Citra Satelit NASA: Sejumlah Kota Besar di AS sedang Tenggelam
ANTARIKSA -- Citra satelit NASA menunjukkan kecepatan yang mengejutkan dimana daratan kota-kota besar di Amerika Serikat (AS) sedang tenggelam. Wilayah itu termasuk Baltimore, New York, dan Charleston.
Sejumlah gambar yang diungkapkan oleh Observatorium Bumi NASA pada 20 Februari 2024, menunjukkan pergerakan daratan di Pantai Timur, dengan wilayah berwarna biru tua tenggelam paling cepat. Penurunan permukaan tanah mengancam infrastruktur, lahan pertanian, dan lahan basah, terutama seiring dengan naiknya permukaan air laut.
Menurut data satelit, antara tahun 2007 dan 2020, tanah di bawah New York, Baltimore, dan Norfolk, Virginia, tenggelam rata-rata 1 hingga 2 milimeter per tahun. Di beberapa daerah di Delaware, Maryland, South Carolina dan Georgia, tingkat penurunannya mencapai dua hingga tiga kali lipat dari itu.
“Subsidensi adalah masalah yang sangat berbahaya, sangat terlokalisasi, dan sering diabaikan dibandingkan dengan kenaikan permukaan air laut global, namun ini merupakan faktor utama yang menjelaskan mengapa permukaan air meningkat di banyak wilayah di Amerika bagian timur,” kata Leonard Ohenhen, ahli geofisika di Virginia Tech kepada NASA Earth Observatory.
Baca Juga: NASA: Sebagian Kota New York sedang Tenggelam
Ohenhen adalah salah satu penulis penelitian tingkat penurunan tanah di wilayah AS yang diterbitkan di jurnal PNAS Nexus pada 2 Januari 2024. Subsiden mempunyai banyak konsekuensi bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai, termasuk risiko banjir dan kerusakan infrastruktur akibat tanah yang tidak stabil.
Menurut penelitian Ohenhen, setidaknya 867.000 properti dan infrastruktur penting, termasuk jalan raya, kereta api, bandara, bendungan dan tanggul mengalami penurunan. Tenggelamnya daratan juga dapat menyebabkan masuknya air asin ke lahan pertanian, tanaman pangan, dan pasokan air bersih, serta berdampak pada habitat satwa liar seperti rawa.
Salah satu kota yang paling cepat tenggelam adalah Charleston, Carolina Selatan, yang wilayah pusat kotanya hanya 3 meter di atas permukaan laut. Kota ini tenggelam sekitar 4 mm per tahun.
Menurut Observatorium Bumi NASA, penurunan permukaan tanah di bawah Charleston sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pemompaan air tanah. Ketika manusia mengeringkan akuifer bawah tanah atau mengekstraksi gas alam dari dalam tanah, ruang kosong yang tertinggal bisa runtuh, menyebabkan tanah di atasnya tenggelam.
Namun, di tempat-tempat seperti New York, kombinasi beberapa faktor berkontribusi terhadap penurunan permukaan tanah, termasuk tanah lunak tempat dibangunnya kota dan berat bangunan itu sendiri.
Baca Juga: NASA Kirim Pesawat Antariksa Kembar ke Ujung Bumi, Mengukur Perubahan Iklim
Para peneliti menggunakan citra satelit dan sensor GPS berbasis darat untuk mempelajari pantai dari New England hingga Florida. Mereka kemudian membuat peta yang mengungkap variabilitas naik turunnya berbagai wilayah di sepanjang pantai.
Data tersebut diukur berdasarkan data yang dikumpulkan Sistem Satelit Navigasi Global berbasis darat untuk mendeteksi laju tenggelamnya kapal.
Menurut peta, wilayah Atlantik tengah mengalami penurunan lebih besar dibandingkan wilayah timur laut AS.
Sebagian besar penurunan itu disebabkan oleh proses geologi yang disebut penyesuaian isostatik glasial. Isosratik adalah pergerakan daratan yang pernah terbebani lapisan es tebal selama zaman es terakhir, sekitar 126.000 hingga 11.700 tahun yang lalu.
Tepi lapisan es Laurentide yang besar melintasi tempat yang sekarang disebut Pennsylvania dan New Jersey, mendorong daratan ke bawah karena beban es. Sementara itu, daratan di luar batas es terpaksa naik. Ketika es mulai mencair sekitar 12.000 tahun yang lalu, daratan yang dulunya menggembung di sepanjang pantai mulai tenggelam dan terus menurun hingga saat ini.
Direktur Laboratorium Virginia Tech, Manoochehr Shirzaei mengatakan, mereka berharap bisa memetakan seluruh Pantai Teluk. Shirzaei adalah rekan penulis penelitian tingkat penurunan tanah di AS bersama Ohenhen.
“Kami tahu bahwa para perencana di beberapa kota di AS telah menggunakan data kami untuk membuat garis pantai lebih tangguh, dan kita ingin kota-kota di seluruh dunia dapat melakukan hal yang sama,” kata dia dalam siaran pers. Sumber: Live Science