Ilmuwan Temukan 2 Eksoplanet Terakhir dari Data Teleskop Kepler
ANTARIKSA -- Teleskop antariksa Kepler milik Badan Antariksa Amerika (NASA) telah mati sejak 2018 lalu. Teleskop yang diluncurkan pada Meret 2009 untuk mencari planet eksasurya itu itu terus menjalankan misinya hingga akhir beroperasi.
Tim ahli astrofisika dan astronom warga menyisir potongan data terakhir yang dikirim Kepler ke Bumi. Dari data tersebut, tim menemukan dua palnet baru dan 'kandidat' planet yang mengorbit dekat tiga bintang redup sekitar 400 tahun cahaya dari Bumi.
Itu adalah dunia terakhir yang dilihat Kepler sesaat sebelum kehabisan bahan bakar dan mati pada akhir 2018. Elyse Incha, penulis utama studi tersebut mengatakan secara data, planet itu bukan planet yang istimewa.
"Tapi plenet itu menarik karena Kepler mengamati mereka selama beberapa hari terakhir operasinya. Ini menunjukkan betapa bagusnya Kepler dalam berburu planet, bahkan di akhir hidupnya," ucap dia, dilansir dari Space.com, Ahad (4/6/2023).
Teleskop Kepler diluncurkan pada Maret 2009 untuk mengamati 150.000 bintang terpilih di konstelasi Cygnus. Misi utama teleskop ini awalnya diperkirakan berlangsung selama 3,5 tahun.
Planet-planet yang ditemukan oleh Kepler biasanya menggunakan metode transit. Teleskop Pesawat ruang angkasa mendokumentasikan penurunan cahaya bintang yang mengisyaratkan ada planet yang mengorbit.
Empat tahun pertama Kepler di luar angkasa berjalan lancar. Namun, dua dari empat roda reaksinya yang merupakan perangkat penting untuk mengarahkan observatorium ke target, gagal pada 2013. Instrumen ini tidak lagi dapat fokus tepat pada bintang.
Setahun kemudian, para ilmuwan menggunakan dua roda reaksi baik teleskop dan pendorong onboardnya untuk menjaga keseimbangan yang sedikit tidak stabil, tetapi bisa diterapkan.
Kepler berjuang selama empat tahun lagi. Kepler mengamati irisan langit yang berbeda setiap 80 hari sekali. Dalam misi baru yang dikenal sebagai K2, Kepler menemukan ratusan planet ekstrasurya.
Pada akhir Agustus 2018, kekuatan pengamatan Kepler telah memburuk sedemikian rupa sehingga misi K2 19 selama sebulan (siklus pengamatan terakhir Kepler) hanya menghasilkan data berkualitas tinggi selama seminggu.
Dalam kumpulan data terbatas yang mencakup informasi tentang 33.000 bintang tambahan, tim melihat satu transit masing-masing untuk tiga eksoplanet di sekitar tiga bintang redup. Dua dari planet itu mengorbit bintang kerdil merah yang disebut para astronom sebagai mini-Neptunus: K2-416 b dan K2-417 b.
K2-416 b itu berukuran 2,6 kali lebih lebar dari Bumi dan mengorbit bintangnya setiap 13 hari Bumi. Sementara itu K2-417 b, yang tiga kali lebih lebar dari Bumi dan mengelilingi bintangnya setiap 6,5 hari.
Kedua planet ini lebih kecil dari Neptunus. Mereka diselimuti oleh atmosfer yang panas dan lemah dan kemungkinan besar tidak dapat dihuni.
Kandidat ketiga yang mengorbit bintang mirip matahari bernama EPIC 245978988 belum terkonfirmasi.
Untuk memverifikasi apa yang mereka lihat benar-benar planet, tim juga mempelajari data berkualitas rendah yang dikumpulkan Kepler lebih dari seminggu sebelum dinonaktifkan.
"Kami mencoba untuk melihat informasi terakhir apa yang dapat kami peras darinya," kata rekan penulis studi Andrew Vanderburg, profesor fisika di Massachusetts Institute of Technology.
Pada saat-saat terakhir itu, pendorong teleskop menembak secara tidak menentu, menyebabkan lompatan tajam pada "kurva cahaya" yang terkumpul.
Untuk memvalidasi keberadaan K2-416 b dan K2-417 b, tim mencari transit kedua planet di sekitar bintangnya masing-masing. Mereka menemukan bahwa kurva cahaya bintang-bintang telah menukik pada kedalaman dan durasi yang sama seperti yang mereka alami selama transit pertama yang terdeteksi. Metode ini memastikan kandidat tersebut adalah eksoplanet asli.
Untuk kedua deteksi transit, tim astronom warga secara visual memeriksa kurva cahaya dari 33.000 bintang, bukan pencarian otomatis seperti yang biasa dilakukan pada pencarian planet eksasurya.
"Orang-orang yang melakukan survei visual dapat menemukan pola baru dalam kurva cahaya dan menemukan objek tunggal yang sulit untuk dideteksi oleh pencarian otomatis. Dan bahkan kami tidak dapat menangkap semuanya," rekan penulis Tom Jacobs , anggota tim dari Visual Survey Group.
Untuk konfirmasi lebih lanjut, tim menjelajahi arsip gambar dari 70 tahun terakhir untuk mengesampingkan kemungkinan latar belakang bintang yang mengarah ke positif palsu. Mereka tidak menemukan kemungkinan komplikasi seperti itu untuk K2-416 b dan K2-417 b.
Namun, eksoplanet ketiga yang belum dikonfirmasi mungkin memiliki "pendamping redup" yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya.
Peneliti juga menggunakan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA, yang diluncurkan pada 2018 untuk memvalidasi identitas K2-417 b. TESS memiliki misi yang sama dengan Kepler yakni mencari planet eksasurya.
Kepler sangat produktif sepanjang hidupnya. Penghitungan planet ekstrasurya yang dikonfirmasi mencapai lebih dari 2.660. Jumlah itu hampir setengah dari semua penemuan planet asing hingga saat ini.
Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan Selasa (30 Mei) di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.