Apa yang akan Terjadi pada Mayat Astronot yang Meninggal di Luar Angkasa?
ANTARIKSA -- Luar angkasa adalah tempat yang keras, dengan suhu yang sangat dingin, radiasi berbahaya, dan hampir vakum. Lantas, apa jadinya pada tubuh astronot yang terkena unsur luar angkasa?
Bayangkan seorang astronot tiba-tiba pingsan saat berjalan di luar angkasa dan meninggal karena serangan jantung hanya beberapa menit kemudian. Untungnya, hal itu tidak pernah terjadi.
Meskipun 21 orang telah tewas di luar angkasa, namun kesalahan fungsi pesawat ruang angkasa yang menewaskan mereka. Artinya, bukan masalah kesehatan yang hanya berdampak pada satu orang, yang meninggal dengan jasad utuh.
Namun jika itu terjadi, salah satu awak pesawat meninggal, maka astronot yang masih hidup harus melakukan sesuatu terhadap jenazah tersebut. Kalau tidak, itu akan berisiko terkontaminasi saat jenazah mulai membusuk. Ada satu pilihan yang bisa dilakukan, lepaskan jasad itu ke luar angkasa, seperti melepas mayat di lautan luas.
Baca Juga: Puluhan Astronot Tewas di Luar Angkasa, Lima Kejadian Ini Terbukti Fatal
Ada sejumlah pertanyaan yang kemudian muncul: apa yang terjadi pada jasad itu kemudian? Di tengah kerasnya ruang angkasa, bagaimana mayat itu bisa terurai? Dan di mana ia akan benar-benar musnah?
"Dalam ruang hampa bertekanan rendah, cairan apa pun dari permukaan tubuh seperti kulit, mata, mulut, telinga, dan paru-paru akan segera berubah menjadi gas," kata Jimmy Wu, kepala insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College of Medicine, Texas kepada Live Science.
Wu menjelaskan, pembuluh darah di dekat permukaan juga bisa pecah dan berdarah, bahkan setelah kematian. Namun, sisa air di dalam tubuh kemungkinan akan membeku oleh suhu dasar ruang angkasa yang rendah, yaitu minus 454,81 derajat Fahrenheit (minus 270,45 derajat Celcius).
Hilangnya cairan, ditambah pembekuan, dapat menyebabkan keadaan mumi, yang pada dasarnya menjaga tubuh tetap utuh. “Yang mungkin terlihat adalah tubuh dehidrasi yang melayang di luar angkasa,” kata Wu.
Setiap astronot yang berada di luar angkasa tanpa pakaian antariksa akan menemui nasib seperti mayat itu. Setelah mereka menjadi mumi, maka tinggal menunggu waktu, bergantung pada apakah ada bakteri di sekitarnya.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Astronot Melempar SuitSat Hingga 7 Awak Columbia Tewas Meledak
Penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup di luar angkasa setidaknya selama tiga tahun. Jika bakteri yang menyertai tubuh tersebut masih hidup, mereka akan mulai mencernanya.
Meskipun sebagian besar ruang angkasa sangat dingin, ruang angkasa juga bisa menjadi panas. Suhu di permukaan ISS bisa berkisar dari minus 328 F hingga 392 F (minus 200 C hingga 200 C m). Dalam lingkungan yang lebih panas, dekomposisi akan sangat cepat.
Radiasi kuat di ruang angkasa juga kemungkinan besar akan berdampak buruk pada tubuh. Ia akan memecah ikatan karbon dan menyebabkan kerusakan kulit dan otot.
Setelah dibuang dari pesawat ruang angkasa, jasad yang mengalami dehidrasi dan membusuk akan menuju ke orbit, dan mengikuti arah dorongannya. Hal itu tidak akan terjadi jika jasad tersebut bertabrakan dengan benda lain.
"Dengan semua puing ruang angkasa dan satelit yang mengorbit di sekitar Bumi, bertabrakan satu sama lain sebenarnya risiko yang bisa dihadapi oleh mayat itu," kata Myles Harris, seorang mahasiswa doktoral di Institut Risiko dan Pengurangan Bencana University College London kepada Live Science.
Untuk menghindari risiko tabrakan seperti itu, NASA merekomendasikan agar terbang lebih jauh dulu ke luar angkasa hingga meninggalkan orbit bumi. Setelah itu, baru melepaskan sebuah benda, dalam hal ini mayat manusia.
Jika mayat tersebut berhasil menghindari tabrakan dengan satelit dan sampah luar angkasa, lama kelamaan benda tersebut akan tertarik ke arah Bumi secara perlahan. Itu karena tarikan gravitasi, terutama jika kematiannya terjadi di orbit rendah Bumi, atau 2.000 kilometer dari Bumi.
Pada akhirnya, yang merupakan bagian paling dramatis dari perjalanan mayat tersebut adalah ia akan masuk kembali ke atmosfer dan terbakar.
Baca Juga: Sains Buktikan Orang Mati Diperlihatkan Seluruh Amalannya
Melepaskan tubuh astronot yang mati dari pesawat luar angkasa bukanlah satu-satunya pilihan. Penguburan di luar angkasa adalah kemungkinan lain, meski memiliki risiko mencemari permukaan planet.
NASA juga mengembangkan kantong jenazah yang bisa mengawetkan mayat di pesawat ruang angkasa selama 48 hingga 72 jam. Itu adalah waktu yang cukup untuk kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Namun jika perjalanannya jauh, kru harus mencari opsi lain.
Saat penerbangan luar angkasa menjelajah lebih jauh dari Bumi, NASA sedang mempersiapkan prosedur kematian astronot dalam misi. "Industri penerbangan luar angkasa komersial juga harus merencanakan cara menangani kematian di luar angkasa," kata Wu.
"Kamis harap hal itu tidak pernah terjadi, walaupun mungkin saja terjadi,” kata Harris. Karena itu, lebih baik sidah bersiap-siap dari sekarang. Sumber: Live Science