Teknologi

NASA Meluncurkan Teknologi Layar Surya untuk Kesiapan Misi Mengelilingi Tata Surya

Ilustrasi pesawat ruang angkasa Advanced Composite Solar Sail System NASA di orbit. Gambar: NASA/Aero Animation/Ben Schweighart

ANTARIKSA -- The Advanced Composite Solar Sail System NASA ditargetkan meluncur ke luar angkasa pada Rabu, 24 April waktu Selandia Baru. Teknologi tenaga pendorong dari sinar matahari itu akan menumpang roket Rocket Lab Electron dari Kompleks Peluncuran 1 perusahaan itu di Semenanjung Mahia Selandia Baru.

Roket Electron milik Rocket Lab akan menyebarkan CubeSat sekitar 600 mil di atas Bumi, lebih dari dua kali ketinggian Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Untuk menguji kinerja Sistem Layar Surya Komposit Lanjutan NASA, pesawat ruang angkasa harus berada di orbit yang cukup tinggi sehingga kekuatan sinar matahari pada layar bisa mengatasi hambatan ketinggian dan penguatan atmosfer.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Fase penerbangan awal akan berlangsung sekitar dua bulan dan mencakup checkout subsistem. Kemudian, CubeSat sebesar oven microwave akan menyebarkan layar surya reflektifnya.

Pengujian akan berlangsung selama beberapa pekan yang terdiri dari serangkaian manuver. Di antaranya, untuk melihat kenaikan dan penurunan orbit ketika wahana itu hanya menggunakan tekanan sinar matahari yang bekerja pada layar.

Baca Juga: Teknologi Layar Surya NASA Lulus Uji Penerapan, Perjalanan Antarbintang di Depan Mata (Video)

"Sistem Layar Surya Komposit Lanjutan NASA bertujuan membuktikan kemampuannya berlayar melintasi ruang angkasa, meningkatkan akses, dan memungkinkan misi berbiaya rendah ke bulan, Mars, dan sekitarnya," tulis NASA dalam web resminya, Kamis, 18 April 2024.

Tidak seperti mesin roket konvensional yang membutuhkan bahan bakar, layar surya jauh lebih efisien. Cahaya yang jatuh pada layar bisa mendorong benda melintasi ruang angkasa.

Itu adalah konsep menarik yang dimulai pada tahun 1600-an, ketika Johannes Kepler mengusulkan ide tersebut kepada Galileo Galilei. Baru pada awal abad ke-21, Planetary Society menciptakan pesawat ruang angkasa layar surya Cosmos 1. Pesawat itu diluncurkan pada Juni 2005, tetapi mengalami kegagalan sehingga tidak pernah mencapai orbit.

Layar surya pertama yang berhasil diluncurkan adalah Ikaros, yang diluncurkan oleh Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA). Ikaros dengan luar biasa menunjukkan kelayakan teknologi tersebut.

Sejak tahun 1905, telah diketahui bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai foton. Benda tersebut tidak mempunyai massa, tetapi ketika bergerak di ruang angkasa, mereka tersebut mempunyai momentum.

Baca Juga: Sederet Teknologi Pesawat Antarbintang, NASA Pilih Mesin Isotop Nuklir Baru

Ketika bola tenis mengenai raket, bola tersebut memantul dan sebagian momentum bola ditransfer ke raket. Dengan cara yang sama, foton cahaya yang mengenai layar matahari mentransfer sebagian momentumnya ke layar sehingga memberikan dorongan kecil.

Semakin banyak foton yang mengenai layar, maka semakin banyak dorongan kecil yang diberikan. Seiring dengan bertambahnya jumlah foton, pesawat ruang angkasa perlahan-lahan berakselerasi. Sumber: NASA/phys.org

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -