Mengapa Matahari tidak Terbit dari Barat?
ANTARIKSA -- Anda mungkin pernah mendengar sebuah pepatah, 'Besok matahari akan tetap terbit di timur dan terbenam di barat.' Itu berarti dunia belum berakhir, kiamat masih jauh.
Namun pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Matahari tidak terbit dari Barat? Selalu terbit di timur dan terbenam di barat, dan mekanisme apa yang ada di balik itu?
Matt Williams dari Universe Today memiliki ulasan yang bagus tentang ini. Secara alami, orang-orang zaman dahulu menganggap perjalanan Matahari melintasi langit sebagai tanda ia berputar mengelilingi kita. Dengan lahirnya astronomi modern, kita mengetahui yang terjadi justru sebaliknya.
Matahari tampak berputar mengelilingi kita karena planet kita tidak hanya mengorbitnya, namun juga berputar pada porosnya. Dari sini, kita mendapatkan lintasan Matahari, dan dasar pengukuran waktu.
Baca Juga: Gonjang-Ganjing Badai Matahari Picu Kiamat Internet, Ini Fakta Sebenarnya
Rotasi Bumi
Bumi berputar pada porosnya saat mengelilingi Matahari. Jika dilihat dari atas langit utara, Bumi akan tampak berputar berlawanan arah jarum jam. Karena itu, bagi mereka yang berdiri di permukaan bumi, Matahari tampak bergerak mengelilingi kita ke arah barat dengan kecepatan 15° per jam. Hal ini berlaku untuk semua benda langit yang diamati dari bumi, dengan 'gerakan semu' yang membawanya dari timur ke barat.
Hal ini juga berlaku pada sebagian besar planet di Tata Surya. Venus adalah satu pengecualian, yang berputar mundur dibandingkan orbitnya mengelilingi Matahari. Uranus adalah planet lain yang tidak hanya berputar ke arah barat, tetapi juga sangat miring sehingga tampak berada pada sisi yang relatif terhadap Matahari.
Pluto juga mengalami gerak mundur, sehingga bagi yang berdiri di permukaannya, Matahari akan terbit di barat dan terbenam di timur. Dalam semua kasus, tabrakan besar benda langit diyakini menjadi penyebabnya. Intinya, Pluto dan Venus terlempar ke arah lain karena tabrakan besar, sementara tabrakan lain menghantam Uranus dan membawanya ke samping.
Dengan kecepatan rotasi 1.674,4 km/jam, Bumi membutuhkan waktu 23 jam, 56 menit, dan 4,1 detik untuk sekali berputar pada porosnya. Artinya, satu hari sideris kurang dari 24 jam. Namun jika digabungkan dengan periode orbitnya, satu hari matahari (waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke tempat yang sama di langit) dihitung dengan tepat selama 24 jam.
Baca Juga: Cara NASA Menghindari Kiamat dari Asteroid
Orbit Bumi Mengelilingi Matahari
Dengan kecepatan orbit rata-rata 107.200 km/jam, Bumi membutuhkan waktu sekitar 365.256 hari alias satu tahun sideris untuk menyelesaikan satu orbit Matahari. Artinya, setiap empat tahun (tahun Kabisat), kalender Bumi harus menyertakan tambahan satu hari.
Dilihat dari utara angkasa, gerak Bumi tampak mengorbit Matahari berlawanan arah jarum jam. Dikombinasikan dengan kemiringan sumbunya (miring 23,439° terhadap ekliptika), hal itu mengakibatkan perubahan musim. Selain menghasilkan variasi suhu, hal itu juga mengakibatkan variasi jumlah sinar matahari yang diterima suatu belahan bumi sepanjang tahun.
Pada dasarnya, ketika Kutub Utara menghadap Matahari, belahan bumi utara mengalami musim panas dan belahan bumi selatan mengalami musim dingin. Selama musim panas, iklim menjadi hangat dan matahari muncul lebih awal di langit pagi dan terbenam pada jam larut.
Pada musim dingin, iklim secara umum menjadi lebih sejuk dan siang hari menjadi lebih pendek. Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat.
Di atas Lingkaran Arktik, kasus ekstrem terjadi ketika tidak ada cahaya matahari sama sekali selama sebagian tahun. Di Kutub Utara, cahaya matahari hilang hingga enam bulan, yang dikenal sebagai 'malam kutub'. Di belahan bumi selatan, situasinya justru sebaliknya. Kutub Selatan mengalami matahari tengah malam, yaitu siang hari selama 24 jam.
Perubahan musim juga mengakibatkan perubahan gerak nyata Matahari saat melintasi langit. Selama musim panas di utara, Matahari tampak bergerak dari timur ke barat tepat di atas kepala, dan lebih condong ke selatan selama musim dingin. Sementara, saat musim panas di selatan, matahari akan tepat melintas di atas kepala, dan lebih condong ke utara pada musim dingin.
Baca Juga: Kiamat Puing Antariksa: 3 Objek yang Bisa Membawa Malapetaka di Orbit Bumi
Singkatnya, Matahari terbit di timur dan terbenam di barat karena rotasi planet kita. Namun, jika seperti Venus, Uranus, dan Pluto, ada asteroid atau benda langit yang cukup besar menghantam bumi kita, maka situasinya kemungkinan akan berubah. Kita juga bisa merasakan bagaimana menyaksikan Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Sumber: Universe Today
