Sains

Utara Jadi Selatan, Mengapa Kutub Magnet Bumi Sering Terbalik?

Kutub magnet Bumi. Gambar: Mark Garlick/Science Photo Library/Getty Images

ANTARIKSA -- Bumi, oasis berbatu dan berair di alam semesta adalah tempat ideal bagi berkembangnya kehidupan karena sejumlah alasan. Kita berada pada jarak yang tepat dari bintang asal kita agar air cair bisa ada di permukaan planet. Tarikan gravitasi planet-planet besar lainnya juga melindungi kita dari tabrakan apokaliptik dengan jutaan meteorit yang berkeliaran. 

Kemudian, ada medan magnet yang mengelilingi Bumi dengan lapisan yang melindungi kita dari partikel bermuatan yang meluncur bebas melintasi ruang angkasa. Nah, Medan magnet ini yang akan kita bahas selanjutnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Medan magnet bumi dihasilkan oleh aliran kompleks material logam cair di inti luar planet. Aliran material yang dipengaruhi oleh rotasi Bumi dan keberadaan inti besi padat, menghasilkan medan magnet dipolar. Sumbunya kira-kira sejajar dengan sumbu rotasi planet. 

Dalam komposisi kimia batuan purba tersembunyi petunjuk, bahwa medan magnet bumi adalah fenomena yang dinamis dan berubah-ubah. Magma yang mendingin dan kaya akan mineral besi ditarik sejajar dengan medan magnet bumi, mirip dengan bagaimana jarum kompas ditarik ke arah utara. Penelitian tentang medan geomagnetik kuno yang terekam dalam bebatuan merupakan subjek dari disiplin ilmu paleomagnetisme. 

Baca Juga: Mengapa Bumi Mempunyai Kutub Magnet?

Penelitian paleomagnetik menunjukkan, medan magnet bumi telah bergeser dan bahkan terbalik polaritasnya berkali-kali di masa lalu geologis. Lalu, apa yang menyebabkan kutub magnet terbalik? 

Medan magnet bumi bervariasi dalam rentang waktu yang sangat singkat dan lama, mulai dari milidetik hingga jutaan tahun. Interaksi medan magnet dengan partikel bermuatan di ruang angkasa bisa mengubahnya dalam rentang waktu singkat. Sedangkan gangguan pada medan magnet dalam rentang lebih lama biasanya disebabkan oleh proses internal di inti cair terluar Bumi. 

“Variasi sekuler dari medan geomagnetik dihasilkan dari efek adveksi medan magnet oleh aliran di inti terluar fluida dan dari efek difusi medan magnet di inti dan mantel bumi,” kata ahli geofisika, Leonardo Sagnotti kepada Space.com

Beberapa kali di masa lalu, fluktuasi medan magnet oleh pergerakan material logam di inti luar telah menyebabkan pembalikan total polaritas medan magnet Bumi. Penelitian sebelumnya tentang keadaan medan magnet menyebutkan ada dua kemungkinan keadaan polaritas. Pertama, keadaan seperti saat ini, dimana garis-garis gaya medan magnet masuk menuju pusat bumi di belahan bumi utara dan keluar menuju bagian luar Bumi di belahan bumi selatan. Polaritas kedua adalah kebalikan dari itu, yang juga bisa stabil seperti keadaan saat ini. 

Baca Juga: Sinyal Radio Aneh dari Planet Mirip Bumi Diduga Medan Magnet Syarat Kehidupan

Studi paleomagnetik menunjukkan, pembalikan polaritas medan magnet bumi tidak bersifat periodik dan tidak bisa diprediksi. "Aliran cairan logam (kebanyakan besi cair) di inti luar bumi, kacau dan bergejolak. Pembalikan polaritas terjadi selama periode intensitas medan geomagnetik rendah, di mana intensitas komponen dipolar menurun drastis, dan struktur ruangnya tidak stabil,” kata Sagnotti. Secara geologis, periode peralihan pembalikan polaritas muncul dalam sekejap, dengan jangka waktu hingga beberapa ribu tahun. 

Pengaruh Pembalikan Kutub Magnet terhadap Kehidupan di Bumi

Ketika medan magnet cenderung terbalik, intensitasnya berkurang, sehingga atmosfer bumi lebih terpapar angin matahari dan sinar kosmik dalam bentuk partikel bermuatan. Baru-baru ini, sebuah penelitian menunjukkan, selama perjalanan Laschamps, yaitu periode intensitas medan magnet rendah 41.000 tahun yang lalu, aliran (fluks) sinar kosmik yang masuk ke atmosfer bumi mencapai tiga kali lebih tinggi dari saat ini.

Hingga saat ini, belum ada bukti signifikan mengenai korelasi antara kepunahan massal kehidupan di Bumi dan pembalikan polaritas geomagnetik. Namun, menghubungkan tingkat kepunahan spesies dan spesiasi dengan periode intensitas medan magnet rendah terhambat oleh ketidakpastian skala waktu perputaran magnet tersebut. 

Selain itu, pembalikan magnet sering terjadi dalam skala waktu geologis, ratusan kali dalam 160 juta tahun terakhir. Sementara peristiwa kepunahan massal yang tercatat terjadi setiap seratus juta tahun atau lebih. 

Dalam kasus peradaban manusia, yang paling dikhawatirkan bukanlah pada pergeseran kutub magnet, namun periode yang diakibatkan oleh berkurangnya intensitas medan geomagnetik. Saat ini, masyarakat semakin bergantung pada teknologi, karena itu, dampak berkurangnya intensitas medan magnet harusnya dilihat secara serius oleh pemerintah dan organisasi internasional.

“Dalam konfigurasi ini, akan terjadi peningkatan signifikan dalam penetrasi partikel bermuatan ke dalam magnetosfer, ketinggian yang lebih dekat ke permukaan bumi, yang berdampak penting pada dunia teknologi kita,” kata Sagnotti. 

Baca Juga: Badai Matahari Sangat Menghancurkan, Tetapi Bumi Selalu Melindungi Kita

Risiko yang dihadapi planet dan peradaban kita akibat tingginya aliran bermuatan itu akan signifikan. Ia akan mempengaruhi cara kita berdagang, keamanan, komunikasi, infrastruktur listrik, satelit, dan kehidupan di orbit rendah Bumi. 

Sayangnya, variasi dan pembalikan magnet yang bersifat sporadis membuat kita tidak bisa memprediksi kapan tepatnya hal itu akan terjadi. Yang diketahui saat ini hanyalah peristiwa itu akan terjadi. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -