Video Pengujian Roket yang Bisa Memakan Dirinya Sendiri, Teknologi Baru Ramah Antariksa
ANTARIKSA -- Prototipe roket baru yang bisa memakan dirinya sendiri akan menghabiskan tubuhnya saat terbang sehingga tidak meninggalkan puing-puing di luar angkasa. Peneliti Inggris telah menguji prototipe roket tersebut. Mereka berharap teknologi itu membuka jalan bagi peluncuran satelit yang lebih murah dan ramah antariksa.
Konsep mesin roket yang disebut Ourorous-3 diambil dari nama makhluk mitos kuno yang memakan ekornya sendiri. Ia dikembangkan oleh tim peneliti di Universitas Glasgow, Inggris.
Dalam video di atas, terlihat mesin roket berangsur-angsur terbakar seperti lilin. Mendekati bagian akhir, ia akan runtuh, meledak bersamaan dengan bahan bakar yang habis.
Konsep itu awalnya diusulkan pada tahun 1930-an, dan terbukti layak dalam penelitian sebelumnya oleh tim peneliti Glasgow dan Universitas Nasional Dnipro, Ukraina. Namun, sejak itu, kedua tim berpisah.
Baca Juga: Video Lengkap Ledakan Starship SpaceX, Roket dan Pesawat Antariksa Terbesar Dunia
Pengembangan di Ukraina telah melahirkan sebuah perusahaan bernama Promin Aerospace, yang telah menguji roket konsep self-eating miliknya di laboratorium dan saat ini sedang mencari pendanaan. Sementara, tim Glasgow baru mengujinya dengan konsep berbeda.
Roket buatan tim Glasgow membakar gas oksigen dan propana cair di mesinnya. Saat mesin memanas, struktur pendukung roket yang terbuat dari tabung plastik akan meleleh dan ikut terbakar.
Dengan membakar plastik tersebut, roket memperoleh tambahan bahan bakar sebesar 5 hingga 16 persen. Hasilnya, roket bisa lebih ringan saat diluncurkan dan memiliki lebih banyak ruang untuk muatan.
“Struktur roket konvensional menyumbang antara lima dan 12 persen dari total massanya,” kata Profesor Patrick Harkness dari James Watt School of Engineering Universitas Glasgow, yang memimpin pengembangan mesin Ourouboros-3.
Baca Juga: Roket Bertenaga Kotoran Sapi akan Membawa Jepang ke Bulan
Ia menjelaskan, pengujian itu menunjukkan bahwa Ouroboroous-3 bisa membakar massa strukturalnya dengan jumlah yang hampir sama dengan propelan. "Jika kami bisa menyediakan setidaknya sebagian dari massa tersebut untuk muatan, maka hal ini akan menjadi prospek yang menarik untuk desain roket masa depan,” kata dia.
Karena roket tersebut membakar sebagian besar strukturnya, maka ia tidak menghasilkan puing-puing sebanyak roket lainnya. Biasanya, roket standar menyimpan bahan bakar dalam tahap terpisah.
Ketika kehabisan bahan bakar, mereka akan jatuh kembali ke Bumi atau tetap berada di orbit, menjadi sampah antariksa. Untuk diketahui, puing-puing orbital tersebut lambat laun akan mengancam Bumi kita tercinta.
Peneliti mengatakan, teknologi self-eating juga memungkinkan terciptanya roket yang sangat kecil yang dirancang untuk satelit terkecil. Hal itu bisa mendukung misi yang jauh lebih banyak saat ini.
Baca Juga: Korsel: Roket Peluncuran Satelit Mata-mata Korut telah Diledakkan
Para peneliti menempatkan Ouroboroous-3 di Pangkalan Udara Machrihanish, Skotlandia dan menunjukkan roket tersebut bisa dikekang, dihidupkan kembali, dan digerakkan. Selama pengujian, roket menghasilkan daya dorong 100 newton, dan para peneliti sedang mengerjakan versi jadi yang lebih kuat.
“Untuk mencapai tahap ini, kami harus mengatasi banyak tantangan teknis, tetapi kami senang dengan kinerja Ourouboros-3 di laboratorium,” kata Krzysztof Bzdyk, peneliti pascasarjana di James Watt School of Engineering.
Bzdyk mengatakan, saat ini pihaknya mulai melihat bagaimana agar meningkatkan sistem propulsi autophage yang mendukung daya dorong tambahan. Hal itu diperlukan agar desainnya berfungsi seperti roket.
Tim tersebut menerima anggaran 368.089 dolar AS dari Badan Antariksa Inggris dan Dewan Fasilitas Sains dan Teknologi Inggris untuk mengembangkan roket tersebut. Para peneliti mempresentasikan hasil eksperimen terbaru mereka di AIAA SciTech Forum di Orlando, Florida pada Rabu, 10 Januari 2024, kemarin. Sumber: Sapce.com