Pesawat OSIRIS NASA Selamat dari Kutukan Matahari, Asteroid Apophis Masih Jauh
ANTARIKSA -- Sejak Desember lalu, wahana antariksa NASA, OSIRIS-APEX telah menjalani jeda selama dua bulan karena melintas 40,2 juta kilometer lebih dekat ke matahari. Padahal, pesawat ruang angkasa itu tidak dirancang untuk sedekat itu.
OSIRIS sedang dalam perjalanan menuju batu luar angkasa bernama Apophis, sebuah asteroid berpotensi membawa kiamat untuk bumi. Ia berada pada titik terdekatnya dengan matahari pada 2 Januari 2024.
Itu adalah yang pertama dari tujuh pendekatan dengan matahari (perihelion) yang harus dilalui OSIRIS, sebelum mencapai asteroid target pada tahun 2029. Selama dua bulan terakhir, pesawat tersebut dimasukkan ke dalam salah satu dari dua panel surya untuk melindungi instrumen paling sensitifnya, sesuatu yang membatasi kemampuannya berkomunikasi dengan pengendali misi di Bumi.
Namun NASA kini telah menerima informasi yang cukup dari wahana tersebut, bahwa ia tampaknya kembali berfungsi dengan baik. “Sejak awal Desember 2023, para insinyur memiliki informasi yang terbatas mengenai status pesawat ruang angkasa karena dikonfigurasi untuk keselamatannya,” kata NASA dalam pernyataannya, Selasa, 20 Februari 2024, lalu.
Baca Juga: OSIRIS-APEX, Misi Baru Menuju Asteroid Apophis, Asteroid yang Berpotensi Tabrak Bumi
Data awal yang masuk menunjukkan OSIRIS-APEX berperforma seperti yang diperkirakan. Namun dibutuhkan waktu beberapa bulan bagi tim misi untuk melakukan penilaian penuh terhadap kinerja pesawat.
Setelah perihelion pada 2 Januari, orbit wahana perlahan menjauh dari matahari. Awal bulan ini, jaraknya mencapai 96 juta km, yang dianggap cukup jauh bagi matahari untuk tidak menggoreng instrumen OSIRIS.
"Pesawat luar angkasa itu kemudian mengganti posisinya dengan panel surya ke tempat semula untuk menghasilkan listrik lagi," kata NASA.
Hal penting yang belum diketahui saat ini adalah apakah panas terik matahari telah merusak bagian permukaan atau komponen wahana tersebut. Jika itu terjadi, maka akan menghambat kinerja pesawat.
Sebelumnya, simulasi komputer dalam persiapan menghadapi perihelion seperti itu menunjukkan panel surya yang disesuaikan akan menjaga OSIRIS agar tidak terlalu panas. "Tetapi setiap kali Anda mengambil perangkat keras penerbangan luar angkasa di luar kriteria desain, Anda akan menanggung risiko," kata peneliti utama misi tersebut, Dani Mendoza DellaGiustina saat itu.
APOPHIS dalam DATA:
- - Lebar : 340 meters
- Periode orbit : 324 hari
- Massa : 26,99 miliar kg
- Ditemukan : 19 Juni 2004
- Kelompok asteroid : Asteroid Aten
- Tipe spektrum : Asteroid tiper S (berbatu)
- Penemu : David J Tholen, Roy A Tucker, Fabrizio Bernardi - - Melintasi Bumi : 13 April 2029 pada jarak 31.860 km
Jika semua instrumen OSIRIS masih baik-baik saja, ia akan melakukan perihelion kedua pada 1 September 2024 nanti. Saat itu, matahari diperkirakan telah masuk pada solar maksimum, yaitu siklus 11 tahun puncak aktivitas bintang kita.
Baca Juga: Bumi Siaga, Matahari telah Meledakan 3 Kali Suar Kelas X Menjelang Solar Maksimum 2024
Jadi, jika OSIRIS masih selamat saat mendekati matahari yang sedang 'marah besar' itu, maka Apophis masih bisa diraih. Namun, ia juga masih menyisakan lima kali perihelion untuk mencapainya.
Dari Bennu ke Apophis
Wahana OSIRIS itu awalnya dirancang untuk mengambil sampel asteroid Bennu dengan misi bernama OSIRIS-REx. Misi itu telah berhasil dan sampel yang diturunkannya masih dipelajari para ilmuwan.
Karena pesawat tersebut masih memiliki sisa bahan bakar untuk misi jangka panjang, NASA memutuskan menerbangkannya dalam perjalanan satu arah ke Apophis. Karena itu, namanya menjadi OSIRIS-APEX.
Apophis adalah asteroid selebar Empire State Building di New York City, yang diduga sisa dari lahirnya tata surya 4,6 miliar tahun lalu. OSIRIS-APEX diperkirakan mencapai Apophis sekitar April 2029.
Meskipun Apophis diklasifikasikan sebagai asteroid dekat Bumi berpotensi berbahaya, NASA telah mengesampingkan ancaman apa pun dari batuan melayang tersebut, setidaknya selama satu abad. Sumber: Space.com