Teknologi

NASA Selesaikan Tahap Pertama Proyek Reaktor Nuklir untuk Bulan

Ilustrasi sistem tenaga di bulan. Energi yang aman, efisien, dan andal akan menjadi kunci eksplorasi di masa depan. Gambar: NASA

ANTARIKSA -- NASA sedang menyelesaikan tahap desain proyek pengembangan konsep reaktor kecil fisi nuklir. Teknologi itu sebagai penghasil listrik yang akan digunakan di bulan ke depan.

Proyek Fisi Pembangkit Listrik Permukaan bertujuan mengembangkan sumber energi yang aman, bersih, dan andal, di mana satu malam bulan berlangsung sekitar 14,5 hari Bumi. Sistem seperti itu bisa memainkan peran besar dalam program Artemis NASA yang akan mengeksplorasi bulan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

NASA dan Departemen Energi AS mengumumkan kontrak fase awal kepada tiga perusahaan, yaitu Lockheed Martin, Westinghouse, dan IX yang merupakan perusahaan patungan Intuitive Machines dan X-Energy. Ketiganya ditugaskan menyerahkan desain awal reaktor dan subsistem, perkiraan biaya, dan jadwal pengembangannya.

Pekerjaan itu diyakini akan membuka jalan yang mendukung kehadiran manusia secara berkelanjutan di permukaan bulan setidaknya selama 10 tahun. “Malam di bulan merupakan tantangan dari sudut pandang teknis, sehingga memiliki sumber tenaga seperti reaktor nuklir, yang beroperasi secara independen (tanpa) dari matahari, merupakan pilihan untuk eksplorasi jangka panjang dan upaya sains di bulan,” kata Direktur Program Misi Demonstrasi Teknologi Direktorat Misi Teknologi Luar Angkasa NASA, Trudy Kortes.

Baca Juga: Cina Buat Baterai Nuklir Kecil, Mampu Bertahan 50 Tahun tanpa Isi Ulang

Sebuah reaktor bisa sangat berguna di kutub selatan bulan. Itu adalah daerah yang terkena bayangan permanen, diperkirakan telah memerangkap air es dan bahan mudah menguap lainnya.

NASA selanjutnya berencana memperpanjang kontrak Tahap 1 untuk menyempurnakan arah proyek untuk Tahap 2, yang melibatkan desain reaktor akhir untuk demonstrasi di bulan. Permintaan terbuka untuk Tahap 2 diharapkan dibuka pada tahun 2025.

“Kami mendapatkan banyak informasi dari ketiga mitra tersebut,” kata Lindsay Kaldon, manajer proyek Fission Surface Power di Glenn Research Center NASA.

Kaldon mengatakan, NASA harus meluangkan waktu untuk memproses semua konsep dan melihat apa yang masuk akal untuk Fase 2. Kemudian, memanfaatkan yang terbaik dari Fase 1 sebagai item dalam merancang sistem dengan risiko yang lebih rendah.

"Setelah Fase 2, target pengiriman reaktor ke landasan peluncuran adalah awal tahun 2030-an," tulis NASA.

Baca Juga: NASA dan DARPA Mulai Membuat Roket Nuklir, Begini Penampakannya

NASA menetapkan beberapa persyaratan. Di antaranya, reaktor berkekuatan 40 kilowatt, menggunakan serendah mungkin uranium yang diperkaya, dan beratnya tidak lebih dari 6.000 kilogram. "Di AS, rata-rata reaktor 40 kW bisa menyediakan tenaga listrik untuk 33 rumah tangga," tulis NASA.

Di luar batasan-batasan tertentu, NASA memberikan fleksibilitas, memungkinkan perusahaan menerapkan pendekatan yang kreatif dan beragam untuk tinjauan teknisnya.

Rencana reaktor tersebut merupakan salah satu dari sejumlah rencana nuklir baru untuk luar angkasa. Termasuk salah satunya peluncuran pesawat ruang angkasa bertenaga nuklir bernama DRACO pada awal 2026.

NASA juga baru-baru ini memberikan kontrak untuk mengembangkan konverter daya Brayton yang lebih efisien. Hal itu penting untuk mengubah tenaga panas dari fisi nuklir menjadi listrik. Kontrak diberikan kepada Rolls Royce North American Technologies, Brayton Energy, dan General Electric. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -