Pertahanan

Amerika Mengaku Kesulitan Menghadapi Gaya Perang Acak Cina (2)

Pusat Operasi Gabungan Komando Luar Angkasa AS yang melakukan operasional terpadu tentang lingkungan ruang angkasa. Gambar: Komando Luar Angkasa AS oleh Christopher Dewitt

ANTARIKSA -- Majalah SpaceNews edisi November 2023 mengulas dengan gamblang apa yang terjadi di luar angkasa pada sisi politik dan pertahanan negara-negara di bumi. Tentu saja, artikel ini menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai subjeknya.

Dalam lanskap peperangan luar angkasa yang terus berkembang, konflik kini berubah menjadi apa yang disebut para ahli sebagai gray zone atau zona abu-abu. Dean Cheng, analis pertahanan dan peneliti senior di Potomac Institute for Policy Studies AS mengatakan, doktrin militer Barat cenderung mengarah pada ketegasan dan menggambarkan operasi tempur dengan jelas.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hal itu membuat mereka cenderung ambigu dan sulit memahami perang zona abu-abu. Sementara, Cina memainkan perang jangka panjang. “Di Barat, kita mempunyai pandangan yang sangat dikotomis. Kita berada dalam keadaan damai atau sedang berperang. (tapi) Bagi Cina, politik adalah perang dengan cara lain,” kata Cheng yang dilansir Spacenews.com.

Perspektif tersebut menjelaskan mengapa Cina menganut dan berkembang dalam peperangan zona abu-abu. Cheng mengatakan, bagi Cina dan sebagian besar negara di Asia, mereka bisa berdagang dengan seseorang, walaupun tetap berkonflik, sehingga selalu bersaing.

Baca Juga: Persaingan Luar Angkasa Memasuki Zona Abu-abu: Antara Perang dan Jalan Damai (1)

Demonstrasi senjata anti satelit (ASAT) Rusia pada November 2021. Saat ini Amerika Serikat menghawatirkan berbagai teknologi ASAT militer China. Gambar: COMSPOC

"Cina juga memahami keunggulan informasi yang diberikan oleh sistem luar angkasa," kata Cheng. Karena itu, AS harus khawatir terhadap jaringan satelitnya yang terkena serangan siber dalam konflik apa pun. Dalam pemikiran Cina, kata dia, mereka akan menyerang satelit atau stasiun bumi karena sedang berperang.

“Perang dunia maya benar-benar merupakan alat untuk mempengaruhi sistem ruang angkasa karena ketika Cina melihat ruang angkasa, hal itu sangat holistik,” kata Cheng. “Ruang angkasa tidak hanya tentang apa yang ada di orbit. Ini tentang stasiun bumi dan hubungan data yang menyatukan semuanya.”

Meninjau Kembali Seni Perang

Drektur Strategi, Kebijakan, dan Rencana Space Force AS, Kolonel El Gardner mengatakan, untuk bersiap menghadapi peperangan yang tidak teratur dan persaingan dengan negara-negara lain, para guardian (personil) Space Force harus memupuk pola pikir adaptif. “Kita harus memastikan bahwa kita terus meninjau kembali seni perang dan memahami bagaimana perang bisa terjadi dan berbagai perubahan yang terjadi,” katanya.

Menurut Gardner, perang di Ukraina telah menjadi studi kasus dalam aktivitas ruang angkasa zona abu-abu yang terkait dengan pertempuran di bumi. Angkatan Luar Angkasa AS, kata dia, telah belajar banyak dari hal tersebut.

Baca Juga: Pentagon Paparkan Rencana Baru Melawan China, Perburuan Luar Angkasa

Dalam perang itu, Rusia menghentikan komunikasi satelit Ukraina, dan Ukraina menargetkan sinyal navigasi satelit Rusia. Kemudian, Peretas yang diduga berhubungan dengan Rusia mengganggu jaringan satelit milik AS yang menyediakan broadband ke Ukraina.

“Apa yang kami pelajari dari Ukraina adalah bahwa keunggulan teknologi saja tidak menjamin kemenangan. Kita perlu memikirkan kembali pemikiran strategis kita,” kata Gardner.

Era Baru Perang Luar Angkasa

Prospek persaingan yang berlarut-larut dan peperangan yang tidak teratur di luar angkasa juga dinilai menciptakan tantangan politik bagi Space Force. Angkatan antariksa itu harus sering menjelaskan kepada anggota parlemen apa yang mereka lakukan dan mengapa itu dilakukan.

Angkatan Luar Angkasa perlu belajar bagaimana mengomunikasikan nuansa lanskap zona abu-abu yang baru. Sebab, banyak orang masih cenderung mengira konflik luar angkasa sebagai pertempuran kinetik dramatis yang mirip dengan Star Wars.

“Kita perlu mengungkap misteri ruang angkasa,” kata Joshua Huminski, Direktur Pusat Intelijen dan Urusan Global Mike Rogers di Pusat Studi Kepresidenan dan Kongres.

Huminski menegaskan, masa depan bukanlah meriam laser yang mengorbit, namun guardian Space Force yang melacak apa yang dilakukan Cina di dekat satelit AS. Guardian harus mengetahui apa yang diupayakan Cina pada Departemen Luar Negeri AS yang menentang peraturan Cina dan Rusia, serta berbagai perusahaan komersial yang berupaya memperkuat sistem mereka.

Baca Juga: Bocoran Dokumen Pentagon: Senjata Luar Angkasa China Mengancam Amerika

“Mendidik sistem komando, dan membangun dukungan terhadap kebijakan dan doktrin yang mengatasi paradigma baru yang kompleks ini akan sangat penting di masa depan,” katanya. Sumber: Space News

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -