Ilmuwan Temukan Bayi Bintang Mirip Matahari, Memuntahkan Sinar Gamma
ANTARIKSA -- Para astronom telah menyaksikan bintang muda mirip Matahari yang memancarkan radiasi gamma berenergi tinggi untuk pertama kalinya. Pengamatan tersebut merupakan bukti pertama bahwa jenis bintang bermassa rendah (T Tauri) yang dikelilingi piringan gas dan debu pembentuk planet, dapat memancarkan radiasi gamma.
Singkatnya, jenis radiasi ini mewakili bentuk cahaya paling energik. Pada akhirnya, temuan ini dapat mempunyai implikasi penting bagi pemahaman kita tentang bintang dan sistem planet selama tahun-tahun pembentukannya.
“Bukti pengamatan ini sangat penting untuk memahami asal usul sumber yang sebelumnya tidak diketahui selama lebih dari satu dekade, yang tidak diragukan lagi merupakan sebuah langkah maju dalam astronomi,” kata Agostina Filocomo, pemimpin tim penemuan dan astronom di Universidad Nacional de La Plata seperti dilansir Live Science, Selasa, 29 Agustus 2023.
Menurut dia, penting juga untuk memahami proses yang terjadi selama fase awal pembentukan bintang. Jika bintang T Tauri menghasilkan radiasi sinar gamma, hal ini akan mempengaruhi kondisi gas pada piringan protoplanet, dan akibatnya, evolusi pembentukan planet.
Para astronom menangkap pengamatan mereka terhadap bintang menarik ini dengan teleskop satelit Fermi, yang mengamati alam semesta dalam sinar gamma. Dengan kata lain, teleskop ini memiliki kemampuan mengumpulkan data radiasi berenergi tinggi yang sulit dikumpulkan dari permukaan bumi. Fermi telah mengamati langit sejak diluncurkan pada 2008, namun sekitar 30 persen sinar gamma yang dilihatnya belum dapat dikaitkan dengan sumbernya. Karena itu, Filocomo dan timnya mulai mencoba mengidentifikasi beberapa sumber misterius ini.
Sinar gamma bisa berasal dari bayi bintang yang mengamuk
Tim peneliti pada dasarnya menemukan banyak sinar gamma tampaknya berasal dari daerah pembentukan bintang yang aktif. Hal ini sulit untuk dijelaskan dan memerlukan penyelidikan lebih dalam, dengan tim yang mendalami wilayah pembentuk bintang NGC 2071.
Secara khusus, Filocomo dan rekannya mencari bintang T Tauri di NGC 2071, yang terletak di bagian utara awan molekul Orion B, yang terletak sekitar 1.350 tahun cahaya dari Bumi. Bintang T Tauri terkenal karena sering ditemukan di dekat daerah pembentuk bintang, masih terbungkus dalam gas dan debu yang membentuknya. Karena terselubung dalam buaian gas ini, bintang T Tauri menunjukkan tingkat kecerahan yang berfluktuasi, menjadikannya jenis bintang variabel.
Tim mengidentifikasi tiga sumber sinar gamma berbeda tak dikenal yang tampaknya berasal dari arah NGC 2071, tempat setidaknya 58 bintang T Tauri diketahui sedang terbentuk. Menurut para peneliti, tidak ada objek lain di wilayah tersebut yang dapat menjadi sumber emisi sinar gamma.
Tim memperkirakan bintang T Tauri bisa memancarkan sinar gamma secara sporadis selama peristiwa suar dahsyat yang disebut megaflares. Peristiwa itu terjadi ketika energi magnetis yang tersimpan di atmosfer bintang muda dilepaskan dalam bentuk semburan elektromagnetik yang kuat.
Konsep ini mirip dengan jilatan api matahari yang diluncurkannya. Hanya saja, jilatan api tersebut terjadi dalam skala yang jauh lebih besar. Megaflare dapat meregang hingga jarak yang setara dengan beberapa kali radius bintang yang meluncurkannya dan sangat kuat. Artinya, jika matahari meledakkan letusan tersebut, kehidupan di Bumi akan terancam.
Namun, terlepas dari potensi destruktif ini, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa megaflare pada awal sejarah tata surya kemungkinan sangat bermanfaat. Ketika matahari masih tertanam dalam piringan gas dan debu, megaflare mungkin membantu kelahiran planet dengan mendorong gas dan memicu pembentukan kerikil dan material berbatu kecil lainnya.
Dengan demikian, temuan tim ini tidak hanya dapat membantu menjelaskan deteksi sinar gamma yang sebelumnya tidak diketahui, namun juga dapat berdampak pada pemahaman kita tentang tata surya, terutama pada periode ketika planet kita diciptakan. “Penemuan fenomena ini berfungsi untuk memahami bagaimana tidak hanya matahari tetapi juga planet asal kita, Bumi, terbentuk dan berevolusi,” kata Filocomo.
Penelitian tim ini dipublikasikan pada 23 Agustus di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Sumber: Live Science