Pertama Kali, AS Denda Perusahaan karena Sampah Luar Angkasa
ANTARIKSA -- Pemerintah Amerika Serikat telah menjatuhkan denda pertama kepada perusahaan swasta yang meninggalkan sampah luar angkasa di orbit. Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) mengeluarkan denda 150.000 dolar AS kepada penyedia televisi satelit DISH karena tidak melakukan deorbit satelit EchoStar-7 dengan aman.
Satelit tersebut diluncurkan pada tahun 2002, dan DISH awalnya bermaksud melakukan deorbit pada pesawat ruang angkasa itu pada Mei 2022. Namun, satelit tersebut kehabisan bahan bakar, sehingga perusahaan tidak punya pilihan selain meninggalkannya sejauh 100 mil (178 kilometer) dari wilayah pembuangan yang ditentukan.
Tempat pembuangan sampah antariksa harus dilakukan di sebuah titik yang jauh di atas orbit geostasioner. Di wilayah tersebut satelit bisa selalu berada di satu tempat tetap di Bumi.
"Kegagalan untuk membuang satelit di akhir masa operasionalnya melanggar Undang-Undang Komunikasi FCC," tulis komisi tersebut dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Senin, 2 Oktober 2023.
“Ini merupakan langkah pertama dalam penegakan hukum sampah antariksa yang dilakukan oleh Komisi, yang telah meningkatkan upaya kebijakan satelitnya,” jelas FCC.
Baca Juga: Sampah Luar Angkasa Mulai Membahayakan, Ilmuwan Serukan Perjanjian Bersama
FCC mengeluarkan denda tersebut sebagai bagian dari upayanya menindak aktivitas tidak bertanggung jawab di orbit bumi. Seiring dengan semakin maraknya operasi satelit dan percepatan ekonomi ruang angkasa, FCC ingin operator mematuhi komitmen mereka.
“Ini adalah penyelesaian terobosan, memperjelas bahwa FCC memiliki otoritas penegakan hukum yang kuat dan kemampuan untuk menegakkan peraturan sampah luar angkasa yang sangat penting,” kata Kepala Biro Penegakan FCC Loyaan A Egal dalam pernyataan komisi.
Denda FCC adalah bagian dari upaya yang lebih luas di seluruh dunia untuk mulai mengatasi masalah sampah luar angkasa sebelum terlambat. Pada 12 September, Badan Antariksa Eropa (ESA) memperkirakan terdapat lebih dari 36.000 keping sampah luar angkasa di orbit yang berukuran lebih dari 4 inci atau 10 sentimeter.
Selain sampah luar angkasa ini, jumlah satelit di orbit secara umum terus bertambah dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Satu perusahaan saja, SpaceX, berencana meluncurkan lebih dari 40.000 satelit internet broadband Starlink dalam sepuluh tahun ke depan.
Baca Juga: Manuver ISS dan Pesawat Luar Angkasa Menghindari Sampah Antariksa
Penyedia internet satelit lainnya, OneWeb, memiliki rencana untuk membangun 4.000 satelit. Sementara proyek Kuiper Amazon merencanakan konstelasi 3.200 pesawat ruang angkasa semacam itu.
Di luar AS, Uni Eropa sedang merencanakan pengembangan konstelasi Infrastruktur untuk Ketahanan, Interkonektivitas, dan Keamanan melalui Satelit (IRIS²), yang akan mulai beroperasi pada tahun 2027. Proyek komunikasi satelit China, Guowang, juga bertujuan mengembangkan konstelasi tersebut. Total 13.000 satelit.
Semua satelit ini, jika tidak dideorbitasi dengan aman dan benar, akan menciptakan kondisi yang tidak aman di ruang angkasa sekitar planet kita. Itu akan menjadi seperti jalan raya antar negara bagian, pada jam-jam sibuk di tengah badai salju, dan semua orang mengemudi terlalu cepat.
"Kecuali ada beberapa jalan raya antar negara bagian yang saling bersilangan tanpa lampu lalu lintas," kata Jonathan McDowell, ahli astrofisika dan astronom di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian. Sumber: Live Science