Teknologi

Dilengkapi Mesin Teknologi Baru, Drone Venus Mampu Mendekati Kecepatan Suara

Ilustrasi drone yang menyerupai roket, terbang sejauh 16 km dengan kecepatan Mach 0,9 menggunakan 80 persen daya dorong mesin yang tersedia. Gambar: Alexyz3d/Getty Images

ANTARIKSA -- Venus Aerospace telah menyelesaikan uji terbang perdana drone yang dilengkapi dengan rotating detonation rocket engine (RDRE) yang mempercepatnya hingga berada di bawah kecepatan suara. Perusahaan itu ingin membangun jet komersial supercepat menggunakan mesin jenis baru tersebut.

Dalam uji terbang yang dilakukan pada 24 Februari, drone sepanjang 2,4 meter dengan berat 136 kilogram diterbangkan di ketinggian 3.658 meter dengan pesawat Aero L-29 Delfin. Kemudian, mesin roket detonasi berputar atau RDRE tersebut diaktifkan. 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Drone tersebut terbang 16 km dengan kecepatan Mach 0,9, lebih dari 680 mil atau 1.094 kilometer per jam, menggunakan 80 persen daya dorong RDRE yang tersedia. Untuk diketahui kecepatan suara adalah 1.234 kilometer per jam. Suksesnya penerbangan tersebut membuktikan kelayakan RDRE dan sistem penerbangan terkait.

Tiga pekan sebelumnya, Venus Aerospace telah mendemonstrasikan kelayakan teknologi RDRE-nya dengan uji coba berdurasi panjang. Saat itu, para insinyur menunjukkan mesin mereka bisa bekerja dalam uji penerbangan seperti yang telah dilakukan tersebut.

Baca Juga: Pesawat Terbesar Dunia Meluncurkan Talon A-1 Berkecepatan Hipersonik Pertama

Tidak seperti kebanyakan mesin roket yang menggunakan pembakaran terus menerus, RDRE beroperasi dengan gelombang detonasi yang terus berputar di sekitar ruang annulus berbentuk cincin. Bahan bakarnya, hidrogen peroksida, diinjeksikan ke dalam anulus dan menghasilkan ledakan yang berulang dan berkelanjutan setelah penyalaan awal.

Dalam uji terbang RDRE, anulus berdiameter sekitar 25,4 sentimeter dan menghasilkan daya dorong 544 kg. "Teknologi RDRE 15 persen lebih efisien dibandingkan mesin roket konvensional," kata perwakilan Venus Aerospace dalam sebuah pernyataan.

Hasilnya, pesawat bertenaga RDRE secara teoritis dapat melakukan perjalanan lebih jauh dengan jumlah bahan bakar yang sama seperti mesin konvensional yang membakar bahan bakar pada tekanan konstan. Beberapa insinyur juga berteori bahwa teknologi itu bisa 25 persen lebih efisien dibandingkan teknologi saat ini.

Uji terbang yang sukses meningkatkan peluang penerbangan supersonik yang layak secara komersial. Salah satu tujuan jangka panjang Venus Aerospace adalah mengembangkan pesawat supersonik komersial yang dapat melaju dengan kecepatan Mach 9, lebih dari 6.800 mph atau 11.000 km/jam.

Sebagai perbandingan, pesawat Concorde dapat terbang dengan kecepatan lebih dari Mach 2, sedikit di bawah 1.550 mph atau 2.500 km/jam. Sedangkan prototipe Lockheed SR-72 dirancang untuk terbang dengan kecepatan lebih besar dari Mach 6, 4.600 mph atau 7.400 km/jam.

Baca Juga: Deretan Pesawat Pemburu Gerhana Matahari, Concorde 001 Masih Menjadi Yang Terhebat

Sama seperti Concorde yang berisik saat lepas landas, ledakan RDRE yang terus-menerus akan membuat suara pesawat menjadi sangat keras. Namun, tidak seperti mesin jet konvensional yang menawarkan akselerasi yang jauh lebih halus, siklus akselerasi yang cepat dan berulang akibat ledakan itu juga dapat menyebabkan peningkatan stres dan kelelahan pada mesin dan struktur pendukungnya.

Karena RDRE dapat digunakan untuk keperluan militer, Venus Aerospace juga berkolaborasi dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) AS. Untuk saat ini, Venus berencana melakukan uji penerbangan lebih lanjut menggunakan drone.

Salah satu uji coba yang direncanakan adalah memasang RDRE yang sama pada drone yang lebih besar yang mampu mencapai penerbangan hipersonik, lima kali lebih cepat dari kecepatan suara, sekitar 3.900 mph, atau 6.200 km/jam. Sumber: Live Science

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -