Asteroid Dekat Bumi Terdeteksi 3 Jam sebelum Meledak di Kota Berlin
ANTARIKSA -- Pada Ahad, 21 Januari 2024 dini hari, sebuah asteroid kecil meluncur melintasi langit dan menabrak atmosfer bumi di atas Berlin, Jerman. Lintasannya menghasilkan bola api yang terang hingga bisa terlihat dari jarak puluhan kilometer. Untungnya, peristiwa itu tidak membawa petaka bagi kehidupan di bawahnya.
Penampakan seperti itu biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun, namun peristiwa di Berlin kemarin termasuk unik. Sebab, asteroid itu baru pertama kali terdeteksi oleh para ilmuwan sekitar tiga jam sebelum tumbukan. Hanya ada tujuh kejadian sebelumnya yang juga terdeteksi sebelum batuan luar angkasa menabrak bumi.
Asteroid yang dinamai 2024 BXI , pertama kali ditemukan oleh Krisztian Sarneczky, seorang astronom di Stasiun Gunung Piszkesteto, bagian dari Observatorium Konkoly di Hongaria. Sarneczky yang mengaku sedang memburu asteroid mengidentifikasi batuan kosmik tersebut menggunakan teleskop Schmidt 60 cm di observatorium.
Tak lama setelah Sarneczky menemukan batu luar angkasa tersebut, NASA memberikan prediksi detail mengenai di mana dan kapan meteor tersebut akan menghantam Bumi. "Perhatian: Asteroid kecil akan hancur menjadi bola api yang tidak berbahaya di sebelah barat Berlin dekat Nennhausen pada pukul 01.32 CET. Pengawas akan melihatnya jika sudah jelas!" tulis NASA di X menjelang pergantian hari.
Baca Juga: Bagaimana Rasanya Berjalan di Atas Asteroid? Penjelasan Para Ilmuwan
Kamera di Kota Leipzig, Jerman utara menangkap rekaman meteor yang sangat terang tersebut, muncul dan menghilang dalam rentang beberapa detik. Asteroid yang diperkirakan selebar 1 meter itu kemungkinan mulai hancur sekitar 50 kilometer di atas wilayah barat Berlin.
"Mungkin menjatuhkan beberapa meteorit ke tanah di sepanjang lintasannya," kata Denis Vida, seorang postdoctoral associate untuk fisika meteor di Western University, Kanada kepada CBS News.
Sarneczky telah menemukan ratusan asteroid dalam beberapa tahun terakhir, termasuk orang pertama yang mendeteksi asteroid 2022 EB5 sekitar dua jam sebelum menabrak atmosfer bumi. Dia juga menggunakan data Observatorium Konkoly untuk menemukan batu yang menabrak Bumi.
https://twitter.com/i/status/1748874761722077214
Penampakan asteroid itu sangat tidak biasa. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), 99 persen asteroid dekat Bumi yang berukuran kurang dari 30 meter belum ditemukan. Semakin kecil ukuran sebuah asteroid, semakin dekat pula jaraknya dengan Bumi sebelum para ilmuwan dapat mendeteksinya. "Hal itu membuat sulit untuk memperkirakan dampaknya terlebih dahulu," kata para Baca Juga: Apa Itu Asteroid?
Dalam beberapa kasus, asteroid dekat Bumi bisa bersembunyi di bawah sinar matahari, seperti meteor yang melesat dari arah terbitnya matahari di atas Kota Chelyabinsk, Rusia pada 2013, lalu. Kejutan batu luar angkasa itu memecahkan jendela gedung, membuat pejalan kaki buta, luka bakar akibat sinar ultraviolet, dan melukai lebih dari 1.600 orang.
Saat ini, berbagai badan antariksa pemerintah sedang mengembangkan teknologi baru pemindaian langit untuk mencari asteroid yang bersiap menabrak Bumi, termasuk satelit NEO Surveyor milik NASA dan NEOMIR milik ESA. NEO direncanakan beroperasi pada 2027, sementara NEOMIR pada tahun 2030.
Mulai tahun 2025, Observatorium Vera C Rubin di Chili, yang didanai oleh National Science Foundation, akan membuat katalog tata surya dari bumi. Data itu diharapkan akan sangat membantu upaya perburuan asteroid.
“Kita membutuhkan waktu 200 tahun untuk menemukan semua asteroid yang telah diketahui hingga saat ini, sekitar 1,2 juta asteroid,” kata Mario Juric, ketua tim penemuan tata surya di Observatorium Rubin dan direktur Institut DiRAC di University of Washington kepada Astronomi. Namun, kata dia, dalam tiga hingga enam bulan pertama Rubin, jumlah asteroid yang bisa ditemukan akan jauh lebih banyak. Sumber: Space.com
