Sains

Pertama Kali, Air Ditemukan di Permukaan Asteroid

Data yang dikumpulkan oleh instrumen di Observatorium SOFIA menunjukkan tanda-tanda air di permukaan dua asteroid kaya silikat, Iris dan Massalia. Gambar: NASA/Carla Thomas/SwRI

ANTARIKSA -- Molekul air terdeteksi di permukaan asteroid untuk pertama kalinya. Penemuan berharga itu mengungkap petunjuk baru tentang distribusi air di tata surya kita. Selama ini, banyak ilmuwan meyakini air yang kita nikmati berasal dari asteroid yang pernah membombardir Bumi.

Para ilmuwan mempelajari empat asteroid kaya silikat menggunakan data yang dikumpulkan Observatorium Stratosfer untuk Astronomi Inframerah (SOFIA) yang sekarang sudah pensiun. SOFIA adalah pesawat yang dilengkapi teleskop NASA dan Pusat Dirgantara Jerman. 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pengamatan dengan instrumen Faint Object InfraRed Camera (FORCAST) SOFIA menunjukkan dua asteroid bernama Iris dan Massalia memiliki panjang gelombang cahaya tertentu. Hal itu mengindikasikan adanya molekul air di permukaannya.

“Asteroid adalah sisa dari proses pembentukan planet, sehingga komposisinya bervariasi tergantung di mana mereka terbentuk di nebula matahari,” kata penulis utama penelitian baru tersebut, Anicia Arredondo dari Southwest Research Institute (SwRI) di San Antonio. 

Baca Juga: Temuan Baru: Bumi, Mars, dan Venus Terbentuk dari Benda Berisi Air

Temuan para peneliti tersebut dipublikasikan 12 Februari 2024 di The Planetary Science Journal. “Yang menarik adalah distribusi air di asteroid, karena hal ini dapat menjelaskan bagaimana air dikirim ke Bumi.”

Meskipun molekul air sebelumnya telah terdeteksi dalam sampel asteroid yang diambil langsung, ini adalah pertama kalinya molekul air ditemukan di permukaan asteroid di luar angkasa. Dalam penelitian sebelumnya, SOFIA menemukan jejak air serupa di permukaan Bulan, di salah satu kawah terbesar di belahan wilayah selatan. 

“Kami mendeteksi fitur yang secara jelas dikaitkan dengan molekul air di asteroid Iris dan Massalia,” kata Arredondo. 

Dia mengakui, timnya mendasarkan penelitian pada keberhasilan penelitian tim lain yang menemukan molekul air di permukaan bulan. "Kami pikir bisa menggunakan SOFIA untuk menemukan tanda spektral ini di benda lain,” kata Arredondo.

Baca Juga: Air di Bumi Usianya Lebih Tua Dibanding Matahari?

Pengamatan SOFIA di bulan mengungkapkan adanya air setara sebotol ukuran 12 ons. Air itu terperangkap dalam satu meter kubik tanah yang tersebar di permukaan bulan, dan terikat secara kimia dalam mineral. 

Dalam studi baru, para ilmuwan SwRI menemukan kelimpahan air di kedua asteroid tersebut serupa dengan yang terlihat di bulan. Air itu mungkin juga terikat pada mineral atau teradsorpsi dalam silikat. 

Iris dan Massalia, yang masing-masing berdiameter 199 dan 135 kilometer, memiliki orbit yang serupa. Mereka menempuh jarak rata-rata 2,39 unit astronomi (AU) dari matahari. Catatan: 1 AU adalah jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar 150 juta kilometer.

“Asteroid silikat anhidrat atau kering terbentuk di dekat matahari, sementara material es menyatu lebih jauh,” tulis para peneliti.

Air apa pun yang ada di permukaan benda-benda di bagian dalam tata surya diperkirakan menguap karena panas matahari. “Memahami lokasi asteroid dan komposisinya memberi tahu kita bagaimana materi di nebula matahari didistribusikan dan berevolusi sejak pembentukannya,” kata Arredondo.

Karena itu, temuan di Iris dan Massalia menunjukkan beberapa asteroid silikat bisa menghemat sebagian airnya selama ribuan tahun. Kemungkinan mereka lebih umum ditemukan di bagian dalam tata surya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sumber: Space.com

 

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -