Dari Antartika, Ilmuwan Temukan Cara Baru Mendeteksi Kehidupan Alien di Tata Surya
ANTARIKSA -- Ketebalan lapisan es yang menutupi bulan-bulan yang menampung lautan di tata surya kita bisa memberikan petunjuk berharga bagi pencarian kehidupan asing di luar Bumi. Sebuah studi baru menyatakan, lapisan es bisa menentukan apakah benda-benda misterius itu dapat menampung kehidupan.
Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Cornell University ini terinspirasi oleh pengukuran lapisan es di Antartika. Dilakukan oleh robot bawah air, pengukuran itu menghasilkan analisis hubungan antara variasi ketebalan es dan suhu air di bawah es. Jadi, tim peneliti berpikir, bagaimana jika pengamatan ini bisa diterapkan pada bulan-bulan di tata surya?
Jika pengukuran seperti itu dapat dilakukan dari orbit Bumi, mungkin itu dapat memberikan wawasan tentang hubungan antara lapisan es dan lautan di dalam benda di luar angkasa. Hal ini, pada gilirannya, bisa memberikan beberapa petunjuk tentang potensi kelayakhunian sejumlah dunia itu. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Journal of Geophysical Research edisi Februari.
“Jika kita bisa mengukur variasi ketebalan lapisan es ini, maka kita bisa mengetahui batasan suhu di lautan, dan tidak ada cara lain yang bisa dilakukan tanpa melakukan pengeboran di dalamnya,” kata penulis utama studi tersebut, Britney Schmidt.
Baca Juga: Penelitian: Enceladus Memiliki Semua Bahan Baku Kehidupan
Profesor astronomi dan atmosfer bumi di Cornell University itu mengatakan, pengukuran bisa memberikan faktor lain dalam mencari tahu bagaimana lautan di sana bekerja. "Dan pertanyaan besarnya adalah, apakah ada makhluk hidup yang hidup di sana, atau mungkinkah?”
Bulan-bulan yang tertutup es, seperti Enceladus di Saturnus atau Europa dan Ganymede di Jupiter, diyakini memiliki lautan luas di bawah permukaannya yang membeku. Beberapa dari lautan itu diduga memiliki kondisi yang mendukung munculnya organisme hidup.
"Sejumlah dunia es itu dianggap sebagai salah satu benda paling mungkin di tata surya yang menjadi tuan rumah bagi beberapa bentuk kehidupan di luar Bumi," kata dia.
Namun, meskipun kehidupan itu ada, mendeteksi mereka di bawah kerak es bulan, yang tebalnya bisa lebih dari 16 kilometer, menimbulkan tantangan teknologi yang kompleks. Pertanyaannya, bagaimana para ilmuwan bisa mengintip ke balik cangkang kuat yang letaknya begitu jauh dari planet kita?
Pesawat ruang angkasa yang akan menuju dunia es itu adalah Europa Clipper milik NASA yang dijadwalkan diluncurkan akhir tahun ini. Pesawat itu diharapkan bisa menggunakan instrumen canggihnya untuk memberikan beberapa jawaban mengenai topik tersebut.
Baca Juga: Tanda Kehidupan dari Enceladus Saturnus Bisa Diangkut dengan Pesawat Ruang Angkasa
Pemompaan Es
Pengamatan tim di Antartika menunjukkan bahwa kerak es di atas lautan dan massa air di bawahnya berinteraksi melalui proses yang disebut pemompaan es. Perbedaan ketebalan es, kata para peneliti, berarti bahwa air dalam bentuk cair mempunyai tekanan yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi titik leleh dan beku air.
Dengan lapisan es yang lebih tebal di atasnya, tekanannya lebih tinggi dan titik bekunya menurun. Artinya, es yang terendam terkadang bisa mencair. Air yang dilepaskan dari es akan lebih hangat dibandingkan lingkungan sekitarnya, sehingga air tersebut akan mengalir ke atas dan membeku kembali di dekat permukaan lapisan es. Itulah yang disebut memompa es.
Menurut para peneliti di Antartika, mekanisme itu menghasilkan komposisi dan tekstur es yang unik, serta mempengaruhi distribusi habitat sub-es di Bumi.
Dengan begitu, para peneliti baru yakin proses pemompaan es yang sama juga terjadi di Europa, Enceladus, dan Ganymede, bahkan mungkin di bulan Saturnus, Titan. “Ada hubungan antara bentuk lapisan es dan suhu di lautan. Ini adalah cara baru mendapatkan lebih banyak wawasan dari pengukuran cangkang es yang kami harap bisa dilakukan di Europa dan dunia lainnya,” kata Schmidt.
Pengukuran cangkang es Enceladus yang dilakukan wahana Cassini NASA, yang mengorbit Saturnus dan bulan-bulannya antara tahun 2004 dan 2017, menunjukkan lautan di bawah permukaan bulan tersebut memiliki suhu antara minus 1,095 dan minus 1,272 derajat Celsius. "Memahami bagaimana suhu bervariasi di sekitar bulan akan membantu memetakan sirkulasi lautan, yang bisa memberikan informasi tentang kelayakhuniannya," kata para peneliti.
Para peneliti berpendapat Enceladus kemungkinan memiliki efek pemompaan es yang lebih lemah dibandingkan Europa karena ukuran es di Enceladus relatif lebih kecil. Sumber: Space.com