Pertahanan

Militer AS Membuat Banyak Program Keamanan di Bulan, Takut Cina?

Program Novel Orbital and Moon Manufacturing, Materials and Mass-efisien Design (NOM4D) dan DARPA diarahkan untuk melihat kemungkinan struktur besar di Orbit. Gambar: DARPA

ANTARIKSA -- Militer Amerika Serikat (AS) tampaknya ingin menguasai bulan secara sepihak. Selama beberapa tahun terakhir, Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) di bawah Departemen Pertahanan (DoD) AS semakin memusatkan perhatian pada bulan. Kemajuan eksplorasi ruang angkasa Cina menjadi ketakutan utamanya.

Sejauh ini, ada tiga upaya proaktif DARPA yang berupaya memajukan teknologinya untuk bulan. Pada tahun 2021, DARPA memulai program Novel Orbital moon Manufacturing, Materials, and Mass Efficient Design (NOM4D). 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bulan lalu, DARPA memasukkan lagi Lunar Operating Guidelines for Infrastructure Consortium (LOGIC). DARPA juga telah memprakarsai Studi Kemampuan Arsitektur Bulan 10 Tahun (LunA-10) untuk memacu pengembangan infrastruktur bulan yang terintegrasi.

Seorang juru bicara DARPA mengatakan, studi kemampuan LunA-10 dan program NOM4D adalah upaya yang terpisah, namun saling melengkapi. LunA-10 berfokus pada interoperabilitas yang efisien dari node-node jaringan utama ekonomi bulan yang dinamis ke depannya.

Baca Juga: Amerika Mengaku Kesulitan Menghadapi Gaya Perang Acak Cina (2)

"Sedangkan NOM4D berfokus melepaskan diri dari batasan massa peluncuran, ukuran, dan getaran untuk memungkinkan perancangan dan pembangunan struktur yang sangat besar, seperti antena dan susunan surya di orbit,” kata juru bicara tersebut kepada Space.com.

Namun banyaknya penelitian teknologi bulan yang dilakukan badan yang diawasi Pentagon menimbulkan pertanyaan. Bisa saja inisiatif AS tersebut memicu tindakan balasan oleh negara-negara lain untuk memasang kekuatan militernya di bulan.

Pekerjaan multi-cabang DARPA disebut sejalan dengan Perjanjian Luar Angkasa PBB tahun 1967 yang menyerukan agar bulan dan benda langit lainnya digunakan secara eksklusif untuk tujuan damai. Ada juga Perjanjian Artemis yang dipimpin AS yang memperkuat penggunaan bulan secara damai dengan menetapkan norma-norma perilaku, sebagaimana dianut dalam Perjanjian Luar Angkasa PBB. 

Pada tanggal 30 November, Republik Angola menjadi negara ke-33 di dunia dan negara ketiga di Afrika yang menandatangani Perjanjian Artemis. “Proyek DARPA tampaknya dikalibrasi dengan sangat hati-hati untuk mengkatalisasi keberhasilan industri bulan komersial dalam satu dekade, yang jelas merupakan kegiatan damai,” kata peneliti senior dalam studi pertahanan di Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika, Peter Garretson.

Garretson adalah konsultan strategi yang berfokus pada ruang angkasa dan pertahanan AS. Dengan demikian, kata dia, DARPA tidak melakukan apa pun di dan dekat bulan, melainkan membantu industri menciptakan standar operasi yang akan membantu dekonfliksi. "Memajukan keberlanjutan, dan standar yang memungkinkan bantuan darurat,” kata Garretson.

Baca Juga: Satelit Mata-mata Korea Utara Berhasil Mengorbit, Amerika Teriak PBB

Selain itu, Garretson juga mengeklaim DARPA akan transparan dalam merilis hasil kegiatan mereka di bulan. NASA juga bekerja sama dengan DARPA secara langsung untuk membantu target perluasan tujuan mereka dari bulan ke Mars.

Meskipun NASA biasanya berkonsentrasi pada eksplorasi dan ilmu pengetahuan dan tidak pernah terlibat untuk mengkatalisasi industri, namun DARPA sebaliknya. Mereka berupaya mengkatalisasi industri yang mandiri. Menurut Garretson, LunA-10 DARPA dan NOMAD berupaya mewujudkan Strategi Cislunar Nasional yang dibuat oleh Gedung Putih.

Namun, pada saat yang sama, AS menghawatirkan apa yang mungkin dipikirkan oleh beberapa negara lain yang juga bertujuan di bulan. Apalagi, eksplorasi bulan sedang menjadi isu yang terus meningkat.

Misalnya, dalam laporannya kepada Kongres pada tahun 2023 yang dirilis bulan lalu, Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS terhadap Cina mengamati Cina sedang berupaya mengendalikan akses ke bulan untuk tujuan strategis. Laporan tersebut menyatakan, Beijing berupaya membangun kehadiran manusia jangka panjang di luar angkasa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, AS menuding Cina ingin mendominasi domain cislunar atau ruang antara Bumi-bulan terlebih dahulu.

Baca Juga: Bocoran Dokumen Pentagon: Senjata Luar Angkasa China Mengancam Amerika

Militer AS menyatakan ruang angkasa cislunar adalah domain penting, untuk menempatkan aset keamanan ruang angkasa nasionalnya di luar orbit rendah Bumi dan orbit geosynchronous. Kemudian, membangun infrastruktur yang memungkinkan kehadiran manusia jangka panjang di bulan dan di tempat lain.

Mengutip beberapa ahli, laporan tersebut menunjuk kekhawatiran AS terhadap keamanan utama karena program eksplorasi bulan Cina yang berpusat pada penggunaan orbit di sekitar bulan, seperti titik L2 Lagrange Bumi-bulan. Menempatkan satelit di orbit halo L2 bisa membuat Cina terbang ke sisi jauh bulan dan menyerang satelit AS di orbit geosynchronous. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -