Sains

Fisikawan Usulkan Teori Baru: Alam Semesta Kita Sedang Menelan Universe Lain

Ilustrasi multiverse atau beragam alam semesta. Gambar: MrBeliever on Pixabay via Live Science

ANTARIKSA -- Entah apalagi yang merasuki sejumlah fisikawan baru-baru ini. Mereka mengusulkan teori baru hasil modifikasi berjenjang: alam semesta kita terus bertabrakan dan menelan 'bayi' alam semesta paralel. Yang jelas, teori itu berasal dari berbagai pertanyaan kosmologi yang belum terjawab tentang keberadaan energi gelap.

Alam semesta kita berkembang dengan kecepatan yang semakin cepat, sebuah fenomena yang telah disetujui oleh semua teori kosmologi. Studi mengenai latar belakang gelombang mikro kosmik, sisa-sisa Big Bang juga membuktikan percepatan perluasan tersebut. Namun, belum ada yang dapat menjelaskannya sepenuhnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Agar pengamatan itu sesuai dengan teori utama evolusi kosmik yang disebut Model Kosmologis Standar, fisikawan berasumsi bahwa alam semesta dipenuhi oleh zat misterius; energi gelap, yang mendorong perluasan alam semesta. Namun energi yang sulit dipahami itu tidak memanifestasikan dirinya dalam bentuk dan cara apapun.

Banyak upaya pencarian telah gagal mengidentifikasi energi gelap. Hal itu menyebabkan banyak astrofisikawan mempertanyakan keberadaannya, dan mulai mengeksplorasi kemungkinan alternatif penyebab perluasan alam semesta.

Baca Juga: Siapa Pengendali Alam Semesta? Kekuatan Misterius yang Membingungkan Para Ilmuwan

Dan munculah sebuah studi teoretis baru itu, dengan dalih menawarkan solusi menarik: Mungkin alam semesta kita mengembang karena terus bertabrakan dan menyerap bayi alam semesta paralel. Dalam studi yang diterbitkan pada 12 Desember 2023 di Journal of Cosmology and Astroarticle Physics itu, para ilmuwan berpendapat bahwa perluasan alam semesta kemungkinan didorong oleh penggabungannya dengan alam semesta lain.

"Temuan utama dari penelitian kami adalah percepatan perluasan alam semesta kita, yang disebabkan oleh energi gelap yang misterius, mungkin memiliki penjelasan intuitif yang sederhana, penggabungan dengan apa yang disebut bayi alam semesta," kata fisikawan dari Universitas Kopenhagen dan penulis utama penelitian tersebut, Jan Ambjorn,  kepada Live Science.

Ambjorn menekankan, model yang mereka tawarkan itu mungkin lebih sesuai dengan data perluasan alam semesta, daripada model kosmologis standar. Lalu seperti apa bayi alam semesta lain itu?

Ilustrasi pesawat ruang angkasa Euclid memindai langit. Misi Euclid adalah memburu jejak materi gelap dan energi gelap untuk menjelaskan misteri perluasan kosmik. Gambar: ESA

Menelan Bayi Kosmik

Gagasan tentang alam semesta paralel yang berinteraksi dengan alam semesta kita bukanlah hal baru. Namun, penelitian baru ini mengembangkan model matematika untuk mengeksplorasi dampak hipotetis interaksi tersebut terhadap evolusi alam semesta kita. 

Perhitungan para peneliti menunjukkan, penggabungan dengan alam semesta lain akan meningkatkan volume alam semesta kita. Peningkatan volume itulah yang dianggap oleh instrumen observasi sebagai perluasan alam semesta.

Baca Juga: Disebut Alam Semesta yang Hilang, Apa Itu Antimateri?

Para ilmuwan itu juga menghitung laju perluasan alam semesta menggunakan teori mereka. "Perhitungan kami lebih sesuai dengan hasil observasi alam semesta, dibandingkan Model Kosmologi Standar," klaim para peneliti.

Teori para penulis juga membahas masalah inflasi kosmologis, yaitu ekspansi misterius yang sangat cepat yang terjadi pada masa awal alam semesta. Fisikawan sebelumnya telah menyatakan bahwa perluasan ini disebabkan oleh 'inflaton', sebuah bidang hipotetis yang mendorong perluasan ultra-cepat dalam milidetik pertama setelah Big Bang. 

Namun dalam studi baru, penulis berpendapat bahwa ekspansi awal yang sangat cepat ini mungkin disebabkan oleh penyerapan alam semesta muda oleh alam semesta yang lebih besar. Para peneliti menulis, fakta bahwa Alam Semesta kita mengembang dalam waktu yang sangat singkat, mengundang dugaan bahwa perluasan itu disebabkan oleh tumbukan dengan alam semesta yang lebih besar.

"Alam Semesta kita yang terserap ke dalam induk alam semesta yang lain," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Para peneliti itu menekankan, saat ini mereka memang tidak memiliki gambaran rinci mengenai proses penyerapan alam semesta, sehingga sulit menilai apakah skenario seperti itu bisa memecahkan masalah inflasi awal. "Namun satu aspek yang menarik dari skenario tersebut adalah bahwa tidak diperlukan inflaton," tulis mereka.

Para ilmuwan berpendapat bahwa setelah diserap, alam semesta kita yang baru membesar kemudian terus bertabrakan dengan bayi alam semesta lainnya, dan menyerapnya juga. Meskipun teori para penulis memungkinkan pemecahan beberapa masalah penting dalam kosmologi modern, hanya data observasi yang bisa memvalidasi hipotesis mereka. 

Baca Juga: Kisah Aneh Makam Copernicus, Penemu Model Alam Semesta

Banyak percobaan yang saat ini dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat latar belakang gelombang mikro. Dari situ, para ilmuwan mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut dalam waktu dekat.

“Ekspansi Alam Semesta kita di akhir waktu berbeda dari prediksi kosmologis standar dan kita percaya bahwa pengamatan dari teleskop Euclid dan teleskop James Webb akan menentukan model mana yang paling tepat menggambarkan perluasan Alam Semesta kita saat ini,” kata Yoshiyuki Watabiki, seorang fisikawan di Institut Teknologi Tokyo. Sumber: Live Scince

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -