Nasib Eropa I, Tak Punya Pesawat Luar Angkasa Sendiri
![Perekrutan tenaga baru ESA 2022. Posisi tersedia di bidang teknik, sains, TI, dan layanan bisnis. Gambar: ESA](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/p1cw172yvb.jpg)
ANTARIKSA -- Eropa sebenarnya bukan pemain baru dalam misi luar angkasa. Mereka hampir sejajar dengan Rusia dan Amerika Serikat yang konsisten melakukan misi-misi sains ke luar angkasa. Banyak penemuan dan misi penting yang melibatkan Badan Antariksa Eropa (ESA) dalam dua dekade terakhir.
Namun, di tengah perlombaan mengirim manusia ke Bulan dan Mars terus memanas, Eropa malah dibuat gamang. Mereka harus membuat pilihan tepat: Tetap memesan kursi di pesawat ruang angkasa atau menerbangkan kendaraan berawaknya sendiri. Ya, Eropa hingga kini belum memiliki sistem peluncuran sendiri, baik roket maupun pesawat ruang angkasa.
"'Bayangkan jika Christopher Columbus tidak memiliki kapal untuk berlayar ke Amerika," kata kepala ESA baru-baru ini. Ia menyesalkan bahwa benua biru tidak memiliki kapal untuk menjelajahi perbatasan berikutnya, ruang angkasa.
"Kami akan berada di Bulan dan kami percaya kami akan tinggal di sana. Kami akan menggunakan Bulan sebagai zona ekonomi. Ini adalah perbatasan baru," kata direktur jenderal ESA, Josef Aschbacher pada Kongres Antariksa Eropa ke-14 di Brussels, pekan lalu.
"Pertanyaan besarnya adalah, apakah kita ingin, sebagai orang Eropa, menjadi bagian darinya, atau kita ingin menyaksikan orang lain pergi ke Bulan?"
NASA bertujuan untuk kembali ke Bulan dengan program Artemis pada tahun 2025. Sementara China berencana untuk mengirim salah satu taikonaut-nya ke sana pada tahun 2030. India merencanakan uji terbang tanpa awak untuk program Gaganyaan pada tahun ini untuk mempersiapkan misi berawak mereka.
Sementara itu, Eropa tidak memiliki kapal berawak untuk dibicarakan. Selama ini, Eropa selalu mengandalkan pesawat ruang angkasa AS dan Rusia. Lebih lebih dari 30 astronot ESA telah dibawa oleh pesawat kedua negara itu ke orbit selama bertahun-tahun. Belum lagi misi sains tanpa awak yang kerap hadir sebagai penumpang.
Kenyataan semakin pahit ketika perusahaan swasta kini telah menjadi pemain utama di sektor ini. SpaceX milik Elon Musk telah membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Astronot Prancis, Thomas Pesquet, yang melakukan perjalanan ke dan dari ISS dengan kapsul Dragon SpaceX, telah menyerukan agar Eropa memiliki lebih banyak ambisi dalam hal penerbangan pesawat berawak.
Perusahaan antariksa Eropa ArianeGroup, yang dimiliki oleh Airbus dan grup Prancis Safran, mengatakan siap membangun ide itu. Mereka bisa mengembangkan peluncur dua tahap yang mampu membawa astronot dan bisa digunakan berulang kali.
Presiden badan antariksa CNES Prancis, Philippe Baptiste mengatakan, peluncur semacam itu akan membuka jalan bagi misi Bulan dan Mars Eropa. Namun, dia menilai ambisi ruang angkasa Eropa masih menjadi pertanyaan politik.
Pertanyaan itu menjadi sangat penting menjelang pertemuan antariksa Eropa di kota Toulouse, Prancis pada 16 Februari 2022, mendatang. Sementara, pertemuan tingkat menteri untuk ESA akan diadakan pada November untuk menetapkan prioritas dan anggaran untuk tahun-tahun mendatang.
Sumber: Phys.org
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/bb0bfb80dfea8ba1912626031870d698.png)