Sains

Ilmuwan Menemukan Hidrogen di Bebatuan Bulan Misi Apollo, Berkah Bagi Astronot

Gambar troktolit batuan bulan Apollo 17 76535. Penelitian terbaru difokuskan pada sampel 79221. Gambar: NASA/Johnson Space Center

ANTARIKSA -- Analisis baru terhadap batuan bulan yang dibawa pulang selama misi Apollo mengungkapkan keberadaan hidrogen. Temuan ini menunjukkan suatu hari nanti astronot bisa menggunakan air yang tersedia di bulan untuk mendukung kehidupan dan bahan bakar roket.

Para peneliti di Laboratorium Penelitian Angkatan Laut AS (NRL) mengumumkan bahwa mereka menemukan hidrogen dalam sampel tanah bulan 79221. Penelitian tersebut telah diterbitkan di jurnal Communications Earth & Environment
pada 15 November 2023.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

NRL memang menerima sampel bulan dari NASA untuk studi penelitian. Hidrogen yang terdeteksi diperkirakan muncul dari hujan angin matahari yang terus-menerus, da dari serangan komet di bulan.

“Hidrogen berpotensi menjadi sumber daya yang dapat digunakan langsung di permukaan bulan jika terdapat instalasi yang lebih teratur atau permanen di sana,” kata penulis utama studi, Katherine Burgess, ahli geologi di NRL dalam pengumuman pekan lalu.

Baca Juga: Mengapa AS, China, Rusia hingga India Berlomba ke Kutub Selatan Bulan? Masa Depan Ada di Sana

Burges menegaskan, menemukan sumber daya dan memahami cara mengumpulkannya sebelum manusia kembali ke bulan akan sangat berharga untuk eksplorasi ruang angkasa. Berdasarkan perkiraan NASA, dibutuhkan biaya ribuan dolar untuk meluncurkan sebotol air ke bulan. 

Jadi, untuk menghemat biaya, es di bulan bisa digunakan sebagai air untuk astronot. Mereka juga bisa dipecah menjadi berbagai komponennya (hidrogen dan oksigen) sebagai bahan bakar roket untuk perjalanan antara bulan dan Bumi. Mungkin juga, suatu hari nanti bisa digunakan untuk membawa manusia ke Mars dan lebih jauh lagi.

Pada tahun 2020, data dari teleskop inframerah SOFIA menunjukkan bahwa air kemungkin tersebar dalam bentuk es di permukaan bulan. Artinya, bukan di kolam yang terbatas pada daerah yang terkena bayangan permanen di dekat kutub utara dan selatan bulan.

Saat ini, banyak negara berharap bisa meraih kutub selatan bulan karena kemungkinan adanya air tersebut. Menariknya, para astronot Apollo tidak mengumpulkan batuan bulan itu dari dekat kutub selatan bulan, melainkan dari dekat ekuatornya.

"Dengan demikian, temuan baru ini memiliki implikasi penting bagi stabilitas dan persistensi molekul hidrogen di wilayah di luar kutub bulan,” tulis para ilmuwan dalam studi baru tersebut.

Baca Juga: Pesawat dan Robot India di Bulan Kini Menghadapi Serangan Antariksa

Negara pertama yang berada di dekat kutub selatan bulan adalah India. Dua robot Misi Chandrayaan-3 India, yang sekarang sudah tidak aktif, mengungkapkan adanya belerang dalam jumlah banyak di wilayah tersebut. Elemen ini suatu hari nanti dapat membantu astronot mengembangkan baterai penyimpanan energi dan infrastruktur lainnya di bulan. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -