Teknologi

Teknologi Layar Surya NASA Lulus Uji Penerapan, Perjalanan Antarbintang di Depan Mata (Video)

Ilustrasi misi NASA Solar Cruiser yang akan diluncurkan pada Februari 2025, merupakan contoh jenis layar surya yang sedang dikembangkan untuk penelitian terbaru ini. Gambar: NASA

ANTARIKSA -- Di masa mudanya, teknolog NASA Les Johnson terpesona oleh novel tahun 1974 The Mote in God's Eye karya Jerry Pournelle dan Larry Niven. Di sana digambarkan sebuah pesawat luar angkasa alien yang digerakkan oleh layar surya mengunjungi umat manusia di Bumi. Saat ini, Johnson dan tim NASA sedang bersiap menguji teknologi serupa.

Sejak lama NASA menyatakan rencana teknologi layar surya sebagai metode transportasi luar angkasa yang menjanjikan. Badan tersebut mencapai tonggak penting teknologi itu pada Januari kemarin dengan keberhasilan penerapan salah satu dari empat kuadran layar surya yang identik. Penyebaran layar surya itu dipamerkan pada 30 Januari di fasilitas baru Redwire Corp di Longmont, Colorado.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tim layar Surya dipimpin oleh Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA yang berbasis di Huntsville, Alabama. Tim itu terdiri dari kontraktor utama Redwire dan subkontraktor NeXolve.

 

Dalam pekerjaan itu, Redwire mengembangkan mekanisme penempatan dan boom sepanjang hampir 100 kaki. Sementara NeXolve menyediakan membran layar. Selain memimpin proyek tersebut, Marshall mengembangkan algoritme yang diperlukan untuk mengontrol dan menavigasi layar saat terbang di luar angkasa.

Baca Juga: Cina akan Mengirim Helikopter Lipat ke Mars, Intip Spesifikasi dan Tugasnya

Layar Surya adalah sistem penggerak yang ditenagai oleh sinar matahari yang dipantulkan dari layar, seperti halnya perahu layar yang memantulkan angin. Meskipun hanya seperempat layar yang disebarkan saat pemasangan di Redwire, layar lengkapnya akan berukuran 17.780 kaki atau sekitar 5.419 meter persegi saat dibuka sepenuhnya.

Walau sangat lebar, Layar Surya itu sangat tipis, dengan ketebalan kurang dari sehelai rambut manusia atau hanya 2 setengah mikron. Layarnya terbuat dari bahan polimer yang dilapisi aluminium.

Direktorat Misi Sains NASA baru-baru ini mendanai teknologi layar surya untuk mencapai tingkat kesiapan teknologi baru atau TRL 6. Artinya, siap untuk proposal penerbangan dalam misi sains.

“(penerapan) Ini adalah langkah besar terakhir di lapangan sebelum siap diusulkan untuk misi luar angkasa,” kata Johnson, yang telah terlibat dalam teknologi layar Surya di Marshall selama sekitar 25 tahun. 

“Langkah selanjutnya adalah para ilmuwan mengusulkan penggunaan layar surya dalam misi mereka. Kami telah mencapai tujuan kami dan menunjukkan bahwa kami siap diterbangkan,” kata dia.

Baca Juga: Roket Bertenaga Kotoran Sapi akan Membawa Jepang ke Bulan

Layar surya yang mampu melintasi ruang angkasa akan memberikan banyak manfaat potensial untuk misi eksplorasi luar angkasa. Sebab, teknologi itu tidak memerlukan bahan bakar apa pun, sehingga menghasilkan kinerja pendorong yang sangat tinggi dengan massa yang sangat kecil. 

Sistem propulsi dalam ruang angkasa itu sangat cocok untuk misi bermassa rendah di orbit baru. “Setelah Anda lepas dari gravitasi bumi dan menuju luar angkasa, yang penting adalah efisiensi dan daya dorong yang cukup untuk melakukan perjalanan dari satu posisi ke posisi lain,” kata Johnson.

Beberapa misi menarik yang potensial menggunakan teknologi layar surya termasuk mempelajari cuaca luar angkasa dan pengaruhnya terhadap Bumi. Bisa juga untuk studi lanjutan tentang kutub utara dan selatan matahari. 

Misi kutub matahari selama ini sulit karena kebutuhan daya dorong untuk membawa pesawat ruang angkasa ke orbit kutub mengelilingi matahari sangat tinggi. Sebagian besar sistem propulsi yang tersedia saat ini belum bisa memenuhinya.

Penggerak layar surya juga bisa meningkatkan misi masa depan ke Venus atau Merkurius. Kedekatan keduanya dengan matahari membuat peningkatan daya dorong layar surya lebih intens di sana.

"Selain itu, teknologi itu adalah sistem propulsi ramah lingkungan yang paling mutakhir," kata Johnson. Selama matahari bersinar, layar akan memiliki tenaga penggerak. 

Ketika sinar matahari lebih sedikit, laser bisa digunakan untuk mempercepat layar surya hingga kecepatan tinggi, mendorongnya keluar tata surya dan seterusnya, bahkan mungkin ke bintang lain.

“Di masa depan, kita mungkin akan menempatkan laser besar di ruang angkasa yang akan menyinari layar saat meninggalkan tata surya, mempercepatnya ke kecepatan yang semakin tinggi, hingga akhirnya mereka melaju cukup cepat untuk mencapai bintang lain dalam waktu yang wajar," kata dia.

Baca Juga: Sederet Teknologi Pesawat Antarbintang, NASA Pilih Mesin Isotop Nuklir Baru

Untuk diketahui, teknologi kecepatan sangat menentukan kita bisa mencapai sistem bintang lain tanpa kehabisan umur di tengah perjalanan. Sumber: phys.org

 
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -