Teknologi

Astronot Artemis NASA Bakal Mengenakan Pakaian Antariksa Berlistrik di Bulan

NASA berharap dapat membantu astronot bulan Artemis melawan debu bulan yang korosif selama misi pendaratan yang dimulai pada tahun 2020-an. Gambar: NASA

ANTARIKSA -- Astronot Apollo yang pernah mendarat di bukan sangat membenci debu di sana. Namun, para astronot program Artemis NASA kemungkinan tidak harus menghadapi masalah tersebut.

Jenis kain pakaian antariksa bulan yang baru disebut mampu mengusir debu bulan sesuai permintaan. Hal itu dijanjikan oleh tim di balik desain pakaian antariksa tersebut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Prototipe kain bulan yang fleksibel dan dapat diregangkan sedang dikembangkan di Hawai'i Pacific University (HPU) dan baru saja didukung oleh hibah 50.000 dolar AS dari NASA. Bahan tersebut akan dibuat menggunakan gaya elektrostatis yang dapat menjauhkan debu bulan yang bersifat korosif, sehingga mencegah partikel tajam merusak pakaian antariksa.

Teknologi baru itu disebut LiqMEST (Liquid Metal Electrostatic Protective Textile) dan bertujuan mengatasi masalah debu seperti yang dihadapi astronot Apollo NASA pada tahun 1960an dan 1970an. Debu tajam di bulan bisa dengan cepat merusak permukaan seperti pelindung debu penjelajah, melapisi pakaian antariksa para astronot, dan umumnya menempel pada apa pun. Bahkan, debu itu membuat misi tiga hari Apollo menjadi sebuah tantangan.

Baca Juga: Pakaian Astronot Modern akan Menggunakan Cetakan 3D pada Kembaran Digital

Kebutuhan pakaian tersebut kini mendesak. Sebab, NASA berencana mendaratkan astronot lagi di permukaan bulan pada tahun 2025 atau 2026 dengan program Artemis 3. Jadwal peluncuran astronot tidak hanya bergantung pada kemajuan penerbangan uji berawak mengelilingi bulan pada Artemis 2 tahun 2024, tetapi juga pengembangan pendarat dan pakaian antariksa untuk Artemis 3. 

Selain menjaga debu dari pakaian antariksa, teknologi kain baru HPU juga diharapkan memberikan fleksibilitas bagi astronot dalam kondisi berat. Namun daya tarik utama, kata tim, adalah sifat penolak debu pada bahan tersebut. 

"Saat diaktifkan, pakaian itu menghasilkan medan listrik yang mengusir debu bulan, mencegah debu menempel,” kata Arif Rahman, asisten profesor teknik HPU yang memimpin proposal hibah tersebut. “Strategi ini dapat diterapkan pada pakaian antariksa dan penutup kain untuk peralatan bulan selama misi.”

Arief bertujuan membangun prototipe menggunakan dana yang ia terima dari Proyek Penelitian dan Pendidikan Universitas Minoritas (MURAP) NASA. Hibah sebesar 50.000 dolar AS berasal dari kemitraan MUREP yang menghubungkan sejumlah lembaga yang melayani minoritas dengan direktorat misi NASA dan mempromosikan kolaborasi penelitian," tulis situs web lembaga tersebut.

Baca Juga: Kapsul Orion Artemis 1 NASA Sedang Bermanuver di Bulan, Begini Cara Menontonnya

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Arief berencana mengajukan proposal hibah baru ke NASA, yang pada akhirnya bertujuan penggunaan ruang angkasa. NASA memiliki serangkaian tingkat kesiapan teknologi yang harus dilalui oleh produk baru sebelum disertifikasi untuk ruang angkasa.

NASA juga telah mempelajari masalah debu bulan selama beberapa dekade, termasuk melalui Lunar Surface Innovation Initiative yang didirikan pada tahun 2019. Pejabat badan tersebut mengatakan, mitigasi debu adalah salah satu dari enam tantangan utama yang perlu diatasi untuk habitat jangka panjang astronot di bulan.

Teknologi elektrostatis HPU bukanlah satu-satunya contoh yang diuji. NASA juga telah menguji varian kain pada bagian luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melalui serangkaian proyek yang disebut MISSE, atau Materials International Space Station Experiment. Eksperimen tersebut menguji material dalam kondisi orbit yang keras selama berbulan-bulan, dalam ruang hampa dan dengan radiasi tinggi dari matahari.

Sebuah tim di Kennedy Space Center (KSC) NASA meluncurkan pelindung debu elektrodinamik ke ISS dengan MISSE-11. Ini adalah tes pertama dalam seri yang mengeksplorasi teknologi penolak debu di luar angkasa. 

Perisai tersebut menunjukkan hasil yang menjanjikan, yaitu uji coba darat sebelum penerbangan menunjukkan elektroda pada kaca dapat menghilangkan lebih dari 98 persen debu dalam kondisi vakum tinggi. Klaim itu dipublikasikan oleh tim Lokakarya Debu Bulan pada Februari 2020.

Analisis pada perisai KSC tampaknya sedang berlangsung. Namun, hasil dari MISSE-11 tidak ada dalam situs eksperimen ISS NASA. Misi tindak lanjut, termasuk perisai yang disebut MISSE-15, diluncurkan pada tahun 2021 dan hasilnya juga belum diumumkan. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -