News

Sampah Luar Angkasa Mulai Membahayakan, Ilmuwan Serukan Perjanjian Bersama

Ilustrasi orbit Bumi yang penuh sesak dengan sampah antariksa dan puing-puing orbit. Gambar: janiecbros/Getty Images
Ilustrasi orbit Bumi yang penuh sesak dengan sampah antariksa dan puing-puing orbit. Gambar: janiecbros/Getty Images

ANTARIKSA -- Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan pakar lainnya telah menyerukan perjanjian yang mengikat secara hukum untuk memastikan sampah luar angkasa tidak mengancam aktivitas di orbit Bumi. Aturan dikhususkan pada sampah antariksa yang disebabkan oleh industri luar angkasa yang sedang berkembang.

Ruang angkasa yang mengelilingi planet kita kini semakin padat dengan lebih dari 9.000 satelit di orbit. Eastern Southern Observatory (ESO) memproyeksikan jumlah ini dapat tumbuh hingga 75.000 pada tahun 2030.

Meskipun teknologi satelit memberikan banyak manfaat di Bumi, pertumbuhan industri ini dapat membuat sebagian besar orbit Bumi tidak dapat digunakan. Masalahnya, ruang orbit dipersempit oleh satelit bekas yang masih melayang. Ketika sampah satelit itu bertabrakan, puing-puing kecil yang sulit dilacak akan bertebaran di orbit.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Satelit sangat penting untuk kesehatan manusia, ekonomi, keamanan, dan Bumi itu sendiri. Namun, penggunaan ruang angkasa untuk memberi manfaat bagi manusia dan planet ini berisiko," kata salah satu ahli yang mendesak perjanjian sampah luar angkasa dan Kepala Spaceport Cornwall, Melissa Quinn dalam sebuah pernyataan.

Quinn menegaskan, umat manusia harus bertanggung jawab atas perilakunya di luar angkasa mulai saat ini, bukan nanti. Ia mendorong semua pemimpin negara memperhatikan dan menyadari pentingnya langkah selanjutnya untuk sampah antariksa serta memastikan pertanggungjawaban secara bersama.

100 triliun puing satelit

Diperkirakan sudah ada lebih dari 100 triliun puing satelit tua yang tidak terlacak di orbit Bumi. Hal itu menghadirkan risiko besar bagi satelit yang masih aktif. Ratusan manuver penghindaran tabrakan dilakukan oleh satelit setiap tahun. Tabrakan di orbit, tidak hanya akan menyebabkan kerusakan pada satelit operasional, tapi juga akan menghasilkan lebih banyak sampah luar angkasa.

The UK Natural History Museum menjelaskan, saat ini sampah antariksa tidak menimbulkan ancaman bagi eksplorasi ruang angkasa. Tetapi insiden baru-baru ini telah memberikan contoh nyata tentang seberapa cepat situasi berbahaya bagi astronot bisa muncul.

Seperti yang dilaporkan Space.com pada Oktober 2022, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) terpaksa mengambil tindakan mengelak untuk menghindari pecahan sampah antariksa dari satelit Rusia. Pada November 2021, astronot di ISS terpaksa berlindung di pesawat ruang angkasa ketika stasiun melayang di dekat sampah ruang angkasa. Pada pekan ini, ISS harus menembakkan pendorongnya untuk menghindari sebuah satelit pencitraan Bumi. Baca: Manuver ISS dan Pesawat Luar Angkasa Menghindari Sampah Antariksa

Para ilmuwan Laboratorium Propulsi Jet NASA bersama dengan para peneliti dari University of Plymouth, Arribada Initiative, University of Texas di Austin, Institut Teknologi California, Spaceport Cornwall dan Zoological Society of London (ZSL) menekankan, konsensus global tentang cara mengelola orbit Bumi adalah kebutuhan mendesak. Para ilmuwan, termasuk pakar teknologi satelit dan mikroplastik kelautan menilai perjanjian harus memastikan tanggung jawab atas satelit hingga puing-puingnya dimulai sejak diluncurkan.

Seruan untuk sampah antariksa itu sesuai dengan perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang baru untuk mengatasi polusi plastik di laut yang disepakati oleh 200 negara yang disebut Perjanjian Plastik Global. Perjanjian itu terwujud setelah 20 tahun diupayakan, dan para ilmuwan tak mau perjanjian sampah antariksa memakan waktu selama itu.

"Masalah polusi plastik, dan banyak tantangan lain yang dihadapi lautan kita, sekarang menarik perhatian global. Namun, tindakan kolaboratif terbatas dan implementasinya lambat. Sekarang kita berada dalam situasi yang sama dengan akumulasi puing-puing luar angkasa," kata salah satu ilmuwan yang mendesak perjanjian itu, Dr Imogen Napper.

Peneliti dari University of Plymouth itu mengatakan, dengan mempertimbangkan apa yang telah dipelajari dari laut lepas, maka kita dapat menghindari membuat kesalahan yang sama dalam mencegah tragedi di luar angkasa. "Tanpa kesepakatan global, kita tidak dapat menemukan diri kita berada di jalur yang sama," kata dia. Sumber: Space.com

Baca juga:

Mengenal Sampah Antariksa dan Sejarahnya

Manuver ISS dan Pesawat Luar Angkasa Menghindari Sampah Antariksa

Punya Ide Pengolahan Sampah? Ayo 'Ikut' NASA ke Mars

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -