Sains

Penelitian Baru Ungkap Keadaan Bumi Saat Matahari Mati

Gumpalan puing-puing dari planetesimal yang terganggu tersebar secara tidak beraturan pada orbit yang panjang dan eksentrik di sekitar katai putih. Gambar: Dr Mark Garlick/Universitas Warwick

ANTARIKSA -- Tata surya kita dan segala isinya, termasuk Bumi akan terlihat sangat berbeda ketika matahari mati. Namun apakah planet yang kita sebut rumah ini akan ditelan oleh bintang kita yang sekarat atau bisa berhasil lepas dari cengkeramannya, hanya waktu yang akan menjawabnya.

Sebuah makalah baru berjudul
'Variabilitas jangka panjang dalam puing-puing yang transit di katai putih', yang diterbitkan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada Selasa, 9 April 2024, menyatakan, dua dari empat planet bagian dalam tata Surya, Merkurius dan Venus hampir pasti akan hancur dan ditelan matahari. Namun, Bumi dan Mars yang juga planet dalam belum pasti akan selamat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun, jikapun Bumi berumur lebih lama dari bintangnya, sayangnya ia sudah tidak dapat dihuni. Penelitian tim astrofisikawan internasional itu malah menemukan sejumlah bulan di Jupiter sudah pasti akan copot dan terkoyak ketika matahari kehabisan energinya.

Ilmuwan telah lama memprediksi tentang nasib mengerikan tata surya kita pada lima miliar tahun dari sekarang. Namun, penelitian baru mempelajari apa yang terjadi pada sistem planet seperti kita ketika bintang induknya menjadi bintang mati atau katai putih.

Baca Juga: Penelitian Baru Ungkap Bagaimana Siklus Biogeokimia Menjaga Bumi tetap Layak Huni

“Apakah Bumi bisa bergerak cukup cepat sebelum matahari bisa menyusul dan membakarnya, masih belum jelas, tapi (jika terjadi) Bumi akan kehilangan atmosfer dan lautannya dan tidak akan menjadi tempat yang bagus untuk hidup," kata Profesor Boris Gaensicke, dari Universitas Warwick.

Jika planet kita ditelan oleh matahari, bersama dengan Venus dan Merkurius, hal itu akan menyebabkan Mars dan empat raksasa gas, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus mengorbit pada Matahari yang sedang sekarat. "Asteroid yang masih hidup dan bulan-bulan kecilnya kemungkinan besar akan terkoyak dan hancur menjadi debu sebelum jatuh ke bintang mati," kata tim peneliti.

Saat ini, Matahari sedang membakar hidrogen pada intinya. Namun setelah habis, ia akan mengembang dan menjadi raksasa merah, sebelum berakhir sebagai katai putih, keadaan akhir bintang ketika mereka telah membakar seluruh bahan bakarnya.

Karena itu, mempelajari bintang yang telah menjadi katai putih akan berguna untuk memberikan wawasan berbagai aspek pembentukan dan evolusi bintang. Para peneliti dalam penelitian tersebut ingin mengetahui apa yang terjadi pada asteroid, bulan, dan planet yang melintas dekat katai putih.

Apa yang mereka temukan adalah Katai putih kemungkinan besar akan sangat kejam dan membawa bencana. Mereka sampai pada kesimpulan itu setelah menganalisis transit benda-benda tersebut, yaitu penurunan kecerahan bintang yang disebabkan oleh benda yang lewat di depannya.

Baca Juga: Air yang Cukup untuk Membentuk 3 Bumi Baru Ditemukan di Piringan Bintang Muda

Berbeda dengan transit oleh planet-planet yang mengorbit di sekitar bintang, transit yang disebabkan oleh puing-puing berbentuk aneh, kacau, dan tidak teratur. "Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ketika asteroid, bulan, dan planet mendekati katai putih, gravitasi besar dari bintang-bintang ini merobek benda-benda planet kecil ini menjadi potongan yang semakin kecil," kata peneliti utama, Dr Amornrat Aungwerojwit dari Universitas Naresuan di Thailand.

Tabrakan antara potongan-potongan itu pada akhirnya menghancurkannya menjadi debu, yang kemudian jatuh ke dalam katai putih. Hal itu memungkinkan para peneliti menentukan jenis bahan apa yang membentuk planet tersebut.

Dalam penelitian baru ini, para ilmuwan menganalisis perubahan kecerahan bintang selama 17 tahun. Mereka fokus pada tiga katai putih berbeda yang semuanya berperilaku sangat berbeda.

Profesor Gaensicke mengatakan, fakta sederhana bahwa kita dapat mendeteksi puing-puing asteroid, mungkin bulan atau bahkan planet yang mengorbit katai putih setiap beberapa jam cukup mengejutkan. Namun penelitian mereka menunjukkan perilaku sistem ini dapat berevolusi dengan cepat, dalam hitungan beberapa tahun.

“Meskipun kami pikir berada di jalur yang benar dalam penelitian kami, nasib sistem ini jauh lebih kompleks daripada yang pernah kami bayangkan,” kata dia.

Katai putih pertama, ZTF J0328−1219 yang diteliti tampak stabil dan berperilaku baik selama beberapa tahun terakhir. Namun penulis menemukan bukti adanya peristiwa bencana besar sekitar tahun 2010.

Bintang lainnya, ZTF J0923+4236 terlihat meredup secara tidak teratur setiap beberapa bulan. Hal itu menunjukkan variabilitas yang kacau dalam skala waktu beberapa menit selama keadaan redup ini, sebelum menjadi cerah kembali.

Katai putih ketiga yang dianalisis, WD 1145+017, telah ditunjukkan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada 2015. Ia berperilaku mendekati prediksi teoretis, dengan variasi besar dalam jumlah, bentuk, dan kedalaman transit.

Baca Juga: Bintik Matahari Semakin Besar dan Mengarah ke Bumi, Ilmuwan Khawatir

Anehnya, transit yang dipelajari dalam penelitian ini kini telah hilang. “Sistem ini, secara keseluruhan, menjadi semakin terang seiring dengan tersebarnya debu yang dihasilkan oleh tabrakan dahsyat sekitar tahun 2015,” kata Profesor Gaensicke.

Ia mengatakan, sifat transit yang tidak dapat diprediksi ini bisa membuat para astronom menjadi gila. Satu menit mereka bisa berada di sana, di menit berikutnya mereka menghilang. "Dan ini menunjukkan betapa kacaunya lingkungan tempat mereka berada,” kata dia.

Ketika ditanya tentang nasib tata surya kita, Profesor Gaensicke mengatakan, berita yang menyedihkan adalah Bumi mungkin akan ditelan oleh matahari yang mengembang, sebelum menjadi katai putih.

“Untuk sisa tata surya, beberapa asteroid yang terletak di antara Mars dan Jupiter, dan mungkin beberapa bulan Jupiter mungkin copot dan melakukan perjalanan cukup dekat dengan katai putih untuk menjalani proses penghancuran yang telah kami selidiki,” kata dia. Sumber: phys.org

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -