Ilmuwan: Badai Matahari Bisa Membuat Kereta Api Saling Tabrakan
ANTARIKSA -- Para ilmuwan memperingatkan, badai matahari bisa berakibat fatal bagi aktivitas kehidupan di Bumi, khususnya pada moda transportasi kereta api. Karena itu, perjalanan kereta harus mulai melibatkan pelacakan badai matahari.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Space Weather pada Senin, 11 Desember 2023 menjelaskan, letusan dahsyat matahari bisa menyebabkan kecelakaan pada waktu puncak perjalanan kereta api. Badai itu akan mengganggu stasiun sinyal listrik sehingga berpotensi mengubah indikator kereta api dari merah/berhenti menjadi hijau/berjalan.
“Ini jelas sangat signifikan dari sudut pandang keselamatan,” kata penulis utama penelitian baru, Cameron Patterson, seorang peneliti fisika di Universitas Lancaster Inggris pada Senin, 11 Desember 2023.
Patterson menjelaskan, timnya menemukan bahwa peristiwa cuaca luar angkasa yang mampu memicu kekacauan lintasan kereta, diperkirakan terjadi di Inggris setiap beberapa dekade. Risiko terhadap jalur kereta api dan infrastruktur lainnya sangat tinggi ketika matahari mencapai puncaknya dalam siklus aktivitas 11 tahunannya, seperti yang mulai terjadi saat ini.
Baca Juga: Badai Matahari Mematikan 1: NASA Peringatkan Kiamat Internet?
Arus listrik dari matahari bisa berputar dan putus, menyebabkan pelepasan partikel yang bergerak sepanjang garis magnet bumi. Aktivitas ini bisa menyebabkan aurora, dan jika sangat kuat akan mengacaukan sinyal radio atau peralatan listrik di bumi.
Penelitian tersebut memodelkan dua rute kereta api Inggris melalui komputer, yaitu jalur Preston ke Lancaster di Jalur Utama Pantai Barat, dan jalur Glasgow ke Edinburgh. Kedua jalur itu termasuk di antara jalur yang menggunakan 50.000 sirkuit jalur persinyalan yang dikendalikan oleh listrik antar rel.
Meskipun Inggris menjadi fokus penelitian, para peneliti menunjukkan bahwa yurisdiksi lain di seluruh dunia juga pernah terkena dampak besar badai matahari di masa lalu. Contohnya, pemadaman listrik di provinsi Quebec Kanada pada 1989 dan Kota Malmo di Swedia pada 2003, yang masing-masing berdampak pada jutaan orang.
Peralihan sinyal belum tentu menimbulkan masalah. Misalnya, jika badai matahari mengubah sinyal hijau menjadi merah, hal itu hanya akan membuat kereta api yang sedang bergerak berhenti. Namun, yang lebih buruk adalah jika sinyal berubah dari merah menjadi hijau, yang menyiratkan wilayah tersebut aman untuk dilalui, padahal kenyataannya tidak. Hal itu berpotensi membuat kereta saling bertabrakan.
Lebih buruk lagi, penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan di 'sisi yang salah', yaitu mendorong kereta yang berhenti untuk melanjutkan perjalanan, bisa terjadi pada kekuatan medan geolistrik yang lebih rendah. Dengan kata lain, badai matahari yang lebih lemah pun bisa menyebabkan situasi 'sisi yang salah' ini setiap beberapa dekade.
Baca Juga: Imbas Badai Matahari Terbesar, Aurora Bisa Disaksikan Seluruh Amerika dan Eropa
Badan Antariksa Eropa (ESA), NASA, dan banyak entitas lainnya terus mengawasi aktivitas matahari karena alasan tersebut. Mereka menggunakan jaringan satelit dan peringatan langsung untuk memberikan informasi potensi dampak badai matahari terhadap komunikasi radio.
Industri lain seperti penerbangan, pembangkit listrik dan transmisi, serta sektor luar angkasa sedang mempertimbangkan risiko terhadap operasi mereka. Mereka mulai menjajaki bagaimana badai matahari ini bisa dimitigasi.
"Penting untuk memasukkan sektor kereta api ke dalam perencanaan ini,” kata Jim Wild, profesor fisika luar angkasa di Lancaster University.
Untuk diketahui, siklus 11 tahun solar maksimum atau matahari maksimal mulai terjadi saat ini. Puncaknya diperkirakan tahun 2024, dimana berpotensi membombardir bumi dengan badai yang dahsyat. Sumber: Space.com