China dan AS Bersitegang Soal Stasiun Luar Angkasa
ANTARIKSA -- Di saat Rusia dan Amerika Serikat (AS) saling melempar tuduhan soal invasi Ukraina, China masih bersitegang dengan AS soal keamanan di luar angkasa. Kedua negara sejauh ini secara terpisah melaporkan klaimnya masing-masing ke Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemerintah China meminta ada jalur komunikasi formal dengan Amerika Serikat mengenai masalah keamanan antariksa. Hal itu setelah mereka menemukan adanya pendekatan oleh sepasang satelit Starlink terhadap stasiun luar angkasa China, Tiangong.
Pada konferensi pers 10 Februari 2022, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian kembali menegaskan soal laporan mereka kepada PBB pada Desember 2021. China, kata dia, harus melakukan manuver stasiun luar angkasanya dua kali pada tahun 2021 untuk menghindari pendekatan oleh satelit SpaceX, Starlink .
"China memenuhi kewajiban internasional yang ditetapkan oleh Pasal V Perjanjian Luar Angkasa dengan memberi tahu PBB tentang pendekatan berbahaya satelit Starlink ke stasiun ruang angkasa China yang mengancam keselamatan astronot China yang mengorbit," katanya menurut sebuah transkrip pemerintah. Menurut dia, astronot China di orbit menghadapi ancaman keamanan yang nyata dan mendesak.
China, kata Zhao, telah mengajukan laporannya ke PBB setelah tidak ada respons dari para pejabat AS. "Setelah insiden itu, otoritas kompeten China mencoba beberapa kali untuk menghubungi pihak AS melalui email, tetapi tidak mendapat jawaban," katanya.
Namun, pemerintah AS menceritakan kisah yang berbeda. Dalam catatan verbal yang diajukan ke PBB tertanggal 28 Januari 2022 dan diterbitkan oleh Kantor PBB untuk Urusan Luar Angkasa pada 3 Februari lalu, AS mengatakan tidak pernah mendengar dari pemerintah China soal adanya pendekatan oleh satelit Starlink-1095 dan Starlink -2305.
“Amerika Serikat tidak mengetahui adanya kontak atau upaya kontak oleh China dengan Komando Luar Angkasa Amerika Serikat, operator Starlink-1095 dan Starlink-2305 atau entitas Amerika Serikat lainnya, untuk berbagi informasi atau kekhawatiran tentang insiden yang disebutkan sebelum catatan verbal dari China kepada Sekretaris Jenderal (PBB) tersebut dibuat," tulis pernyataan Misi Tetap AS untuk PBB di Wina dalam dokumen tersebut.
Pernyataan itu menambahkan, analisis oleh Skuadron Kontrol Antariksa ke-18 Angkatan Luar Angkasa AS tidak menemukan bukti adanya pendekatan oleh salah satu satelit Starlink ke stasiun ruang angkasa China yang memenuhi ambang kriteria tabrakan darurat yang ditetapkan. Sehingga, pemberitahuan darurat tidak diperlukan di kedua lokasi kasus. "Jika pendekatan semacam itu memenuhi kriteria tersebut, Amerika Serikat akan memberikan pemberitahuan pendekatan dekat langsung ke titik kontak China yang ditunjuk."
Sementara, SpaceX sendiri mengindikasikan adanya pendekatan itu. Wakil presiden keandalan pembangunan dan penerbangan di SpaceX, Bill Gerstenmaier menyatakan, pihaknya sangat kesulitan untuk menghubungi pejabat China terkait masalah yang dihadapi. “Kami tidak tahu persis siapa yang harus dihubungi di pihak China,” kata dia.
Menurut dia, SpaceX selalu memeriksa pendekatan satelit Starlink dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan stasiun ruang angkasa China. Ia menegaskan, pemberitahuan pendekatan dekat dengan ISS sangatlah mudah. Sementara untuk stasiun China, SpaceX harus bekerja dengan Departemen Luar Negeri dan lembaga pemerintah AS lainnya untuk bisa memberitahukan China.
"Kami memberikan informasi ke Departemen Luar Negeri, tapi saya tidak tahu apa yang terjadi setelah itu," katanya.
Pada konferensi pers 10 Februari itu, Zhou juga mengatakan China terbuka untuk jalur komunikasi yang lebih formal dengan AS tentang keamanan ruang angkasa. “Dengan tujuan untuk melindungi keselamatan astronot China dan stasiun luar angkasa, pihak China siap untuk membangun mekanisme komunikasi jangka panjang dengan pihak AS dan berharap AS akan mengambil tindakan nyata untuk mencegah insiden seperti itu terjadi lagi,” tegas dia.
Catatan verbal Amerika tidak menyatakan seberapa dekat satelit Starlink diprediksi datang ke stasiun ruang angkasa sebelum China melakukan manuver di stasiun. Analisis independen juga belum menawarkan konsensus tentang seberapa dekat kedua pendekatan itu ke stasiun.
Namun, sebuah studi oleh COMSPOC menemukan bahwa satelit Starlink hanya menyumbang sekitar 7 persen dari semua pendekatan dekat dengan stasiun luar angkasa China. Mayoritas pendekatan berasal dari puing-puing, termasuk dari uji senjata anti-satelit China sendiri pada 2007.
Temuan ini menunjukkan bahwa pesawat ruang angkasa Starlink tidak menempatkan beban keselamatan penerbangan yang tidak semestinya pada awak Stasiun Luar Angkasa Tiangong. “Namun, data tersebut menyoroti pentingnya berbagi orbit dan informasi manuver,” kata Dan Oltrogge dan Sal Alfano dari COMSPOC.
Sumber: SpaceNews