Sungai Gas Misterius yang Mengalir ke Bima Sakti Ternyata Membawa Bintang
ANTARIKSA -- Sungai gas hidrogen mengalir keluar dari Awan Magellan Besar dan Kecil, dua galaksi kerdil yang terletak di pinggiran Bima Sakti. Isi sungai yang disebut Aliran Magellan itu telah membingungkan para astronom selama beberapa dekade.
Namun kini, untuk pertama kalinya, tim peneliti mampu menemukan lokasi bintang di dalam awan aliran gas tersebut. Penemuan itu tidak hanya membantu ilmuwan lebih memahami evolusi galaksi asal aliran tersebut, namun juga distribusi materi di Bima Sakti kita. Studi tersebut telah dipublikasikan di Astrophysical Journal pada Oktober, lalu.
Para astronom dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, menemukan bintang-bintang tersebut menggunakan Teleskop Magellan Baade sepanjang 6,5 meter di Observatorium Las Campanas di Chili. Dengan bantuan peta rinci Bima Sakti dari teleskop ruang angkasa Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA), para peneliti memusatkan perhatian pada 200 bintang terjauh di galaksi kita, yang terletak di arah Aliran Magellan.
Mereka menganalisis spektrum cahaya yang memancar dari bintang-bintang tersebut dan menemukan komposisi kimia dari 13 subjek cocok dengan komposisi kimia di Awan Magellan. Pengukuran tersebut juga menunjukkan 13 bintang tersebut berada antara 150.000 hingga 400.000 tahun cahaya dari Bumi, setara dengan jarak Aliran Magellan.
Baca Juga: Bintang Vampir yang Memangsa Temannya Diduga Memiliki Kaki Tangan Tersembunyi
Aliran tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1970-an. Ia tersebar di wilayah Langit Selatan yang setara dengan ukuran 300 bulan purnama jika dilihat dari Bumi. Namun meskipun ukurannya sangat besar, dibutuhkan beberapa peralatan sensitif untuk melihatnya.
Para astronom mengira gas yang membentuk aliran tersebut terkoyak dari galaksi Awan Magellan akibat tarikan gravitasi Bima Sakti. Pengamatan baru ini menunjukan bagaimana aliran tersebut berinteraksi dengan galaksi kita. Saat ini, aliran tersebut terlihat jatuh ke dalam Bima Sakti.
“Dengan hasil ini dan temuan serupa lainnya, kami berharap dapat memperoleh pemahaman yang jauh lebih besar tentang pembentukan Aliran Magellan dan Awan Magellan, serta interaksinya dengan galaksi kita dulu hingga saat ini,” kata Charlie Conroy, Profesor Astronomi di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian (CfA). Ia adalah salah satu penulis penelitian tersebut.
Berbeda dengan Aliran Magellan, Awan Magellan telah dikenal sejak jaman dahulu karena dapat terlihat jelas dengan mata telanjang. Meski begitu, para astronom masih memiliki banyak pertanyaan tentang asal usul dan sejarah kedua galaksi yang tampaknya bertabrakan dengan Bima Sakti tersebut. Memetakan dan memodelkan Aliran Magellan bisa meningkatkan pemahaman tentang galaksi-galaksi sumbernya, yang lintasan masa lalunya diyakini dapat dilacak.
“Keindahan memiliki aliran bintang yang luas seperti Aliran Magellan adalah kita sekarang bisa melakukan begitu banyak penyelidikan astrofisika dengannya,” kata Vedant Chandra, mahasiswa PhD bidang astronomi dan astrofisika di CfA dan penulis utama studi tersebut.
“Seiring dengan berlanjutnya survei spektroskopi dan menemukan lebih banyak bintang, kami sangat antusias untuk melihat kejutan apa lagi yang akan terjadi di pinggiran galaksi kita.”
Baca Juga: Puluhan Bintang Masif Kepergok Melarikan Diri dari Bima Sakti, Kenapa?
Para ilmuwan berpendapat, ketika gas hidrogen dari aliran tersebut masuk ke Bima Sakti, hal itu menciptakan kondisi yang tepat untuk pembentukan bintang. Dengan menganalisis data, para peneliti juga menemukan aliran tersebut dua kali lebih besar dari yang mereka perkirakan. Artinya, lebih banyak gas yang harus ditelan oleh Bima Sakti dibandingkan perhitungan sebelumnya.
“Arus Magellan adalah sumber kalori terbesar di Bima Sakti, yang menjadi sumber sarapan, makan siang, dan makan malam kita,” kata Ana Bonaca, salah satu penulis penelitian dan mantan rekan pascadoktoral di CfA. Perkiraan baru massa Aliran Magellan, memungkinkan berat Bima Sakti juga akan bertambah.
"Kini para astronom akan bisa memperkirakan dengan lebih baik distribusi massa di seluruh Bima Sakti," kata para ilmuwan.
