News

Jamur Menyusup ke Stasiun Luar Angkasa dan Menginvasinya, Ilmuwan Malah Tersenyum

Stasiun Luar Angkasa Mir Rusia terlihat dari pesawat Ulang-alik Atlantis yang ingin berlabuh pada 15 Januari 1997. Gambar: NASA

ANTARIKSA -- Pada tahun 1988, para astronot di stasiun luar angkasa Rusia, Mir yang sekarang sudah pensiun, menyadari ada sesuatu yang menutupi salah satu jendela mereka dari luar. Benda itu bahkan mulai merambat dengan susah payah
di dalam stasiun, perlahan menghancurkan permukaan titanium-kuarsa jendela. 

Belakangan terungkap bahwa itu adalah invasi diam-diam dari jamur. Mereka menyusup sampai ke luar angkasa dengan memeluk erat para astronot sejak saat diluncurkan dari bumi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Uniknya, jamur tersebut berhasil beradaptasi dengan lingkungan luar angkasa yang keras. Tidak hanya bertahan hidup, mereka juga tumbuh subur di jendela, panel kontrol, AC, dan isolator kabel. Bahkan mencemari persediaan makanan dan air yang berharga bagi para kru. 

Itu adalah pertama kalinya ditemukan jamur yang menginvasi stasiun luar angkasa dengan kerusakan signifikan. Namun, itu bukanlah kejadian terakhir karena penjelajah antariksa tidak akan pernah benar-benar sendirian saat perjalanan ke luar angkasa.

Baca Juga: Masih Hargai NASA, Rusia Sepakat Bertahan di ISS sampai 2028

Alih-alih takut akan fakta tersebut, para ilmuwan malah tersenyum dan ingin mencoba memanfaatkannya. Saat ini, sebuah tim yang terkait dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang melakukan eksperimen hipergravitasi pada jamur.

Para peneliti ingin memahami bagaimana organisme ini bertahan hidup dengan mudah di lingkungan luar angkasa yang keras. Jika mekanismenya dipahami, kemungkinan jamur bisa berguna untuk membangun pemukiman berbasis luar angkasa ke depan. Bisa jadi, jamur akan masuk ke dalam resep pengobatan di luar dunia. 

Banyak spesies jamur yang terbang ke luar angkasa layaknya detektif. Mereka tetap tidak aktif selama peluncuran hingga perjalanan menuju alam jauh.

Setelah sampai, si jamur akan aktif berkembang biak, membentuk lapisan tebal, dan hidup di berbagai wilayah di stasiun luar angkasa. Mereka tidak hanya mengancam kesehatan astronot, tetapi juga elektronik, pipa ledeng, dan komponen lain di stasiun.

Baca Juga: Manuver ISS dan Pesawat Luar Angkasa Menghindari Sampah Antariksa

Sejak kejadian tahun 1988, terdapat banyak upaya pembersihan rutin yang ketat agar menghilangkan jamur dari dinding dan peralatan, sebelum organisme itu menyebabkan kerusakan serius. Selain upaya pencegahan ini, para ilmuwan juga menyadari, mempelajari pertumbuhan dan perilaku mereka dalam gayaberat mikro sebenarnya berguna bagi para kru selama misi luar angkasa jangka panjang.

Terutama yang disoroti adalah kemampuan jamur beradaptasi dan memperbaiki kerusakan DNA oleh radiasi ruang angkasa. Misalnya, pada tahun 2016, para peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA dengan sengaja meluncurkan jamur untuk penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

Tim mempelajari bagaimana lingkungan ISS menyebabkan spesies Aspergillus nidulans menciptakan molekul tertentu yang tidak diproduksi di Bumi. Jamur khusus ini banyak diteliti sebagai obat osteoporosis yang dapat membantu penyakit tulang. Kebetulan, sebanyak 10 juta orang di Amerika Serikat kini terserang penyakit tersebut.

Selama misi luar angkasa jangka panjang ke bulan atau Mars, aplikasi pengobatan semacam itu akan membantu astronot mempertahankan kepadatan tulang mereka. Sebab menurut penelitian, para penjelajah antariksa telah mengalami penurunan kepadatan tulang, meskipun rutin berolahraga di ISS.

Upaya mempelajari jamur juga dilakukan ESA di Bumi, khususnya bagaimana koloni itu tumbuh di lingkungan hipergravitasi. ESA membuat gravitasi secara artifisial menggunakan mesin sentrifugal, 20 kali lebih tinggi daripada di Bumi. 

Penelitian selama dua pekan menguji bagaimana spesies jamur dewasa merespons reaksi stres. Penelitian ini telah diterbitkan pada Senin, 25 September 2023. Namun, nama-nama spesies jamur tidak disebutkan.

“Kita tidak akan pernah bisa menghilangkan jamur sepenuhnya saat menjelajah luar angkasa, jadi kita perlu memahaminya,” kata Andre Antunes, peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Macau, Tiongkok.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Stasiun Luar Angkasa Uni Soviet Jatuh ke Bumi

Menurut dia, jamur menawarkan peluang dan risiko yang positif. Di bumi, jamur digunakan untuk membuat makanan, seperti ragi untuk fermentasi, obat-obatan, enzim kimia untuk industri, serta nanopartikel logam yang digunakan di berbagai bidang.

Tim peneliti juga memilih spesies jamur tertentu untuk paparan hipergravitasi putaran kedua, sebagian besar untuk menyelidiki sejauh mana reaksi stres. Mereka juga ingin memastikan mengapa spesies jamur tumbuh subur dalam kondisi gayaberat mikro.

NASA juga menggunakan jamur yang tidak aktif dan susunan kimianya untuk mengeksplorasi berbagai teknologi struktur ringan di bulan dan Mars. Kedua dataran yang melayang itu akan dianggap sebagai rumah kedua oleh para penjelajah ruang angkasa di masa depan. Sumber: Space.com

Berita Terkait

Image

Rekor Baru, Pesawat Parker Solar Probe Bakal Menyentuh Matahari Jelang Natal

Image

Fenomena Luar Biasa! Hujan Meteor Buatan Akibat Tabrakan Roket NASA, Kapan Muncul?

Image

Produsen Jam Tangan Astronot Rilis Seri Terbaru, Begini Sejarah, Spesifikasi, dan Harganya

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -