Disebut Alam Semesta yang Hilang, Apa Itu Antimateri?
ANTARIKSA -- Antimateri jarang sekali menjadi pembahasan umum karena keberadaannya yang misterius. Jika materi adalah pembentuk alam semesta yang dapat kita lihat saat ini, antimateri adalah kebalikannya.
Apakah antimateri telah membentuk kembaran alam semesta yang tak tampak? sangat sulit untuk memastikannya.
Di kalangan fisikawan, antimateri itu eksis, sama dengan materi biasa. Hanya saja, muatan listriknya berlawanan dengan materi.
Misalnya, sebuah elektron yang bermuatan negatif memiliki pasangan antimateri yang disebut positron. Positron adalah partikel yang massanya sama dengan elektron, tetapi bermuatan positif.
Baca Juga: Antimateri Terbukti Merespon Gravitasi, Prediksi Einstein Terkonfirmasi
Partikel yang tidak bermuatan listrik (netral), seperti neutron, sering kali menjadi pasangan antimaterinya. Namun para peneliti belum bisa menentukan apakah partikel kecil misterius yang disebut neutrino yang juga netral, merupakan antipartikel antimateri mereka sendiri.
Meski terdengar seperti fiksi ilmiah, antimateri itu nyata. Antimateri tercipta bersamaan dengan materi setelah dentuman besar, Big Bang.
Selama Big Bang, alam semesta diyakini kaya akan pasangan partikel materi dan antimateri. Partikel antimateri dianggap sebagai cermin dari materi karena memiliki massa yang sama, kecuali muatan listriknya yang berlawanan.
Jika partikel materi dan antimateri bersentuhan, mereka akan saling memusnahkan dalam kilatan dahsyat, dan meninggalkan energi murni. Karena itu, partikel materi dan antimateri selalu tercipta dan musnah secara berpasangan.
Namun, antimateri jarang ditemukan di alam semesta saat ini, dan para ilmuwan pun belum tahu alasannya.
Asal Usul dan Pencarian Antimateri
Saat ini, manusia telah berhasil menciptakan partikel antimateri menggunakan tabrakan berkecepatan sangat tinggi di Large Hadron Collider. Itu adalah mesin akselerator partikel besar yang dioperasikan Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (European Organization for Nuclear Research atau CERN).
Beberapa percobaan di CERN menciptakan antihidrogen, yaitu antimateri dari unsur hidrogen. Unsur antimateri paling kompleks yang diproduksi hingga saat ini adalah antihelium, yang setara dengan helium.
Baca Juga: Mengenal Teleskop Roman, Si Pemburu Materi Gelap di Alam Semesta
Ada juga antipartikel yang tercipta secara alami dan sporadis di seluruh alam semesta. Namun, ketika materi dan antimateri bertemu, mereka akan saling memusnahkan dan menghasilkan energi, yang berarti di alam semesta yang didominasi materi seperti kita, antimateri tidak akan bertahan lama.
Antimateri juga menjadi inti misteri mengapa alam semesta ada. Pada saat-saat pertama setelah Big Bang, hanya energi yang ada. Ketika alam semesta mendingin dan mengembang, partikel-partikel materi dan antimateri dihasilkan.
Para ilmuwan telah mengukur sifat partikel dan antipartikel dengan presisi sangat tinggi dan menemukan keduanya berperilaku identik. Jadi, jika antimateri dan materi diciptakan dalam jumlah yang sama dan berperilaku sama, keduanya seharusnya musnah saat bersentuhan, dan tidak menyisakan apa pun.
Mengapa Materi Mendominasi Alam Semesta Masih Misteri
Sebuah teori menyatakan, lebih banyak materi daripada antimateri yang diciptakan pada awal alam semesta. Itu kenapa setelah saling memusnahkan, masih ada cukup materi yang tersisa untuk membentuk bintang, galaksi, dan pada akhirnya segala sesuatu di Bumi.
Perbedaan jumlah itu sangat kecil. Kurang dari 1 dari 1 miliar partikel biasa yang selamat dari saling memusnahkan. Namun, yang tersisa itu membentuk semua materi di sekitar kita saat ini.
Jika neutrino, sebuah partikel kecil yang hampir tidak berinteraksi dengan materi lain, sebenarnya adalah antipartikelnya sendiri, maka hal ini mungkin menjadi kunci untuk memecahkan masalah ini. Dalam teori ini, pada permulaan waktu, sebagian kecil neutrino mampu bertransisi dari antimateri ke materi, sehingga berpotensi menciptakan sedikit ketidakseimbangan materi pada awal mula alam semesta.
Eksperimen telah mencoba untuk menentukan apakah neutrino merupakan antipartikelnya sendiri. Namun sejauh ini, eksperimen tersebut belum membuktikan apapun. Sumber: Live Science