Deretan Pesawat Pemburu Gerhana Matahari, Concorde 001 Masih Menjadi Yang Terhebat
ANTARIKSA -- Gerhana matahari telah memukau manusia sejak zaman kuno. Untuk menyelidiki dan menikmati fenomena ini secara lebih dalam, para ilmuwan dan pengamat astronomi menggunakan pesawat khusus yang dirancang untuk mengejar bayangan gerhana matahari.
Begitu pula yang terjadi pada gerhana matahari yang akan terjadi pada 8 April 2024 mendatang. Fenomena gerhana matahari total yang melintasi wilayah Amerika dimanfaatkan untuk wisata gerhana.
JSX, United Airlines hingga Maskapai Delta
Perusahaan penyewa jet privat JSX memiliki penerbangan gerhana khusus di atas Dallas. United Airlines dan maskapai Delta juga telah menjual habis tiket untuk penerbangan terjadwal melalui jalur totalitas dalam perjalanan dari Texas ke Timur Laut.
Concorde 001
Namun, ada cerita tak terlupakan tentang pesawat Jet Concorde 001 pada 30 Juni 1973. Saat itu, pesawat Concorde 001 memacu bayangan bulan selama gerhana matahari total.
Terbang pada ketinggian 17.000 meter, jet supersonik tercepat di dunia berhasil memperpanjang durasi totalitas dari maksimum 7 menit, 4 detik di permukaan bumi menjadi 74 menit di angkasa.
Pada tanggal 30 Juni 1973, Concorde lepas landas dari Las Palmas, Gran Canaria, di Kepulauan Canary, Spanyol.
Jalur totalitas pada hari itu memiliki lebar sekitar 251 kilometer di mana Concorde berhasil menyelamatkannya. Bayangan bulan bergerak dengan kecepatan sekitar 2.400 km/jam).
Concorde terbang pada kecepatan 2.200 km/jam sepanjang jalur totalitas dalam arah yang sama dengan bayangan bulan. Dengan demikian, pesawat jet mampu mengejar bayangan bulan sepanjang mungkin.
Penerbangan terakhir Concorde
Dua puluh enam tahun kemudian, tepatnya pada 11 Agustus 1999, tiga pesawat Concorde, satu dari Prancis dan dua dari Inggris, memasuki bayangan bulan dalam momen gerhana matahari total. Penerbangan ini dirancang khusus untuk membawa para turis yang ingin menyaksikan fenomena langka tersebut, sebagaimana yang terdokumentasi oleh ahli gerhana Prancis, Xavier Jubier.
Setiap penumpang membayar biaya sebesar $2.400 (sekitar Rp 70 juta dalam kurs saat itu) untuk tiket mereka. Dengan harga tersebut, diharapkan para penumpang dapat menikmati totalitas gerhana selama empat hingga lima menit, dibandingkan dengan durasi sekitar dua menit di darat. Namun, para penumpang mengalami tantangan dalam melihat totalitas selama lebih dari 30 detik karena jendela pesawat yang kecil dan posisi matahari yang tinggi.
Kejadian tersebut menjadi pengingat bahwa menangkap momen gerhana matahari dalam pesawat bukanlah hal yang mudah.
Penerbangan tahun 1999 menjadi yang terakhir bagi Concorde untuk memasuki jalur totalitas gerhana matahari. Setelah kecelakaan fatal pada penerbangan Air France 4590 pada tanggal 25 Juli 2000, yang terjadi segera setelah lepas landas, penerbangan gerhana yang direncanakan pada tanggal 21 Juni 2001 pun dibatalkan.
E-Flight 2019-MAX
Meskipun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, penerbangan gerhana yang paling sukses adalah E-Flight 2019-MAX. Pada tanggal 2 Juli 2019, penerbangan tersebut berhasil memperpanjang durasi totalitas dari 4 menit, 32 detik menjadi 9 menit. Di dalam pesawat Boeing 787-9 Dreamliner milik LATAM Airlines, terdapat 43 pemburu gerhana, masing-masing membayar biaya sebesar $6.750.
Penerbangan gerhana terus menjadi sumber inspirasi, namun akan memakan waktu yang cukup lama hingga mungkin bisa melampaui prestasi Concorde 001 pada tahun 1973.