Robot Bedah Luar Angkasa Berhasil Praktek Operasi Perdana di ISS
ANTARIKSA -- Sebuah robot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang dikendalikan dari jarak jauh oleh tim besar di Bumi, melakukan simulasi bedah pemotongan pada 10 Februari 2024, lalu. Itu adalah pertama kali pembedahan terlibat dalam medis dan pengobatan luar angkasa.
Para astronot menilai, pekerjaan robot akan membantu mereka terbang lebih jauh dari Bumi dibandingkan sebelumnya. "Prosedur seperti menangani radang usus buntu, bisa menjadi masalah besar jika Anda jauh dari rumah dan tidak didampingi dokter bedah," kata astronot NASA, Jasmin Moghbeli dalam panggilan telepon pada Rabu, 21 Februari 2024.
Meskipun pesawat bisa terbang dengan dokter di dalamnya, tidak semua dokter memiliki spesialisasi dalam setiap sistem tubuh manusia. Operasi yang dilakukan robot, kata Moghbeli, akan memungkinkan manusia melakukan misi yang berdurasi lebih lama, jauh dari Bumi. "Jadi ini adalah sebuah terobosan baru,” katanya.
Robot perkasa yang baru saja melakukan simulasi operasi itu dikenal sebagai spaceMIRA (Miniaturisasi Asisten Robot in vivo). Perangkat seberat 0,9 kilogram itu terbang ke ISS dengan menggunakan pesawat ruang angkasa Cygnus milik Northrop Grumman awal tahun ini.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Cina Meluncurkan Yutu, Robot Penjelajah Bulan Pertama di Dunia
Robot berlengan dua ini berasal dari Virtual Incision, sebuah startup yang didirikan oleh anggota fakultas dari Pusat Medis Universitas Nebraska dan Universitas Nebraska-Lincoln. Dia adalah bagian dari serangkaian penelitian medis yang ingin dikembangkan NASA sebelum mendaratkan manusia di bulan pada tahun 2026 dengan Artemis 3. Misi itu juga punya tujuan menjelajahi Mars.
Program Artemis akan mendirikan basis operasi di kutub selatan bulan, namun seperti lingkungan terpencil lainnya, astronot tidak bisa pulang dengan cepat jika terjadi keadaan darurat medis. SpaceMIRA menunjukkan ada kemungkinan untuk mengatasi penundaan waktu di orbit.
“Ini benar-benar terdengar seperti terobosan yang luar biasa, meskipun Anda mendapat penundaan (komunikasi) sekitar setengah detik, seorang ahli bedah di Bumi sebenarnya dapat melakukan operasi di ISS,” kata administrator NASA Bill Nelson selama panggilan telepon dengan ISS.
SpaceMIRA berhasil mencapai ISS sebagian besar karena penghargaan 100.000 dolar AS kepada Universitas Nebraska-Lincoln dari pemerintah AS. Mahasiswa doktoral Rachael Wagner memimpin upaya hibah tersebut, dan menjadi wanita pertama yang mengoperasikan spaceMIRA di orbit pada 10 Februari.
Robot luar angkasa ini mengikuti pengujian selama bertahun-tahun pada versi Bumi, yang dikenal sebagai MIRA. "Versi luar angkasa memungkinkan mode operasi bedah jarak jauh yang telah terprogram,” kata pejabat universitas itu baru-baru ini.
Baca Juga: Stasiun Tiangong Cina Kini Dilengkapi 3 Lengan Robot, Tugasnya Berbeda
Simulasi operasi luar angkasa memperlihatkan spaceMIRA menggunakan gunting untuk memotong karet gelang, sebagai ganti jaringan manusia, di ISS. Beberapa ahli bedah berbeda mengambil kendali dari kantor pusat Virtual Incision di Lincoln, Nebraska.
Tim bedah mengalami jeda antara dua pertiga hingga tiga perempat detik dalam mengoperasikan kontrol, namun mereka mengatasinya dengan pengalaman. Yang pertama adalah Michael Jobst, seorang ahli bedah kolorektal yang berbasis di Lincoln. 15 prosedurnya dengan MIRA di Bumi termasuk studi klinis tahun 2021 di mana sebagian usus besar pasien diangkat di Bryan Medical Center di Lincoln.
"Anda harus menunggu sebentar hingga pergerakan terjadi; ini jelas merupakan pergerakan yang lebih lambat dibandingkan yang biasa Anda lakukan di ruang operasi," kata Jobst.
Jobst dan peserta lainnya menggunakan layar yang menunjukkan apa yang 'dilihat' robot di dalam stasiun kerjanya yang tertutup di ISS, sebuah sekat di laboratorium US Destiny. Sepuluh karet gelang terlihat di layar, direntangkan kencang melintasi panel logam.
Operasi robot hanyalah satu dari lusinan eksperimen sains pada manusia di ISS. Andreas Mogensen, komandan Ekspedisi 70 Badan Antariksa Eropa, menyoroti pencetakan 3D baru-baru ini dari simulasi jaringan manusia di Fasilitas BioFabrikasi RedWire Corp. Itu adalah jalan lain yang menjanjikan untuk masa depan yang jauh di luar angkasa.
“Mungkin kita bisa mencetak organ, daripada mengandalkan donor organ. Banyak orang di bumi memerlukan donasi organ, dan sayangnya, persediaan organ kita terbatas,” kata Mogensen. Sumber: Space.com