Ulasan

Mengapa Pluto Bukan Planet? Kronologi dan Perdebatan Sengit Para Astronom

Tampilan resolusi tinggi dari Pluto Sputnik Planitia, ditangkap oleh pesawat New Horizons NASA. Hamparan terang adalah lobus barat jantung Pluto yang terkenal, yang kaya akan nitrogen, karbon monoksida, dan es metana. Kredit: NASA/JHUAPL/SWRI

ANTARIKSA -- Buku teks pelajaran harus ditulis ulang. Anggota masyarakat marah. Pemahaman kita tentang tata surya pun berubah sejak 24 Agustus 2006, ketika para peneliti di Persatuan Astronomi Internasional (IAU) melakukan pemungutan suara untuk mengklasifikasi ulang Pluto.

Mereka mengubah status Pluto dari planet menjadi planet kerdil, sebuah degradasi yang sebagian besar dipandang sebagai penurunan pangkat yang terus bergema hingga hari ini. Namun, di balik keputusan itu, ada perdebatan yang berdarah-darah. Hingga saat ini, peluang Pluto kembali menjadi planet masih terbuka lebar.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Perdebatan tentang Pluto memperlihatkan kesulitan dalam definisi sebuah planet. IAU mendefinisikan planet di tata surya sebagai benda langit yang mengorbit matahari, dengan penampakan hampir bulat, dan telah membersihkan puing-puing dari lingkungan orbitnya. Namun rangkaian metrik itu pun belum disepakati secara universal. 

Faktanya, Bumi dan bahkan Jupiter, belum banyak menyingkirkan asteroid dari wilayah orbitnya meskipun ukurannya besar. Di sisi lain, ada dunia kecil yang berbentuk lingkaran dan mengorbit matahari yang tidak dianggap sebagai planet, seperti Ceres.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Status Pluto sebagai Planet Dicopot

Karena perdebatan tentang Pluto terjadi hampir 20 tahun yang lalu, banyak yang masih belum memahami semua keributan tersebut, atau mengapa Pluto terlempar dari posisi planetnya. Namun transformasi tata surya dari sembilan planet menjadi delapan (setidaknya menurut definisi standar IAU) tidak sederhana. Itu akan membutuhkan waktu yang lama. 

Kronologi Nasib Pluto

Kata planet sudah ada sejak zaman kuno, berasal dari kata Yunani 'planetes', yang berarti bintang pengembara. Lima planet klasik adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus karena mereka terlihat dengan mata telanjang dan bergerak dalam jalur melintasi langit dibandingkan bintang-bintang yang lebih jauh. 

Setelah penemuan teleskop, para astronom menemukan dua planet baru, Uranus dan Neptunus. Hingga saat itu, definisi planet mengikuti tradisi Yunani-Romawi yang menjadi landasan IAU. Nama-nama planet diberikan menurut budaya di seluruh dunia pada zaman kuno.

Ketika para astronom menemukan Ceres, mereka juga awalnya mengkategorikannya sebagai planet. Namun hal itu mulai berubah ketika pengukuran lebih lanjut menunjukkan bahwa ia lebih kecil dari planet lain yang pernah dilihat pada saat itu. 

Baca Juga: 10 Hal Menakjubkan tentang Pluto 1, Punya Hati yang Setia

Akhirnya, Ceres dikelompokkan ke dalam sekelompok benda berbatu yang disebut asteroid, yang jumlahnya ratusan ribu di sabuk asteroid. Sekarang, Ceres berstatus sebagai planet kerdil.

IAU dibentuk pada tahun 1919 dan Pluto ditemukan dan diklasifikasikan sebagai planet pada tahun 1930 oleh astronom Clyde Tombaugh dari Observatorium Lowell di Arizona.

Orbit Pluto sangat eksentrik, atau jauh dari lingkaran, sehingga ia lebih dekat ke matahari dibandingkan Neptunus dalam 20 dari 248 tahun perjalanan orbitnya. Ia juga miring ke arah ekliptika, yaitu bidang tempat planet-planet lain di tata surya mengorbit.

Pada tahun 1992, para ilmuwan menemukan objek Sabuk Kuiper pertama, 1992 QB1, sebuah benda kecil yang mengorbit di sekitar Pluto dan di luar orbit Neptunus. Lebih banyak lagi objek serupa yang segera ditemukan, memperlihatkan sabuk benda kecil dan beku yang mirip dengan sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. 

Namun, Pluto tetap menjadi raja di wilayah itu karena bentuk dan ukurannya. Namun pada bulan Juli 2005, para astronom menemukan benda jauh bernama Eris, yang awalnya dianggap lebih besar dari Pluto. Dan masalah pun muncul.

Definisi Ulang

Para peneliti terus bertanya pada diri mereka sendiri. Jika Pluto adalah sebuah planet, apakah itu berarti Eris juga merupakan planet? Bagaimana dengan benda-benda es lainnya di sabuk Kuiper, atau benda-benda kecil di sabuk asteroid? 

