News

Astronot Kaget Melihat Pergerakan Gunung Es Raksasa dari Luar Angkasa

Astronot ESA, Andreas Mogensen membagikan foto gunung es di selatan Samudra Atlantik dalam di X (Twitter).

ANTARIKSA -- Ketika bumi terus memanas, bongkahan es yang pecah dari gletser dan lapisan es semakin banyak yang jatuh ke laut. Gunung es tersebut ternyata bisa terlihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), meskipun hanya tampak seperti bintik putih kecil di permukaan air laut yang biru cerah.

Astronot Badan Antariksa Eropa (ESA), Andreas Mogensen baru saja membagikan foto gunung es di selatan Samudra Atlantik dalam sebuah postingan di X (Twitter). Ia mengaku kaget karena tak menyangka bisa melihatnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Saya harus mengakui bahwa jika Anda bertanya sebelum misi ini, apakah saya bisa melihat gunung es dengan mata telanjang dari luar angkasa, saya akan menjawab, tidak mungkin,'" kata komandan Ekspedisi 70 laboratorium yang mengorbit tersebut dalam postingannya.

"Ternyata bisa! Akhir-akhir ini kita melihat banyak gunung es di Atlantik selatan. Mungkin karena geometrinya yang berbeda atau mungkin kontras warnanya, tapi gunung es tersebut sangat terlihat dari luar angkasa," tulisnya.

Baca Juga: A23a, Gunung Es Terbesar di Dunia Bergerak Setelah 37 Tahun Diam, Kehidupan Penguin Terancam!

Dua foto yang dibagikan Mogensen:

Astronot ESA, Andreas Mogensen membagikan foto gunung es di selatan Samudra Atlantik dalam di X (Twitter).

Astronot ESA, Andreas Mogensen membagikan foto gunung es di selatan Samudra Atlantik dalam di X (Twitter).

Dalam foto-fotonya, Mogensen menangkap tiga gunung es yang jauh lebih besar dan beberapa pecahan lainnya yang biasanya terlepas saat gunung es tersebut bergerak melintasi lautan. Dari sudut pandang stasiun luar angkasa, foto-foto tersebut menunjukkan beberapa bagian gunung es yang terendam. Ada juga gelombang laut yang pecah di sekitar bagian gunung es yang mengambang di permukaan laut.

“Melihat gunung es mengapung mengingatkan saya pada perubahan iklim, gletser mencair dengan cepat dan naiknya permukaan air laut,” kata Mogensen.

Menurut dia, tempat seperti Maladewa kemungkinan besar tidak akan ada lagi dalam 70 tahun ke depan. Sebab, ia akan tenggelam perlahan seiring naiknya permukaan air laut.

Naiknya permukaan laut sebagian besar disebabkan oleh pencairan gletser, karena limpasan air berpindah dari daratan ke laut. Namun, seiring mencairnya es yang mengapung, hal ini juga melemahkan lautan, menurunkan kepadatannya, dan pada gilirannya menyebabkan permukaan laut juga naik.

Baca Juga: Gunung Es 72 KM Menghantam Tempat Berlindung Penguin di Antartika

Astronot dan satelit pengamat Bumi baru-baru ini mengamati beberapa gunung es yang terkenal. Gunung es terbesar di dunia, A23a, terlihat melayang di luar perairan Antartika setelah terdampar lebih dari tiga dekade. Dalam hal ini, pencairan telah menipiskan gunung es tersebut sehingga memperkuat daya apungnya, terangkat dari dasar laut dan terbawa menuju Atlantik Selatan.

Memiliki satelit di langit membantu para ilmuwan melacak lintasan gunung es di Bumi. Kecerdasan buatan juga berperan menemukan gunung es raksasa dengan cepat melalui citra satelit. AI bisa memantau perubahan ukuran, bentuk, dan pergerakan gunung es seiring waktu. Kemudian, menghitung dampaknya terhadap lingkungan. Sumber: Live Science

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -