Sains

Fenomena Luar Biasa! Hujan Meteor Buatan Akibat Tabrakan Roket NASA, Kapan Muncul?

ilustrasi hujan meteor. Sumber:earthsky community photos

ANTARIKSA -- Selama bertahun-tahun, para astronom berdiskusi tentang cara-cara untuk mengalihkan asteroid yang mungkin menghantam Bumi. Pada 2022, hal ini akhirnya dicoba.

Pesawat luar angkasa NASA bernama DART (Double-Asteroid Redirection Test) diluncurkan dan diarahkan langsung ke sebuah bulan asteroid kecil bernama Dimorphos. Hasilnya sukses!

DART berhasil sedikit mengubah jalur asteroid tersebut. Namun, ada konsekuensi tak terduga: lebih dari 1 juta kilogram batuan dan debu asteroid terlempar ke luar angkasa. Kini, para ilmuwan mengatakan bahwa puing-puing dari asteroid Dimorphos ini mungkin akan menciptakan hujan meteor buatan pertama di dunia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Batuan dan debu ini bisa menghantam Mars dalam waktu sekitar tujuh tahun ke depan, dan mencapai atmosfer Bumi dalam 10 tahun. Meski tidak berbahaya, ini bisa menjadi pemandangan yang luar biasa.

Menurut penelitian, partikel yang lebih besar memiliki kemungkinan lebih besar mencapai Mars, sementara partikel yang lebih kecil lebih cenderung menuju sistem Bumi-Bulan, meskipun pengaruh ini dianggap tidak signifikan.

Partikel kecil mencapai sistem Bumi-Bulan

Diperkirakan, puing terbesar dari Dimorphos hanya seukuran bola softball. Atmosfer tebal Bumi akan menghancurkan meteorit dari hujan meteor ini, tetapi atmosfer Mars yang lebih tipis mungkin memungkinkan beberapa potongan besar untuk sampai ke permukaan planet.

Josep M. Trigo Rodríguez dari Institut Ilmu Luar Angkasa Spanyol menyebutkan bahwa mereka terkejut menemukan bahwa partikel yang berukuran kurang dari setengah inci bisa mencapai sistem Bumi-Bulan dan menghasilkan hujan meteor baru.

Dampak dari Misi DART

Meskipun misi DART berhasil menggeser asteroid dari jalurnya, studi lanjutan masih berlangsung. Pada Oktober 2024, Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan misi Hera untuk mengamati lebih lanjut Dimorphos dan asteroid induknya, Didymos. Misi ini bertujuan untuk mengumpulkan data lebih rinci tentang massa, struktur, dan komposisi asteroid, sehingga metode pertahanan planet ini dapat dipelajari dan digunakan kembali di masa depan.

Michael Küppers, ilmuwan misi Hera ESA, mengatakan bahwa dampak dari DART menawarkan kesempatan langka untuk mempelajari pengiriman puing ke benda-benda langit lainnya. Pengamatan ini melibatkan simulasi puing-puing menggunakan partikel-partikel dalam berbagai ukuran dan kecepatan.

Hujan Meteor Buatan Pertama

Hujan meteor buatan ini belum tentu terjadi, tetapi sangat mungkin. Eloy Peña-Asensio, penulis utama penelitian ini, menjelaskan bahwa mereka menemukan orbit puing-puing yang mungkin membawa partikel penghasil meteor ke Mars dan Bumi. Partikel yang bergerak dengan kecepatan tinggi berpotensi mencapai sistem Bumi-Bulan dalam jangka waktu yang sama dengan puing-puing menuju Mars.

Pengamatan hujan meteor dalam beberapa dekade mendatang akan menjadi penting untuk menentukan apakah puing-puing dari Dimorphos akan mencapai Bumi.

Jika hal ini terjadi, kita akan menyaksikan hujan meteor buatan pertama di dunia.

Hujan Meteor Baru di Bulan Mei

Ketika meteorit menghantam atmosfer Bumi, mereka akan bersinar, dan warna cahaya yang dihasilkan bisa memberikan petunjuk tentang komposisi batuan dan debu tersebut. Küppers menyatakan bahwa pengamatan meteorit yang terkait dengan dampak DART, baik di Bumi maupun Mars, dapat mengungkap detail tentang komposisi mereka melalui cahaya dan warnanya.

Untuk para pengamat di Bumi, hujan meteor ini diperkirakan terjadi sekitar bulan Mei, satu dekade dari sekarang. Dan hujan meteor ini bisa kembali terjadi secara berkala selama setidaknya 100 tahun ke depan, dengan pengamatan terbaik dari belahan Bumi bagian selatan.

Berita Terkait

Image

Produsen Jam Tangan Astronot Rilis Seri Terbaru, Begini Sejarah, Spesifikasi, dan Harganya