrakan tersebut. LIGO diharapkan mengumpulkan lebih banyak informasi tentang proses yang mendasari semburan sinar gamma berumur pendek.
Baca juga:
Tahun Ini, Cina dan Prancis Berkolaborasi Memburu Sinar Gamma
Sinar Gamma masih penuh misteri
Masih banyak yang tidak diketahui tentang semburan sinar gamma. Pengamatan terbaru menunjukkan, foton yang dipancarkan dari semburan sinar gamma berosilasi ke arah yang sama. Namun, karena alasan tertentu, arahnya berubah seiring waktu.
"Apa ini bisa terjadi, kami benar-benar tidak tahu," kata seorang ilmuwan di Universitas Jenewa Swiss, Merlin Kole. Ia adalah salah satu peneliti utama dalam studi ledakan sinar gamma.
Semburan sinar gamma juga tampaknya memfokuskan energinya dalam pancaran sempit, bukan secara merata ke segala arah. Para astronom memperkirakan, meskipun satelit melihat sekitar satu ledakan sinar gamma per hari, kemungkinan ada sekitar 500 kejadian yang luput dari pantauan dalam periode yang sama.
Sejauh ini, semburan sinar gamma hanya terdeteksi di galaksi jauh. Namun, mungkin saja terjadi di galaksi Bima Sakti kita. Kepunahan Ordovisium, salah satu dari lima peristiwa kepunahan besar dalam sejarah planet kita, terjadi sekitar 450 juta tahun yang lalu dan mungkin disebabkan oleh zaman es yang dipicu oleh ledakan sinar gamma.
Jika ledakan sinar gamma terjadi di dekat Bumi, itu akan melucuti lapisan ozon pelindung planet kita dan membuat semua kehidupan terkena radiasi ultraviolet yang mematikan. Jadi, meskipun para ilmuwan mungkin berharap punya kesempatan menyaksikan ledakan sinar gamma dari dekat, mereka tak akan berani berharap itu terjadi di galaksi kita. Sumber: Space.com