Di manakah tepatnya garis batas untuk mengklasifikasikan suatu benda sebagai planet? Sebuah kata yang tadinya tampak lugas dan sederhana tiba-tiba menjadi sangat licin. Perdebatan sengit terjadi, dan banyak usulan baru mengenai definisi planet. 

“Setiap kali kita berpikir sebagian dari kita mencapai konsensus, maka seseorang mengatakan sesuatu untuk menunjukkan dengan jelas bahwa kita tidak mencapai konsensus,” kata Brian Marsden, anggota Komite Eksekutif IAU yang bertugas memberikan arti baru untuk kata planet pada tahun 2005. 

Setahun kemudian, para astronom masih belum bisa mencapai resolusi, dan dilema tersebut menggantung seperti awan gelap di pertemuan Majelis Umum IAU di Praha pada tahun 2006. Pada konferensi tersebut, para peneliti mengalami perdebatan tanpa kendali selama delapan hari, dengan empat proposal berbeda ditawarkan. 

Baca Juga: Bukti Kehidupan di Bumi Terdeteksi 30 Tahun Lalu, Bagaimana di Planet Lain?

Salah satu usulan kontroversial bisa menjadikan jumlah total planet di tata surya menjadi 12, termasuk Ceres dan bulan Pluto bernama Charon. "Usulan tersebut adalah kekacauan total," kata astronom penemu Eris, Mike Brown dari Caltech saat itu.

Menjelang akhir konferensi Praha, 424 astronom yang tersisa melakukan pemungutan suara. Akhirnya, mereka memilih untuk menciptakan tiga kategori baru untuk objek di tata surya. Sejak saat itu, hanya Merkurius hingga Neptunus yang dianggap sebagai planet. Pluto dan sejenis benda bulat yang orbitnya sama dengan entitas lain, selanjutnya disebut planet katai atau planet kerdil. Semua benda lain yang mengorbit matahari akan disebut sebagai benda kecil di tata surya. 

Tidak Mudah Diterima

Sekelompok profesional tidak menganggap enteng keputusan itu. 
Alan Stern, pemimpin misi New Horizons NASA yang terbang melewati Pluto pada tahun 2015, mengingatkan, pemungutan suara itu hanya diikuti kurang dari 5 persen dari total 10.000 astronom dunia. “Saya malu dengan astronomi,” kata dia.

New Horizons merupakan titik balik yang signifikan dalam perdebatan itu, karena penerbangannya melewati Pluto menunjukkan itu adalah dunia yang jauh lebih dinamis daripada yang dibayangkan siapa pun. Gunung-gunung besar, kawah-kawah yang rusak, dan tanda-tanda cairan mengalir di permukaannya semuanya menunjukkan dunia itu telah mengalami perubahan geologis besar-besaran sejak pembentukannya. 

Atas dasar itu saja, Stern menegaskan, Pluto harus dianggap sebagai planet. Pemandangan bulan di Pluto, Charon juga menunjukkan tempat yang sangat dinamis, termasuk topi merah di kutubnya yang tampak berubah wujud mengikuti perubahan musim yang lambat di tata surya. Bandingkan, Pluto memiliki beberapa bulan, sementara Merkurius dan Venus, tidak. Namun, banyak asteroid dan planet kerdil juga memiliki bulan, sehingga membuat definisi planet menjadi lebih rumit.

Pandangan seperti Stern dianut oleh banyak masyarakat. Pada tahun 2014, sesaat sebelum flyby New Horizon, para ahli di Harvard & Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) di Cambridge, Massachusetts, memperdebatkan berbagai definisi planet. Sejarawan sains Owen Gingerich, yang mengetuai komite definisi planet di IAU, menegaskan bahwa planet adalah kata yang didefinisikan secara budaya dan berubah seiring waktu.

Namun sebagian besar astronom yang menyaksikan debat CfA itu memilih definisi yang berbeda, yang akan membawa Pluto kembali ke status planetnya. 

Akankah Pluto Kembali Menjadi Planet?

Permohonan tersebut sejauh ini tidak didengarkan, dan sepertinya IAU tidak akan meninjau kembali kontroversi tersebut dalam waktu dekat. Ahli astrofisika Ethan Siegel menanggapi Stern dan Grinspoon di Forbes dengan menulis: Fakta sederhananya adalah bahwa Pluto salah klasifikasi saat pertama kali ditemukan; ia tidak pernah sejajar dengan delapan dunia lainnya." Kasian Pluto...

Mike Brown juga ikut menimpali. "Jadi, hei, Pluto masih bukan sebuah planet. Sebenarnya, tidak pernah ada (planet bernama Pluto). Kita hanya salah memahaminya selama 50 tahun. Sekarang, kita lebih tahu. Nostalgia terhadap Pluto sebenarnya bukan argumen planet yang bagus, tapi pada dasarnya hanya itu yang ada. Sekarang, mari kita hadapi kenyataan," tulis Brown di Twitter, di mana ia menerima perannya dalam redefinisi tersebut dengan akun @plutokiller. Sumber: Space.com

Berita Terkait

Image

Kini Dianggap Planet Kerdil, Kenapa Pluto Tak Lagi Disebut Sebagai Planet?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -