Terus Membombardir Bumi dari Luar Angkasa, Apa Itu Sinar Kosmik?
ANTARIKSA -- Sinar kosmik menghujani Bumi tanpa henti dan bisa menjadi penyebab alami bencana era digital dan kehidupan. Apa itu sinar kosmik? Mari kita membahasnya.
Sinar kosmik adalah pecahan atom dari luar tata surya yang menghujani bumi. Mereka berkobar hampir dengan kecepatan cahaya dan dianggap sebagai penyebab masalah elektronik pada satelit dan mesin lainnya.
Ditemukan pada tahun 1912, bertepatan dengan kehadiran organisasi Islam Muhammadiyah di Indonesia, banyak hal tentang sinar kosmik yang masih menjadi misteri hingga kini. Salah satu yang utama adalah asal usul mereka.
Sebagian besar ilmuwan menduga asal usul sinar kosmik berkaitan dengan supernova (ledakan bintang). Namun tantangannya adalah asal usul sinar kosmik tampak seragam pada observatorium yang meneliti seluruh langit selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Foto Kilatan Petir dari Bintang Mati, Memancarkan Gelombang Kejut Kosmik
Lompatan maju yang signifikan dalam ilmu sinar kosmik terjadi pada tahun 2017, ketika Observatorium Pierre Auger memandang langit pada 3.000 kilometer persegi dari Argentina barat. Saat itu, ia mempelajari lintasan kedatangan 30.000 partikel kosmik.
Disimpulkan, ada perbedaan dalam seberapa sering sinar kosmik tiba di bumi, tergantung dari mana ilmuwan melihatnya. "Meskipun asal usul mereka masih samar-samar, mengetahui di mana mencarinya adalah langkah pertama dalam mengetahui dari mana mereka berasal," kata para peneliti. Hasilnya telah dipublikasikan di Science.
Sinar kosmik bahkan bisa digunakan untuk aplikasi di luar astronomi. Pada November 2017, dengan menggunakan sinar kosmik, tim peneliti menemukan kemungkinan adanya kekosongan di Piramida Besar Giza, yang dibangun sekitar 2560 SM.
Para peneliti menemukan rongga ini menggunakan muon tomography, yang meneliti sinar kosmik dan penetrasinya melalui benda padat.
Penemuan Sinar Kosmik
Meskipun sinar kosmik baru ditemukan pada tahun 1900-an, para ilmuwan mengetahui sesuatu yang misterius sedang terjadi sejak awal tahun 1780-an. Saat itulah fisikawan Perancis Charles Augustin de Coulomb yang terkenal karena mempunyai satuan muatan listrik, mengamati sebuah bola bermuatan listrik secara tiba-tiba dan secara misterius tidak bermuatan lagi.
Pada saat itu, udara dianggap sebagai isolator dan bukan konduktor listrik. Namun, dengan lebih banyak penelitian, para ilmuwan menemukan bahwa udara bisa menghantarkan listrik jika molekul-molekulnya bermuatan atau terionisasi. Hal ini paling sering terjadi ketika molekul berinteraksi dengan partikel bermuatan atau sinar-X.
Baca Juga: NASA Selesaikan Rencana Pembuatan Peta Kosmik Baru dengan Teleskop SPHEREx
Namun dari mana partikel bermuatan ini berasal masih menjadi misteri pada saat itu. Bahkan, upaya untuk memblokir serangan dengan timbal dalam jumlah besar tidak membuahkan hasil.
Pada 7 Agustus 1912, fisikawan Victor Hess menerbangkan balon setinggi 5.300 meter. Dia menemukan radiasi pengion tiga kali lebih banyak di ketinggian sana daripada di bumi. Artinya, radiasi tersebut pasti berasal dari luar angkasa.
Namun menelusuri kisah asal usul sinar kosmik membutuhkan waktu lebih dari satu abad. Pada tahun 2013, Teleskop Luar Angkasa Sinar Gamma Fermi NASA merilis hasil pengamatan dua sisa supernova di Bima Sakti: IC 433 dan W44.
Di antara produk ledakan bintang ini terdapat foton sinar gamma, yang tidak terpengaruh oleh medan magnet. Artinya, itu tidak sama dengan sinar kosmik.
Sinar gamma yang diteliti memiliki tanda energi yang sama dengan partikel subatom yang disebut pion netral. Pion dihasilkan ketika proton terjebak dalam medan magnet di dalam gelombang kejut supernova, lalu saling bertabrakan.
Dengan kata lain, tanda energi yang cocok menunjukkan bahwa proton bisa bergerak dengan kecepatan cukup cepat dalam supernova untuk menciptakan sinar kosmik. Pertanyaannya belum selesai.
Jawaban Ahli
Justin Vandenbroucke, seorang profesor di Departemen Fisika dan Pusat Astrofisika Partikel IceCube Wisconsin di Universitas Wisconsin menjelaskan, sinar kosmik adalah partikel subatom energik yang dihasilkan oleh akselerator partikel alami di luar angkasa. Mereka mencakup sejumlah besar energi dan berbagai jenis partikel.
Baca Juga: NASA Ungkap Foto Tangan Hantu Kosmik di Luar Angkasa
Di antara partikelnya adalah partikel bermuatan seperti elektron, proton, dan inti atom. Kemudian, partikel kosmik netral yang mirip, yaitu foton dan neutrino.
Sinar kosmik berenergi tertinggi memiliki energi kinetik yang sama besarnya dengan bola bisbol yang dilempar dengan cepat, dan semuanya terkumpul dalam satu partikel subatom. Energi ini puluhan juta kali lebih banyak daripada energi yang dihasilkan oleh akselerator partikel buatan manusia.
Kebanyakan sinar kosmik, terutama pada kisaran energi rendah, merupakan proton tunggal. Namun sebagian besarnya merupakan inti atom lengkap, yaitu kumpulan proton dan neutron, yang mencakup rentang tabel periodik yang luas. Sumber: Space.com
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/placeholder.jpg)