Sejarah

Cassini-Huygens, Misi Bunuh Diri Paling Berharga di antara Titan dan Saturnus

Cassini-Huygens di Saturn. Foto karya David Ducros via Fineartamerica.
Cassini-Huygens di Saturn. Foto karya David Ducros via Fineartamerica.

ANTARIKSA -- Para ilmuwan kini dapat dengan mudah menjelaskan bagaimana struktur yang membentuk cincin indah yang melingkari planet Saturnus. Atau bagaimana hujan, danau, dan laut yang bergelombang di Titan, bulan terbesar yang mengorbit Saturnus. Tapi tahukah kamu, semua itu tidak akan tercapai tanpa upaya berani mati yang dilakukan sepasang pesawat dan robot ruang angkasa, Cassini dan Huygens.

Cassini adalah salah satu upaya paling ambisius yang pernah dilakukan dalam eksplorasi planet. Itu adalah misi bersama NASA, Badan Antariksa Eropa (ESA), dan badan antariksa Italia (ASI). Pesawat ruang angkasa sekaligus robot canggih itu dikirim untuk mempelajari Saturnus dan sistem cincin dan bulannya yang kompleks dengan detail yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Cassini-Huygens. Foto: NASA
Cassini-Huygens. Foto: NASA

Cassini yang membawa robot pemantau yang disebut Huygens tiba di Saturnus pada 1 Juli 2004 dan memulai misinya di planet bercincin. Huygens yang dibangun oleh ESA diterjunkan menggunakan parasut ke permukaan bulan terbesar Saturnus, Titan pada Januari 2005. Itu adalah pendaratan terjauh yang pernah dilakukan di tata surya kita hingga saat ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Huygens diturunkan ke Titan (NASA.GOV)
Huygens diturunkan ke Titan (NASA.GOV)

Saat mendarat ke permukaan Titan, Huygens mengirim gambar spektakuler dan hasil sains lainnya selama dua setengah jam menuruni atmosfer Titan yang berkabut. Ia berhenti di tengah bongkahan es bundar di dataran yang lembab dengan metana cair.

Huygens diturunkan ke Titan (NASA.GOV)
Huygens diturunkan ke Titan (NASA.GOV)

Dalam waktu yang singkat itu, Huygens mengirim sekitar 700 gambar. Namun karena terdapat kesalahan dalam transmisi dan perangkat lunak, 350 gambar di antaranya hilang. Dengan gambar itu, diketahui Titan memiliki hujan, sungai, danau, dan laut. Semua itu diselimuti atmosfer yang tebal dan kaya nitrogen yang mungkin mirip dengan apa yang ada di Bumi pada masa lalu.

Sementara Cassini tetap melanjutkan misi utamanya mengeksplorasi Saturnus dan bulannya yang lain. Pada Mei 2005 hingga empat bulan selanjutnya, Cassini mulai mengukur distribusi ukuran partikel yang terdapat di cincin, strukturnya, sekaligus mengeksplorasi atmosfer Saturnus. Berkat itu, terungkap cincin Saturnus terbentuk dari serpihan besar batu dan es yang terbentuk antara 10 hingga 100 juta tahun yang lalu.

Cassini juga berhasil mengukur periode rotasi dari Saturnus, yakni 10 jam, 33 menit, 38 detik. Ia juga berhasil melewati beberapa bulan Saturnus seperti Enceladus, Dione, Phoebe, Rhea, Helene, Methone, Pallene, dan Polyceudes.

Cassini menyelesaikan misi empat tahun awalnya pada Juni 2008. Namun, ia mendapatkan dua kali perpanjangan misi yang memungkinkan tim menggali lebih dalam misteri Saturnus. Penemuan kunci selama 13 tahun Cassini di Saturnus termasuk lautan besar dengan indikasi kuat aktivitas hidrotermal di Enceladus dan lautan metana cair di Titan. Misi tersebut berakhir pada 15 September 2017.

Akhir dari Cassini

Pada akhir 2016, Cassini memulai misi tambahan kedua kalinya. Ini adalah serangkaian orbit berani mati yang disebut Grand Finale. Cassini akan kehabisan bahan bakar dalam dua tahun ke depan sehingga harus memilih tempat pemakaman yang tepat di Saturnus.

Ilustrasi NASA.
Ilustrasi NASA.

Pesawat ruang angkasa itu berulang kali naik tinggi di atas kutub Saturnus, terbang tepat di luar cincin F yang sempit sebanyak 20 kali. Setelah sempat kembali memperdalam Titan, Cassini menurun di antara atmosfer paling atas Saturnus dan cincin terdalamnya sebanyak 22 kali.

Saat Cassini mendekati Saturnus, ia mengumpulkan banyak informasi yang berharga, jauh melampaui rencana awal misi tersebut. Termasuk mengukur medan gravitasi dan magnet Saturnus dengan presisi yang sangat halus, menentukan massa cincin, secara langsung mengambil sampel atmosfer dan ionosfer, dan menangkap gambar dari dekat yang luar biasa, yaitu pemandangan planet dan cincin.

Pada 15 September 2017, pesawat ruang angkasa melakukan pendekatan terakhirnya ke planet raksasa itu. Kali ini, Cassini menyelam ke atmosfer Saturnus sambil tetap mengirimkan data sains ke Bumi.

Segera setelah itu, Cassini terbakar dan hancur seperti meteor di langit tinggi di atas awan Saturnus. Meskipun pesawat ruang angkasa itu hilang, koleksi datanya yang sangat banyak tentang Saturnus, magnetosfer, cincin, dan bulannya akan terus menghasilkan penemuan baru selama beberapa dekade ke depan.

Baca juga:

Cincin Saturnus yang Terang, Terbuat dari Apa?

10 Hal tentang Tata Surya yang Harus Kita Tahu

Misi Cassini-Huygens:

Saturnus: Mempelajari sifat awan dan komposisi atmosfer, angin dan suhu, struktur dan rotasi internal, ionosfer, asal, dan evolusi.

Cincin: Mengamati struktur dan komposisinya, proses dinamis, keterkaitan cincin dan satelit, debu dan lingkungan mikrometeoroid.

Titan: Studi kelimpahan bagian pendukung atmosfer, distribusi jejak gas dan aerosol, angin dan suhu, komposisi dan keadaan permukaan, dan atmosfer bagian atas.

Satelit dingin: Menentukan karakteristik dan sejarah geologinya; mempelajari mekanisme modifikasi permukaan, komposisi dan distribusi permukaan, komposisi keseluruhan dan struktur internal, dan interaksinya dengan magnetosfer Saturnus.

Magnetosfer Saturnus: Mempelajari struktur dan arus listriknya. Komposisi seperti sumber dan penyerapan partikel di dalamnya. Dinamika seperti interaksi dengan angin matahari, satelit, dan cincin. Interaksi Titan dengan angin matahari dan magnetosfer.

Berita Terkait

Image

Pertama Kali Asteroid Trojan Ditemukan di Orbit Saturnus

Image

Angin Titan yang Aneh Masih Membingungkan para Ilmuwan, Ada Apa di Titan?

Image

NASA Dirikan Kantor Artemis dari Bulan ke Mars

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -