Sains

Bumi Baru Sedang Terbentuk, Teleskop Webb Temukan Air di Sekitar Protoplanet

Ilustrasi piringan protoplanet yang berisi gas dan debu pembentuk planet di sekitar bintang bayi. Gambar: ESO/L. Calçada

ANTARIKSA -- Para astronom untuk pertama kalinya menemukan kondisi yang pas untuk pembentukan dunia baru seperti bumi. Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) telah mendeteksi air di wilayah dalam piringan gas dan debu pembentuk planet yang mengelilingi bayi bintang.

Deteksi ini penting karena air, bersama dengan molekul lain yang diperlukan untuk membentuk dunia seperti Bumi, ditemukan dekat beberapa bintang muda masif yang menghasilkan radiasi ultraviolet ekstrem. Lingkungan ekstrem seperti itu sebelumnya dianggap tidak cocok untuk pembentukan planet berbatu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun, penemuan baru itu menunjukkan planet mirip Bumi mungkin mampu terbentuk di lingkungan kosmik yang lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya. Temuan ini bisa membantu para ilmuwan lebih memahami bagaimana planet-planet di tata surya, seperti bumi kita, terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu. 

Penelitian ini juga mewakili hasil pertama dari program eXtreme Ultraviolet Environments (XUE) JWST. Instrumen itu bertugas mengkarakterisasi lingkungan dan kimia dari piringan besar debu, gas, dan batu yang berputar mengelilingi bintang muda. Pada akhirnya, piringan itu menghasilkan planet, asteroid, dan komet.

Baca Juga: Temuan Baru, Sebuah Bintang Bisa Menyelamatkan Bumi dari Malapetaka Matahari

“JWST adalah satu-satunya teleskop dengan resolusi spasial dan sensitivitas untuk mempelajari cakram pembentuk planet di wilayah pembentuk bintang masif,” kata ketua tim peneliti, Maria Claudia Ramirez-Tannus, ilmuwan di Institut Astronomi Max Planck di Jerman dikutip Live Science, Rabu, 6 Desember 2023.

Ramirez-Tannus dan rekan-rekannya merinci penemuan ini dalam sebuah makalah yang diterbitkan 30 November di The Astrophysical Journal Letters.

Penemuan Bahan Pembentuk Bumi Baru

Hasil pertama dari kampanye XUE berasal dari pengamatan piringan protoplanet bernama XUE 1, yang terletak di gugus bintang Pismis 24. XUE 1 hanyalah salah satu dari 15 piringan protoplanet di NGC 6357 atau Nebula Lobster yang terletak sekitar 5.500 tahun cahaya dari Bumi.

Nebula Lobster adalah salah satu wilayah termuda dan terdekat dari kelahiran bintang intens. Ia juga menampung beberapa bintang paling masif di Bima Sakti, yang lebih panas daripada bintang seperti Matahari sehingga memancarkan lebih banyak sinar ultraviolet. 

Baca Juga: Raksasa Pembentuk Bulan, Theia Diduga Masih Ada dalam Mantel Bumi

Dalam pembentukan planet, radiasi tersebut akan membersihkan gas dan debu sisa kelahiran bintang-bintang masif muda. Artinya, piringan protoplanet tidak bisa bertahan lama di sekitar bintang yang ganas, biasanya hanya sekitar 1 juta tahun.

Karena itu, tim peneliti terkejut saat mengetahui bahwa piringan protoplanet juga dipenuhi dengan debu silikat kecil yang sebagian berbentuk kristal. Debu seperti itu biasanya berfungsi sebagai bahan penyusun planet berbatu. Selain debu silikat dan air, para peneliti juga menemukan jejak molekul seperti karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, dan asetilena.

“Kami terkejut dan gembira karena ini adalah pertama kalinya molekul-molekul ini terdeteksi dalam kondisi ekstrem,” kata rekan penulis studi, Lars Cuijpers, seorang peneliti di Radboud University di Belanda, dalam pernyataannya.

Temuan tim itu mendukung gagasan bahwa kondisi ekstrem seperti itu juga biasa terjadi di planet berbatu. Bima Sakti terbentuk di sekitar bintang-bintang dengan massa berbeda dan lingkungan yang lebih luas daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.

Baca Juga: Mengejutkan, Fosfor Pembentuk Kehidupan Ditemukan di Pinggiran Galaksi Bima Sakti

“XUE 1 menunjukkan kepada kita bahwa kondisi untuk membentuk planet berbatu memang ada (di dekat bintang masif), jadi langkah selanjutnya adalah memeriksa seberapa umum kondisi tersebut,” kata Ramirez-Tannus. Selanjutnya, kata dia, timnya akan mengamati piringan lain di wilayah yang sama untuk menentukan frekuensi terhadap kondisi tersebut. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -