Gagal dengan Pesawat Pembawa Jasad Manusia, AS Kini Kirim Patung dan Museum ke Bulan
ANTARIKSA -- Amerika Serikat (AS) kembali meluncurkan pesawat pendarat bulan swasta pada Kamis, 15 Februari 2024. Peluncuran pesawat Odysseus itu adalah yang kedua di bawah program Commercial Lunar Payloads Services (CLPS) NASA. Melalui program itu, NASA menyewa banyak perusahaan penerbangan antariksa AS untuk mendukung pengembangan misi komersial negara itu ke depan.
Sayangnya, misi pertama program CLPS dengan pendarat Peregrine milik perusahaan Astrobotic gagal total. Misi perdana Januari lalu itu kontroversial karena tidak hanya membawa instrumen ilmiah NASA, tetapi juga disewa perusahaan pemakaman luar angkasa. Pesawat yang membawa sisa jasad dan DNA manusia itu berakhir terbakar di atmosfer Bumi, lalu terkubur perairan Pasifik Selatan.
Pada Kamis dini hari waktu AS tadi, Odysseus milik perusahaan Intuitive Machines lepas landas di atas roket Falcon 9 SpaceX dari Kennedy Space Center (KSC) NASA di Florida. Misi yang disebut IM-1 itu membawa enam instrumen NASA dengan nilai kontrak 118 juta dolar AS. "NASA mengeluarkan biaya tambahan sebesar 11 juta dolar AS untuk mengembangkan dan membangun perangkat keras ilmiah," kata pejabat NASA.
Sama dengan misi Peregrine sebelumnya, Odysseus juga disewa perusahaan lain agar menyertakan barang mereka ke bulan. Kali ini bukan jasad manusia yang kontroversial yang dibawa, melainkan benda-benda kebumian yang tak berkaitan dengan misi ilmiah.
Baca Juga: Pesawat Odysseus Akhirnya Meluncur ke Bulan, Nonton Videonya
Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Odysseus akan mendarat di dekat kutub selatan bulan pada 22 Februari nanti. Ia akan menjadi pesawat ruang angkasa pribadi pertama yang berhasil melakukan pendaratan di bulan.
Berikut instrumen sains NASA dalam Odysseus:
- ROLSES (Radio Observations of the Lunar Surface Photoelectron Sheath) akan mengkarakterisasi plasma elektron dan lingkungan radio di dekat lokasi pendaratan IM-1.
- LRA (Laser Retro-Reflector Array), seperangkat reflektor kecil, akan berfungsi sebagai tiang penunjuk jalan untuk membantu misi ke depan melakukan pendaratan di bulan.
- NDL (Navigation Doppler Lidar for Precise Velocity and Range Sensing) akan menggunakan teknologi LIDAR (deteksi dan jangkauan cahaya) untuk mengumpulkan data super presisi selama Odysseus turun dan mendarat.
- SCALPSS (Stereo Cameras for Lunar Plume-Surface Studies) akan mempelajari bagaimana asap knalpot Odysseus berinteraksi dengan tanah dan bebatuan di bulan selama pendaratan. Ia akan mengumpulkan data yang menginformasikan desain pendarat Artemis, misi NASA mendaratkan astronot.
Baca Juga: Hari Ini, Pesawat Pembawa Jasad Manusia akan Jatuh ke Bumi dengan Kondisi Terbakar
- LN-1 (Lunar Node 1 Navigation Demonstrator), sebuah suar navigasi radio kecil, akan mendemonstrasikan teknologi penentuan posisi pesawat ruang angkasa otonom. Ia akan membantu penjelajah dan pendarat bulan berikutnya dan pada akhirnya menjadi bagian dari sistem mirip GPS di bulan.
- RFMG, akan menggunakan gelombang radio untuk mengukur berapa banyak bahan bakar yang tersisa di tangki Odysseus, sesuatu yang sulit dilakukan di lingkungan gayaberat mikro.
Muatan dari pelanggan
Odysseus juga membawa muatan komersial untuk berbagai pelanggan, termasuk Columbia Sportswear, yang akan menguji bahan isolasi Omni-Heat Infinity. Di antara muatan pribadi lainnya adalah satu set patung karya seniman Jeff Koons dan 'penyimpanan bulan yang aman' atau museum bulan.
Entah bagaimana bentuknya, museum penyimpangan itu diklaim bertujuan membantu melindungi keseluruhan pengetahuan manusia, jika sesuatu yang buruk terjadi di Bumi. Maksudnya, jika ada yang selamat dari kiamat di Bumi, ada cadangan data teknologi dan ilmu pengetahuan yang disimpan di bulan.
Yang juga terbang dengan IM-1 adalah EagleCam, yang dibuat oleh mahasiswa di Embry-Riddle Aeronautical University. Sistem kamera ini akan dikerahkan dari Odysseus saat mendekati permukaan bulan dan mencoba mengambil foto pendaratan pesawat tersebut.
Baca Juga: Abaikan Protes Bangsa Navajo, Perusahaan Pemakaman di Bulan: Kami tak Mau Didikte Agama
Bagaimanapun, misi swasta itu menampung berbagai ambisi besar dari Amerika Serikat untuk tetap menjadi yang pertama di luar angkasa. Selain AS, sudah empat negara lain yang berada di bulan, namun terakhir AS berada di sana lebih dari 50 tahun lalu. Sumber: Space.com
