ESA akan Menciptakan Gerhana Matahari setiap Sehari dengan Pesawat Antariksa Kembar
ANTARIKSA -- Akhir tahun ini, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meluncurkan misi Proba-3 ke orbit sekitar Bumi. Proyek unik itu akan melibatkan dua pesawat luar angkasa kembar yang akan menciptakan gerhana matahari matahari seperti yang sering terjadi di luar angkasa.
Gerhana buatan itu diyakini bisa memberikan akses hampir tak terbatas bagi para ilmuwan untuk mempelajari atmosfer luar matahari (corona) untuk pertama kalinya. Untuk diketahui, para peneliti masih kesulitan memahami atmosfer matahari karena sulitnya mendekati bola plasma tersebut.
"Gerhana matahari terestrial akan terjadi pada 8 April 24, di mana bulan menghalangi matahari untuk sementara. Itu akan menjadi momentum dalam mempersiapkan duo pesawat luar angkasa tersebut," kata para ilmuwan misi tersebut.
Sepasang wahana antariksa itu bernama Coronagraph dan Occulter. Saat berada di orbit, Occulter akan memposisikan diri di antara Coronagraph dan matahari sehingga secara sempurna menghalangi sinar matahari, dan mensimulasikan gerhana. Dalam gerhana matahari asli, posisi Occulter ditempati bulan dan Coronagraph adalah bumi.
Selama gerhana buatan, kamera Coronagraph akan fokus pada corona, yang biasanya tampak seperti lautan garis plasma tipis yang berputar-putar saat dilihat terpisah dari bagian matahari lainnya.
Kedua pesawat antariksa tersebut memerlukan waktu sekitar 19,5 jam untuk menyelesaikan satu orbit elips mengelilingi Bumi. Di setiap rotasinya, mereka akan berada dalam formasi gerhana selama enam jam.
Saat keduanya membentuk gerhana, kedua pesawat akan berada pada jarak sekitar 144 meter. Artinya, keduanya harus sejajar sempurna agar manuver bisa bekerja dengan baik. Jika keduanya tidak sinkron, bayangan Occulter bisa menghalangi cahaya mencapai susunan panel surya Coronagraph, dan itu bisa mengancam pasokan dayanya.
Belajar dari Gerhana Bumi
Untuk diketahui, selama gerhana bumi, mahkota matahari menjadi lebih terlihat oleh para pengamat di Bumi, sehingga memungkinkan melihat sejumlah hal yang tersembunyi. Misalnya, selama gerhana cincin api tahun lalu, para ilmuwan bisa dengan jelas melihat awan plasma raksasa bermagnet. Saat itu, lontaran massa korona tersebut meledak keluar dari Matahari.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Kapten James Cook Melihat Gerhana Matahari Cincin
Namun, gerhana bumi hanya berlangsung sekitar lima hingga 10 menit dan terjadi satu atau dua kali setahun. Karena itu, misi Proba-3 akan meningkatkan jumlah data berkualitas tinggi yang bisa dianalisis secara eksponensial.
Dengan misi itu, para peneliti memiliki kesempatan melihat corona secara mendetail setiap hari dan dalam jangka waktu lama. Dengan begitu, mereka bisa mempelajari bagaimana badai matahari meledak dan angin matahari dihasilkan. Para ilmuwan juga bisa mengukur keluaran energi matahari secara keseluruhan.
Kedua pesawat ruang angkasa tersebut sebagian dibangun oleh perusahaan swasta Redwire Space. Para ilmuwan misi baru-baru ini melihat versi pertama yang hampir selesai di situs Redwire di Belgia.
Ilmuwan misi, Joe Zender mengatakan, pihaknya telah memeriksa kamera Coronagraph yang kecil dan jaraknya dengan susunan panel surya satelit. Ia juga menyoroti akurasi penyelarasan wahana tersebut.
Russell Howard, astrofisikawan dan ilmuwan misi Parker Solar Probe milik NASA, memuji kecerdikan proyek unik tersebut. Misi itu akan membawa ilmuwan ke data baru yang spektakuler.
Selanjutnya, para peneliti akan melakukan tes terakhir terhadap kamera Coronagraph dengan mengarahkannya ke gerhana matahari total pada 8 April. Gerhana tersebut akan terlihat di sebagian besar Amerika Utara.
Menurut Space.com, kemungkinan besar Proba-3 akan diluncurkan pada sekitar September 2024, meskipun tanggal spesifiknya belum diumumkan. Jika misi berjalan sesuai jadwal, peluncuran tersebut akan bertepatan dengan solar maksimum,
puncak ledakan matahari dalam siklus 11 tahun. Sumber: Live Science