Sains

Gravitasi Bumi Ternyata Mampu Mengoyak Asteroid yang Menyerang Kita

5 Asteroid Dekat Bumi Bisa Menimbulkan Kerusakan Luar Biasa. Gambar: VICTOR HABBICK VISI melalui Getty Images

ANTARIKSA -- Setiap tahunnya, puluhan asteroid mendekat ke planet kita dibandingkan dengan bulan, namun tabrakan dahsyat sangat jarang terjadi. Kini, sebuah penelitian baru mengusulkan Bumi memiliki sistem pertahanan bawaan, yaitu gaya gravitasinya yang kuat, yang digunakan untuk mengatasi asteroid penyelundup.

Massa planet dan bulan yang sangat besar membuat mereka mengerahkan gaya gravitasi yang sangat besar pada benda-benda di dekatnya. Perbedaan gravitasi yang dialami benda-benda ini, disebut gaya pasang surut karena para astronom menggunakannya untuk menjelaskan bagaimana bulan menyebabkan pasang surut di Bumi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam beberapa kasus, gaya pasang surut bisa sangat kuat sehingga benda-benda tersebut terkoyak, sebuah proses yang disebut gangguan pasang surut.

Pada tahun 1994, para pecinta ruang angkasa melihat sekilas kekuatan luar biasa dari gangguan pasang surut ketika potongan-potongan komet Shoemaker-Levy 9, terkoyak oleh gaya pasang surut Jupiter. Saat itu, si komet melakukan pertemuan jarak dekat dua tahun sebelum menabrak raksasa gas tersebut. 

Baca Juga: Fakta Asteroid dan Ancamannya untuk Bumi

Namun, selama beberapa dekade, para astronom tidak bisa menemukan bukti bahwa Bumi dan planet kebumian lainnya mengganggu pergerakan asteroid atau komet yang lewat. Mikael Granvik, penulis utama penelitian tersebut telah lama mencari asteroid dekat Bumi (NEA) yang terkoyak secara gravitasi. 

“Sekitar sepuluh tahun yang lalu kami mencari keluarga NEA yang mungkin terbentuk akibat gangguan pasang surut seperti itu, namun tidak menemukannya,” kata Granvik yang merupakan ilmuwan planet di Universitas Teknologi Lulea Swedia.

Peta semua asteroid dan komet dekat Bumi yang diketahui mengorbit Matahari. Gambar: NASA/ JPL-Caltechu003c/strongu003e

Sebuah penelitian lanjutan menjelaskan alasannya. Setiap fragmen yang terbentuk dengan cara tersebut akan bercampur cepat dengan latar belakang sehingga tidak mungkin bisa mengidentifikasi kelompok tertentu.

Perburuan asteroid yang terkoyak secara gravitasi masih menemui jalan buntu sampai Granvik mendapatkan secercah wawasan. Pada 2016, ia membantu membuat model yang menghitung lintasan asteroid dengan ukuran berbeda untuk menentukan jumlahnya pada jarak berbeda dari Matahari.

Baca Juga: Asteroid Terbesar yang Pernah Menabrak Bumi Bukan Pembunuh Dinosaurus

Granvik dan rekan-rekannya membandingkan hasil model mereka dengan pengamatan asteroid selama tujuh tahun yang dikumpulkan oleh Catalina Sky Survey, sebuah program berbasis teleskop Arizona yang didanai NASA untuk mendeteksi NEA. Namun perkiraan mereka jauh di bawah perkiraan mengenai penampakan jumlah asteroid tertentu yang mengorbit matahari pada jarak Bumi dan Venus.

Sebagian besar asteroid yang terlewat itu berukuran cukup kecil, bergerak di sepanjang jalur melingkar mengelilingi matahari, kurang lebih berada pada bidang yang sama dengan orbit Bumi dan Venus. Lalu tibalah momen eureka Granvik. Dia menyadari bahwa asteroid-asteroid aneh itu bisa jadi merupakan pecahan asteroid yang lebih besar yang mengalami gangguan pasang surut.

Untuk menguji gagasan ini, Granvik dan rekan penulisnya Kevin Walsh, peneliti di Southwest Research Institute di Colorado, mempertimbangkan skenario asteroid yang bertabrakan dengan planet berbatu. Kemudian, ia kehilangan antara 50 persen dan 90 persen massanya, sehingga menghasilkan aliran fragmen. 

Sekarang, model mereka dengan tepat memperhitungkan asteroid yang sebelumnya tidak bisa dijelaskan, menunjukkan bahwa asteroid tersebut tercipta oleh gangguan pasang surut. Mereka menggambarkan temuan tersebut dalam studi baru, yang telah diterima untuk dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters dan tersedia di database pracetak arXiv.

“Meskipun masing-masing kelompok sulit ditemukan, kombinasi beberapa kelompok akan menghasilkan tanda yang bisa kami identifikasi,” kata Granvik. Simulasi tambahan menunjukkan sejumlah pecahan tersebut bertahan dalam waktu yang sangat lama, rata-rata selama 9 juta tahun sebelum bertabrakan dengan matahari atau planet, atau bahkan dikeluarkan dari tata surya.

Baca Juga: Fakta Baru Asteroid Bennu, Punya Sistem Pelindung Misterius dari Serangan

Gangguan pasang surut yang disebabkan oleh Bumi mungkin membantu mengatasi asteroid, namun juga menimbulkan masalah karena menghasilkan lebih banyak NEA yang kemungkinan akan menyerang planet kita. Namun jangan panik, karena fragmen ini berdiameter lebih kecil dari 1 kilometer.

“Mereka tidak menimbulkan ancaman pada tingkat kepunahan,” kata Granvik. Namun, hal itu meningkatkan kemungkinan terjadinya peristiwa setingkat Tunguska dan Chelyabinsk, dua peristiwa tumbukan asteroid terbesar dalam sejarah terkini. Sumber: Live Science

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -