Sains

Bukti dan Teori Baru Mengungkap Umur Bulan, Ternyata Lebih Tua

Ilustrasi mengenai dampak raksasa yang membentuk bumi dan menciptakan bulan. Gambar: NASA/JPL-Caltech

ANTARIKSA -- Para astronom cukup yakin dari mana datangnya bulan. Pada masa awal tata surya, sebuah benda seukuran Mars yang disebut Theia menabrak Bumi. Tabrakan dahsyat itu itu melemparkan material dalam jumlah besar ke orbit, yang kemudian menyatu dan mendingin menjadi bulan. Namun menentukan kapan tepatnya hal itu terjadi adalah tugas yang sulit.

Pada Lunar and Planetary Science Conference (LPSC) ke-55 tahun 2024 di The Woodlands, Texas pada Maret lalu, para peneliti mengusulkan garis waktu baru. Menurut mereka, peristiwa yang menggerakkan tabrakan atau dampak raksasa itu lebih awal dari prediksi sebelumnya, yaitu 50 juta tahun setelah pembentukan tata surya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk diketahui, umur matahari atau tata Surya kita sekitar 4,6 miliar tahun. Namun, menentukan kapan terjadinya peristiwa dampak besar yang melahirkan bulan menjadi tantangan karena bukti-bukti yang ada saling bertentangan. Bahkan, setiap bukti menceritakan kisah yang tidak sejalan.

Tiga Bukti Berbeda Umur Bulan

Salah satu bukti berasal dari orbit planet. Kemungkinan besar penyebab tabrakan itu adalah ketidakstabilan orbit Jupiter, yang kemudian melemparkan benda-benda seperti Theia ke jalur Bumi dalam 100 juta tahun pertama tata surya.

Baca Juga: Raksasa Pembentuk Bulan, Theia Diduga Masih Ada dalam Mantel Bumi

Jika ketidakstabilan orbit itu terjadi lebih lama, jalur planet-planet bagian dalam akan terganggu, dan asteroid trojan Jupiter seperti pasangan biner Patroclus dan Menoetius tidak akan tetap berada di tempat yang kita lihat saat ini.

Perkiraan terbaik berdasarkan pengamatan orbital tersebut menyebutkan tabrakan terjadi antara 37 dan 62 juta tahun setelah pembentukan tata surya. Para peneliti percaya, setelah tabrakan, materi pembentuk bulan akan mendingin dari danau magma menjadi permukaan padat dalam waktu sekitar 10 juta tahun setelah tumbukan.

Namun bukti geologis menceritakan kisah yang berbeda. Batuan bulan paling awal yang diketahui terbentuk jauh lebih muda dari perkiraan waktu tersebut. Secara geologi, baru bulan telah mengkristal dari magma sekitar 208 juta tahun. Begitu juga di Bumi, batuan kita tampaknya terbentuk menjadi kerak bumi sekitar 218 juta tahun setelah pembentukan tata Surya.

Sementara, skema penanggalan ketiga dilakukan dengan mengukur peluruhan unsur Hafnium menjadi Tungsten. Pengukuran ini mendorong waktu tumbukan kembali lebih awal, yaitu inti bulan terbentuk sekitar 50 juta tahun setelah tata Surya.

Karena itu, penjelasan apa pun tentang pembentukan bulan perlu mempertimbangkan ketiga jenis bukti tersebut.

Skenario Baru

Skenario yang diusulkan dalam acara LPSC ke-55 2024 mampu menjelaskan ketiga bukti tersebut. Mereka memperkirakan terjadinya tabrakan awal sekitar 50 juta tahun setelah tata Surya, diikuti oleh periode pendinginan selama 10 juta tahun. Namun, bulan kemudian mengalami siklus pemanasan ulang sebelum akhirnya mendingin lagi pada usia 200 juta tahun.

Proses pemanasan ulang adalah kunci teori baru ini, dan jika benar, hal itu disebabkan oleh gaya pasang surut. Menurut teori ini, 10 tahun setelah tabrakan, orbit bulan belum stabil di sekitar Bumi, dan kemiringan serta eksentrisitasnya terus meningkat sehingga menekan, meregangkan, serta mencairkan kembali bulan.

Faktanya, proses pasang surut yang sama terjadi di bulan-bulan lain saat ini, seperti bulan di sekitar Jupiter.  Contohnya, ilmuwan melihat fenomena itu menciptakan gunung berapi di Io dan lautan cair di Europa.

Proses pendinginan bulan juga kemungkinan diperlambat oleh dampak sekunder yang dahsyat menghantam bulan selama jutaan tahun. Tabrakan lain ini berasal dari material sisa pembentukan bulan.

Baca Juga: Asal Usul Bulan, Tulang Rusuk Bumi yang Patah

Tim pengusul terori tersebut juga menambahkan satu bukti baru yang memperkuat dugaan adanya dampak raksasa sekitar 50 juta tahun setelah tata Surya. Mirip dengan metode peluruhan Hafnium-Tungsten, tim mengukur peluruhan sumber Rubidium di bumi menjadi Strontium, dan hasilnya memberikan perkiraan yang mendukung umur bulan sesuai teori mereka. Sumber: Phys.org

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -