News

NASA: Sebagian Kota New York sedang Tenggelam

Tanah di bawah wilayah Kota New York, termasuk wilayah Queens bergerak beberapa inci setiap tahunnya. Gambar: NASA/JPL-Caltech

ANTARIKSA -- Para ilmuwan yang menggunakan radar berbasis ruang angkasa menemukan daratan di Kota New York tenggelam dengan kecepatan yang bervariasi. Fenomena itu disebabkan oleh faktor manusia maupun alam. Sementara, tanah di beberapa titik malah naik.

Walaupun perubahannya terlihat kecil, hanya seper sekian inci per tahun, hal itu dapat meningkatkan risiko banjir karena kenaikan permukaan air laut. Tim peneliti dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA dan Universitas Rutgers telah menerbitkan temuan mereka di Science Advances pada Rabu, 27 September 2023.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tim tersebut menganalisis gerakan tanah vertikal ke atas dan ke bawah, atau penurunan dan kenaikan permukaan tanah di seluruh wilayah metropolitan dari tahun 2016 hingga 2023. Mereka menggunakan teknik penginderaan jauh yang disebut interferometric syntetic aperture radar (InSAR). 

Teknik ini menggabungkan dua atau lebih observasi 3D pada wilayah yang sama untuk mengungkap gerakan permukaan atau topografi. Sebagian besar gerakan yang mereka amati terjadi di area yang sebelumnya mengalami modifikasi permukaan bumi, seperti reklamasi lahan dan pembangunan tempat pembuangan sampah. Di kedua wilayah tersebut, tanah lebih gembur dan mudah terkompresi.

Baca Juga: Ilmuwan Deteksi Es Terdingin di Alam Semesta

Pergerakan tanah itu juga disebabkan oleh proses alami sejak ribuan tahun lalu. Sekitar 24.000 tahun yang lalu, lapisan es tersebar di sebagian besar New England. Dinding es setinggi lebih dari satu mil menutupi tempat yang sekarang disebut Albany di bagian utara New York. 

Sejak saat itu, mantel bumi yang tampak seperti kasur yang tertekuk, perlahan-lahan mulai menyesuaikan diri. Kota New York, yang terletak di daratan yang dulu terangkat, tepat di luar tepi lapisan es, kini kembali tenggelam.

Para ilmuwan menemukan bahwa rata-rata penurunan permukaan tanah di wilayah metropolitan New York sekitar 0,06 inci atau 1,6 milimeter per tahun. Dengan menggunakan radar pada satelit Sentinel-1 Badan Antariksa Eropa (ESA), para ilmuwan memetakan pergerakan tersebut secara rinci.

Data itu menunjukkan dengan tepat lingkungan, landmark, hingga landasan pacu bandara dan stadion tenis yang mengalami penyusutan lebih cepat dibandingkan rata-rata.
“Kami telah menghasilkan peta pergerakan tanah vertikal yang begitu rinci di wilayah Kota New York sehingga ada fitur-fitur bermunculan yang belum pernah diperhatikan sebelumnya,” kata peneliti JPL dan penulis utama penelitian itu, Brett Buzzanga.

David Bekaert, ilmuwan JPL dan peneliti utama proyek tersebut, mengatakan, melacak perubahan ketinggian daratan dan permukaan laut penting untuk pemetaan dan perencanaan banjir. Sebab, perubahan iklim di bumi mendorong naiknya permukaan air laut di seluruh dunia.

Baca Juga: Es Greenland yang Mencair Cukup untuk Membanjiri Amerika Serikat

Wilayah Terdampak Penurunan Permukaan Tanah

Tim mengidentifikasi dua titik panas penurunan permukaan tanah yang terletak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah di Queens. Salah satunya, landasan pacu 13/31 di Bandara LaGuardia, menyusut dengan kecepatan sekitar 3,7 milimeter per tahun. 

Bandara tersebut sedang direnovasi untuk mengurangi banjir akibat naiknya air di Samudera Atlantik. Anggaran renovasi tersebut senilai 8 miliar dolar AS.

Mereka juga mengidentifikasi Stadion Arthur Ashe, yang tenggelam dengan kecepatan sekitar 4,6 milimeter per tahun. Stadion tersebut memerlukan konstruksi atap ringan untuk mengurangi beban dan jumlah penurunan permukaan tanah.

Penurunan permukaan tanah juga terjadi di bagian selatan Governors Island; wilayah dekat Pulau Coney dan Arverne di Brooklyn; wilayah di bawah Route 440 dan Interstate 78 di pinggiran Kota New Jersey; dan di Pulau Rikers. Hampir semua wilayah itu memiliki sejarah penimbunan tanah dan sampah.

Wilayah Terdampak Kenaikan Permukaan Tanah

Para ilmuwan juga menemukan kenaikan permukaan tanah di East Williamsburg, Brooklyn. Wilayah itu meningkat sekitar 0,06 inci atau 1,6 milimeter per tahun. Kemudian, Woodside di Queens, meningkat 6,9 milimeter per tahun antara 2016-2019 dan saat ini sudah stabil. 

Robert Kopp dari Universitas Rutgers mengatakan, pemompaan air tanah dan sumur injeksi untuk mengolah air yang tercemar kemungkinan berperan dalam perubahan permukaan tanah. Namun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan. “Saya tertarik dengan potensi penggunaan InSAR resolusi tinggi,” kata Kopp.

Baca Juga: Gunung Es 'Cabul' Tiba-tiba Muncul di Kota Dildo Kanada, Penduduk Syok

Para ilmuwan mengatakan, kota-kota seperti New York, yang berinvestasi dalam pertahanan pesisir dan infrastruktur dalam menghadapi kenaikan permukaan laut, bisa menggunakan perkiraan pergerakan tanah dengan resolusi tinggi.

Proyek OPERA yang dipimpin JPL ke depan akan merinci perpindahan permukaan tanah di seluruh Amerika Utara. Mereka akan memanfaatkan data InSAR dari Sentinel-1 ESA dan dari misi  NASA-Indian Space Research Organization Synthetic Aperture Radar (NISAR) yang akan diluncurkan pada 2024.

Informasi dari OPERA akan membantu para ilmuwan memantau pergerakan tanah vertikal dengan lebih baik. Terutama perubahan yang terkait dengan bahaya alam. Sumber: NASA

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -