Temuan Baru, Sebuah Bintang Bisa Menyelamatkan Bumi dari Malapetaka Matahari
ANTARIKSA -- Sebuah penelitian baru mengungkapkan adanya kesempatan bumi bisa dibawa kabur dari tata Surya kita. Pelakunya adalah sebuah bintang nakal yang pernah melarikan diri dari galaksi induknya.
Temuan baru para ilmuwan ini bisa memicu kericuhan luas jika tidak dijelaskan dengan baik. Space Force Amerika misalnya, (dengan gayak polisinya) bisa saja menyiapkan jejaring penangkap bintang tersebut, karena berani ingin mencuri Bumi dari Matahari.
Tapi untungnya, ini bukan tentang pencurian, melainkan penyelamatan yang dramatis. Bumi akan menjadi terlalu panas untuk dikendalikan dalam satu miliar tahun ke depan.
Matahari akan menjadi jauh lebih besar, lebih terang, dan lebih panas, sehingga membuat bumi tidak dapat dihuni lagi. Namun, sebuah studi teoritis baru menunjukkan, pertemuan kebetulan dengan sebuah bintang yang melintas bisa menyelamatkan planet kita dari kematian.
Baca Juga: Para Ilmuwan telah Menghitung Waktu Kepunahan Manusia, Jauh sebelum Bumi Hancur
Bintang tersebut bisa melempar bumi ke orbit yang lebih dingin, kembali ke zona layak huni atau membantunya melepaskan diri sepenuhnya dari tata surya. Namun, kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil.
Saat ini, Bumi terletak di dalam zona layak huni Matahari, yaitu wilayah berbentuk cincin yang di dalamnya planet-planet bisa menyimpan air cair. Namun situasi planet kita akan memburuk seiring dengan semakin besarnya matahari dalam miliaran tahun ke depan, sehingga mendorong bumi ke zona tak layak huni. Artinya, air dan kehidupan di bumi bisa menjadi sejarah, jauh sebelum matahari membesar menjadi raksasa merah dan menelan bumi 5 miliar tahun dari sekarang.
Namun bagaimana jika Bumi terlempar dari orbitnya dan menjadi planet nakal yang mengambang bebas? Untuk menyelidiki kemungkinan ini, tim astronom melakukan simulasi bagaimana perilaku tata surya jika sebuah bintang melewatinya suatu saat dalam miliaran tahun ke depan.
Secara sains, peristiwa semacam itu memang bisa membuat planet keluar dari orbitnya. Penerbangan lintas seperti itu juga pernah terjadi beberapa juta tahun lalu.
"Saat ini, jarak terdekat bintang mana pun (dengan tata Surya) adalah sekitar 10.000 AU (unit astronomi)," kata penulis utama studi Sean Raymond, astronom di Universitas Bordeaux Prancis. Penelitian baru mereka telah diterima untuk dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society dan saat ini tersedia di database pracetak arXiv.
Baca Juga: Kenapa Pesawat NASA tak Meleleh Saat Menyentuh Matahari?
1 AU adalah jarak antara Bumi dan Matahari, yaitu 150 juta kilometer. Artinya, bintang terdekat adalah 10.000 kali jarak Bum - Matahari. Namun untuk melihat apa yang akan terjadi, tim peneliti menghitung pergerakan planet ketika bintang-bintang dengan ukuran berbeda mendekat pada jarak yang berbeda, bahkan sedekat 1 AU.
Para peneliti menghasilkan 12.000 simulasi. Beberapa diantaranya, lintasan bintang mendorong Bumi ke orbit yang lebih jauh dan lebih dingin. Di negeri lain itu, planet kita bersama beberapa planet lainnya mendarat di awan Oort. Itu adalah cangkang bulat benda es yang diyakini berada di tepi terluar tata surya.
Yang lebih menarik lagi, dalam beberapa simulasi, bintang pengembara tersebut berhasil menarik Bumi menjauh secara gravitasi, sehingga planet kita berada dalam orbit bintang yang berputar bebas melalui kosmos tersebut. Artinya, dia merebut bumi dari sistem matahari.
Menurut Raymond, saat pengambilalihan itu terjadi, Bumi pada prinsipnya bisa berada pada orbit yang menerima energi yang cukup untuk air cair. Energi kehidupan itu diberikan oleh bintang yang menjadi rumah barunya.
Namun, bagi siapapun yang hidup satu miliar tahun ke depan, jangan terlalu berharap pada bintang tersebut. Para peneliti menemukan bahwa kemungkinan itu hanya terjadi dalam 1 : 35.000 ketika bintang tersebut melintas. "Itu bukan peluang terbaik," kata Raymond.
Daripada mengharapkan sebuah bintang menyelamatkan Bumi, Raymond menyarankan bagaimana manusia menemukan solusi sendiri. Memodifikasi orbit Bumi atau memblokir sebagian kecil energi Matahari yang masuk, kata dia, lebih masuk akal dilakukan.
Baca Juga: Matahari akan Mati? Begini Prosesnya Menurut Ilmuwan
Beberapa simulasi lainnya bahkan memberikan hasil yang lebih buruk bagi tata surya kita, yaitu planet-planet, termasuk bumi bertabrakan satu sama lain atau dengan matahari. Misalnya, Merkurius sering menemui akhir yang membara dalam simulasi tersebut.
Namun, hasil seperti itu pun kecil kemungkinannya. Lebih dari 90 persen simulasi menunjukkan tidak ada perubahan pada orbit planet manapun di tata surya ketika bintang tersebut lewat. Artinya, semua planet tata Surya memang ditakdirkan untuk lenyap dilahap matahari. Sumber: Space.com